Hep..
Tiba-tiba (Name) merasa ada yang menariknya ke belakang hingga terjatuh kembali ke dalam balkon. Ia menoleh sekitarnya dan mendapati Ryan.
"Lo ngapain duduk di sana?!" Ryan
(Name) bangkit dari duduknya. "Pengen aja," jawabnya santai
"Nanti yang ada lo jatuh, abis tuh mati, biaya kremasi gak murah." Ryan menoyor kepala (Name).
"Kubur aja sih kalau gw mati." jawabnya dengan santai lagi.
"Enteng aja mulut lo ngomong!" Ryan
"Emang kenapa kalau gw mati?" (Name)
"... Ya mati, gak ada lo lagi." Ryan tampak kikuk.
"Iya memang, apa lagi dampak negatifnya buat lo?" (Name)
"Gw gak punya kakak lagi jadinya? Gak ada yang gw ajak gibahin Elonte, masa iya gw ngomong sendiri, nanti dikira gila gw terus dibawa ke RSJ. Gak lucu tau." ucap Ryan panjang lebar
"Lo gak sayang sama adek lo yang paling ganteng ini, sampai-sampai mau bunuh diri gitu aja?" ucap Ryan lagi, meski ada perasaan gengsi yang menggelitik hati.
Keadaan sempat hening setelah Ryan menuturkan isi hatinya.
Tak lama kemudian, tawa (Name) memecah.
"Malah ketawa lo?!" kesal Ryan dengan wajah memerah.
"Lucu aja lo, bisa ngomong sejujur ini." (Name) mengelus kepala Ryan dengan kurang lembut.
"K-kagak juga, itu cuma bujukan biar lo kagak jadi bundir! Lagian dosa lo masih banyak, yang ada lo dilempar ke neraka. Mau lo? Kagak juga kan," elak Ryan
"Apa iya~" (Name)
"Iya deh iya." Ryan
"Ga usah gengsi sama gw, katanya gw kakak lo." (Name)
Ryan mengangkat bahunya sekilas. "Ga bisa,"
"Kayak cewek aja lo, pakai gengsi-gengsian."
"Emang cowok gak boleh gengsian?"
"Siapa yang ga bolehin,"
"Tapi gengsinya kurangin dong." (Name) mencubit salah satu pipi Ryan.
"Ya deh." Tak ada gunanya Ryan menentang, yang ada pembicaraan mereka akan bertambah panjang.
"Mending gw sekolah." Ryan mengambil handuk yang sempat terjatuh dan menggantungkannya di salah satu bahunya.
"Sekolah yang bener, jangan mikir anak orang yang kagak jelas hubungannya dengan lo." (Name)
"Kayak lo kagak aja," Ryan berjalan keluar dari kamar (Name).
"Emang kagak." balas (Name)
=====
Hari Minggu kembali tiba, rumah tidak jadi sepi ketika hari Senin-Sabtu lagi.
Deon sedang beristirahat di dalam kamarnya tanpa ditemani oleh istrinya. Deon juga tidak berminat dengan wanita lain. Ia bisa menghasilkan anak bersama Liya, karena keinginan Ibunya, bukan sepenuhnya keinginan darinya sendiri.
Lalu saat Ryan lahir, ia memang tampak lebih perhatian padanya. Apalagi (Name) jadi sedikit berbeda semenjak tidak punya Ibu. Itu juga karena Ibunya Deon. Menurutnya, anak laki-laki akan lebih berguna saat sudah dewasa dibanding anak perempuan.
Ia jadi teringat saat ia baru ditinggalkan oleh Ania, saat ia hanya hidup dengan (Name). Semuanya sudah jadi berbeda.
'Apa aku sejahat itu, Ania? Rasanya.. semua sudah berbeda,'
KAMU SEDANG MEMBACA
Unfair [✓]
Romance୨⎯ BoBoiBoy Taufan w/ Female!Readers ⎯୧ Semua orang pasti menginginkan keadilan 'kan? Sama seperti (Name) dalam cerita ini. Ia tidak diperlakukan dengan adil dalam keluarganya. Dengan embel-embel "sulung", segalanya harus ditaklukkan olehnya. Apa me...