|
."Kesini, Name."
Aki melambai, mengisyaratkan pada Name untuk duduk di sebelahnya, sambil memegang handuk kecil di tangan. Melempar senyuman manis.
Gadis berponi lebat itu mengangguk ringan, ia baru saja memakai baju sehabis mandi. Name menyangkut baju mandinya ke belakang pintu, kemudian berlari kecil ke tempat tidur, menghampiri Aki.
Aki terkekeh kecil, "Imutnya." gumam pemuda bermanik biru itu sambil meraih tangan Name. "Baiklah, aku akan mengeringkan rambutmu. Sekarang berbalik."
Mengangguk, Name memutar badannya membelakangi Aki. Membiarkan pemuda itu mengeringkan rambutnya.
"Apa bahu mu baik-baik saja? Tumpahan ramen itu cukup panas." tanya Aki, mengumpulkan rambut Name secara hati-hati menjadi beberapa bagian, kemudian meremasnya dengan handuk.
Name menggeleng. "Memang panas, tapi.. dipikir-pikir rasanya enak juga kena tumpahan. Panasnya nikmat." lalu tersenyum.
Aki mengerut, kemudian tertawa kecil. "Dasar."
Usai mengeringkan rambut Name, lelaki itu meletakkan handuk di sebelahnya, bergantian mengambil sisir di sisi kasur. "Rambutmu masih belum terlalu kering, mau duduk-duduk di balkon sebelum tidur?"
Name diam, berpikir sejenak. Setelahnya, gadis itu menggeleng. "Aku nonton tv saja." ia menoleh ke belakangnya, mengadah melihat wajah Aki. "Ada Terminator 2."
"Kau sudah menontonnya berkali-kali, Name."
"Aku suka Edward Furlong yang jadi John Connor. Tampan sekali."
Mendengar itu, senyum Aki langsung menciut. Memasang ekspresi sedih di wajah. Ia sedikit memajukan bibirnya ke depan, sebal.
Name tertawa. Kemudian kedua tangannya terangkat, menangkup kedua wajah Aki yang telah tertunduk sedih. Lucu. "Cup, cup."
Aki mencebik. "Apa aku jelek?"
Name menggelengkan kepala. Mengusap-usap wajah Aki lembut, menariknya sampai dahi mereka bersentuhan. "Punyaku lebih tampan."
Senyuman lebar mengembang, Aki mengangkat wajahnya. Jantungnya berdebar kencang tak beraturan, bak ditaburi oleh bunga-bunga, hatinya berdesir mendengar kalimat yang keluar dari mulut Name.
Cup!
Aki mencium bibir ranum Name sekilas, kemudian menarik kepala gadis itu ke dekapannya.
|
.Pukul 00:00.
Makima berdecak, memegang kepalanya. "Bukan begitu." gumamnya. "Aku sudah menduganya dari awal. Bukan begitu cara dia menyerang musuh."
Wanita bersurai merah itu menghela napas. Menghempaskan punggungnya ke kursi putar, bersandar disana. Kepalanya menengadah. "Dia.. bukan mencuri atau memakai kekuatanku."
Makima menatap langit-langit ruangannya beberapa detik. "Jika dipikir-pikir, semua serangan yang kulancarkan selalu berbalik kepadaku." jeda sebentar, "apa mungkin..."
Mata kuning dengan bercincin merah itu berkedip. "Name Surname. Kau benar-benar membuat kisah ini tercipta untuk mencari cara mengalahkanmu."
Pukul 00:10.
Himeno berdiri, memandangi Denji yang tertidur lelap di atas ranjangnya. Wanita bersurai pendek sebahu itu mendelik. "Name Surname.. bagaimana caranya?"
Jarum jam berdetak, berputar pada tempat yang sama. Sepasang mata itu menatapnya lekat-lekat.
'Bagaimana cara membuatmu kalah?'
|
.Pukul 07:30.
Name melangkahkan kaki ke jalan trotoar. Hari ini adalah hari pertama ia kembali ke sekolah untuk waktu yang cukup lama. Menapaki jalanan yang sama membuatnya merasa deja vu akan beberapa hal. Contohnya...
Name memberhentikan langkahnya. Menoleh ke kedai kecil di seberang jalan. "Takoyaki." gumamnya, tersenyum.
Tanpa aba-aba, gadis itu langsung menyeberang jalan. Menghampiri kedai kecil itu. Ketika sampai, matanya langsung mencari makanan berbola-bola kecil itu dengan intens. Namun, ia tak mendapatinya.
"Ah, apa kamu mencari Takoyaki? Itu sudah diborong habis beberapa menit lalu." ucap pemilik kedai memberitahu.
Name berdecih. "Sayang sekali, padahal aku juga berniat memborongnya."
"E-eh.. kalau begitu kau boleh membeli nya di kedai dekat halte disini. Ada cabang kami disana." ucap pemilik kedai itu sambil tersenyum meyakinkan.
"Tidak tau."
"I-itu dekat dengan jalan ke stasiun X."
"Apa itu?"
"A-astaga..."
Tap
Tap
"Hm, mau kemana?"
Name menoleh, mendapati seorang laki-laki iangkung yang tiba-tiba muncul di sebelahnya. Gadis itu mengerjapkan matanya beberapa kali, mencoba mengingat pria beranting di hadapannya.
"Oh, kau yang selalu mengikuti ku di sekolah." tebak Name, mengacungkan telunjuknya.
Mendengar itu, Yoshida langsung tertawa gemas. Ia kemudian menggumam. "Ya ampun, aku rindu sekali padanya."
|
.OHOEK OHOEK!
Yoshida x Name vibes bilek;Wkekek ( ͡° ͜ʖ ͡°)
Btw chii udh mulai ujian ges, kalian gimana? Book nya tetep chii lanjutin kok, jadi ga perlu khawatir :3
Yg ujian semangat yahh unchhhPENCET BINTANGNYA OEE!
KAMU SEDANG MEMBACA
none ; hayakawa aki
Fanfiction𔘓 「 𝗛𝗮𝘆𝗮𝗸𝗮𝘄𝗮 𝗔𝗸𝗶 𝘅 𝗥𝗲𝗮𝗱𝗲𝗿 」 "Aku bersumpah, kaulah satu-satunya alasan aku tetap bernafas." Hayakawa Aki mengenggam tanganmu, lalu menciumnya. Jauh di dalam lubuk hatinya, dia ingin tetap bertahan hanya untukmu, dunianya. Sekaligu...