Rana kembali teringat kejadian beberapa hari yang lalu, ketika ia berada di rumah Mahesa dan berbincang dengan Om Farhan. Sejujurnya, akhir-akhir ini ia kepikiran dengan perkataan Om Farhan saat itu.
Mengenai sebuah fakta yang baru saja Rana ketahui. Yang tentu saja membuatnya terkejut. Hari itu Rana benar-benar dibuat syok, ia tidak tahu kedepannya bagaimana ia harus bersikap.
Mahesa yang selama ini ia kenal, yang selalu terlihat kuat ternyata menyimpan banyak luka dalam dirinya. Laki-laki itu belum tahu kalau Rana mengetahui hal ini.
Ketika mendengar cerita dari Om Farhan, Rana seperti ikut merasakan sakit yang dirasakan laki-laki itu. Kehilangan seseorang yang berharga pasti sangat menyakitkan.
Selama kurang lebih 5 tahun belakangan ini, Mahesa mengalami kesulitan setelah Ibu yang disayanginya pergi dari dunia ini. Meninggalkan luka yang begitu dalam pada anak laki-laki yang berusia 15 tahun kala itu.
Rana sangat sedih ketika mendengarnya, ternyata selama ini lelaki itu begitu menderita. Pasti sulit untuk melaluinya, namun Rana bersyukur lelaki itu masih bertahan sampai saat ini.
Rana merasa bersalah karena Mahesa telah menanggung beban sendiri selama ini. Rasa simpatinya semakin besar, ia jadi merasa harus menjaga laki-laki itu setelah ini.
Gadis itu menghembuskan nafasnya, tangannya mengaduk baksonya dengan acak. Tubuhnya memang disini, tapi pikirannya seperti berada di tempat lain.
Segerombolan siswa terlihat memasuki kantin. Mereka adalah sekumpulan kakak kelas hits di sekolah ini. Kehadiran mereka selalu menjadi pusat perhatian, dan itu tidak heran lagi bagi murid sekolah ini, meskipun para murid sudah terbiasa dengan hal itu tapi tetap saja kehadiran mereka selalu memberi kesan yang berbeda.
Rana mengangkat kepalanya, sepasang matanya tertuju pada laki-laki yang berada dalam tengah-tengah gerombolan itu. Dan gadis itu kembali teringat dengan perkataan Om Farhan.
"Meskipun dia terlihat kuat dan baik-baik saja, tapi sebenarnya di dalam lubuk hatinya dia tidak sekuat kelihatannya."
Pandangan Rana tidak lepas dari laki-laki itu, entah kenapa ada perasaan yang berkecamuk muncul di hatinya. Ia tidak bisa menjelaskan bagaimana perasaannya saat ini.
Tatapan mata yang sulit di artikan, seolah bisa menembus seluruh gravitasi yang ada di sekitarnya. Yang artinya hanya ada dirinya dan Mahesa di tempat ini sekarang juga.
Namun semua itu buyar seketika saat Rana merasakan ada seseorang yang duduk di sampingnya. Gadis itu menoleh, secara tidak sadar tangannya dengan pelan melepaskan sendok yang dari tadi di genggamannya tanpa mengeluarkan suara.
Rasanya ia sedang tidak berhalusinasi, gravitasi di sekitarnya seperti berhenti sungguhan. Tubuh Rana mematung, sebegitu kagetnya ketika orang yang sedari tadi di pikirannya kini sudah berada di sampingnya. Bahkan sedang menatapnya sampai ia tidak bisa berkata-kata.
- Mahesa -
Bel masuk terdengar di seluruh penjuru sekolah. Mahesa yang sedang duduk di kantin bersama teman-temannya pun beranjak pergi dari sana. Namun ketika baru beberapa langkah, Mahesa menghentikan kakinya.
"Kalian duluan aja, nanti gue nyusul."
Satya, Reyhan, dan yang lain mengangguk mengiyakan. Namun sebelum benar-benar keluar dari kantin ada sepasang mata yang menatap Mahesa dengan pandangan yang sulit di jelaskan.
Sedangkan Mahesa terlihat berjalan ke ujung kantin. Ia melihat ada seorang gadis sendirian duduk disana, padahal bel sudah berbunyi dari tadi tapi kenapa dia belum kembali ke kelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahesa Byantara | HIATUS
Teen Fiction[On-Going] ❝𝐌𝐮𝐦𝐩𝐮𝐧𝐠 𝐦𝐚𝐬𝐢𝐡 𝐚𝐝𝐚 𝐤𝐞𝐬𝐞𝐦𝐩𝐚𝐭𝐚𝐧, 𝐥𝐚𝐤𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐧𝐢𝐤𝐦𝐚𝐭𝐢 𝐭𝐚𝐧𝐩𝐚 𝐩𝐞𝐧𝐲𝐞𝐬𝐚𝐥𝐚𝐧. 𝐒𝐞𝐬𝐮𝐚𝐭𝐮 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐚𝐧𝐠𝐠𝐚𝐩 𝐤𝐞𝐜𝐢𝐥 𝐝𝐚𝐧 𝐫𝐞𝐦𝐞𝐡 𝐬𝐮𝐚𝐭𝐮 𝐬𝐚𝐚𝐭 𝐩𝐚𝐬𝐭𝐢 𝐚𝐤𝐚...