Setelah dari kantin, (Name) dan Aleya hendak pergi menuju kelas. Koridor tampak gelap sehingga lampu menyala secara otomatis.
JDEERRR!
"Oalah, hujan," ujar (Name) sembari menatap langit dari jendela di koridor.
"Kasihan, siapa sih yang nyakitin langit sampai nangis," ucap Aleya ngawur.
"Lo." balas (Name) ngawur juga.
"Deras juga hujannya, moga nanti dosen ga bisa datang." Aleya tersenyum sumringah di hadapan (Name).
"Sesat lo, tapi semoga aja ya dosennya ga bisa datang karena hujan deras gini," (Name)
"Sesat sesat, juga sama aja lo." Aleya menyenggol kecil lengan (Name).
"Shh--iya deh." (Name)
"Mending kita buat kapal-kapalan, terus letakin di got situ dan kejar sampe mana dia kebawa arus airnya." Aleya menunjuk got yang berisi air mengalir di sana.
"Ingat umur bro, malu ama bocah sd udah tiktokan." (Name)
"Bodo ah," Aleya
"Ga ikutan, gw mau turu." (Name) segera meninggalkan Aleya di sana
"Si idih." Aleya menatap kepergian (Name) sekilas dengan muka julid seperti tetangga, kemudian ia berbalik badan.
"Duar!"
"Mem-"
"-mek."
"Apaan si Arganjing, kagak jelas." omel Aleya
"Yaudah tunggu kejelasannya nanti." Arga tersenyum tak jelas sambil menaikturunkan alisnya.
"Anak prik," Aleya memukul pelan lengan Arga
"Ada apaan kemari, biasanya bareng kembaran waras lo." Aleya mengalihkan topik
"Pengen aja, emang gak boleh?" Arga
"Ga." Aleya
"Kita kan beda gender, nanti dikira ngelakuin hal yang tidak-tidak." lanjutnya
"Yaudah, lakuin hal yang iya-iya aja." Arga
"Contohnya?" Aleya
"Apa aja yang penting iya-iya." Arga
"Elah,"
Mereka kehabisan topik dan hanya diam-diaman sambil menatap hujan di luar.
"Kalau lagi gini emang bagusnya diselimuti kekayaan," Arga
"Diselimuti kehangatan kasur." Aleya
"Pulang yu, dosen gak bakal datang juga." Arga
"Hujannya ga bilang-bilang bakal turun, kalau udah daritadi banget kan kemungkinan kita ga ngampus." Aleya
"Palingan disuruh diem di kelas doang sekarang ini." Aleya
"Bosen, kelas sukanya ribut." Arga
"Kan lo biang keroknya," Aleya
"Emang." Arga
===
(Name) sedang duduk di bangku yang tersedia di depan kelas sambil melihat ke arah luar yang sedang hujan. Kebetulan di koridor agak sepi karena sebagian besar berada di dalam kelas yang sedang jamkos karena semuanya terjebak hujan.
"Selamat pagi." Suara yang familiar itu membuat (Name) menolehkan kepalanya ke asal suara yang berasal dari teman sekelasnya.
"Pagi." (Name) pun mempersilahkan Taufan duduk disampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unfair [✓]
Romance୨⎯ BoBoiBoy Taufan w/ Female!Readers ⎯୧ Semua orang pasti menginginkan keadilan 'kan? Sama seperti (Name) dalam cerita ini. Ia tidak diperlakukan dengan adil dalam keluarganya. Dengan embel-embel "sulung", segalanya harus ditaklukkan olehnya. Apa me...