Chapter 27

547 45 6
                                    

Dua tahun. Waktu yang tidak pendek sudah berlalu. Banyak hal telah terjadi. Masalah yang juga turut mewarnai hidup (Name) juga telah terpecahkan.

Ela terpaksa putus sekolah lalu menikah. (Name) terbukti tak bersalah tentang menganiaya Ela, karena itu semua memang hasil editan Ela. (Name) dan Ryan kini sudah kembali ke rumah mereka. Walau sifat kedua ibu di sana tidak banyak berubah. Namun, selebihnya semua baik-baik saja.

Kini di lapangan kota, dua orang duduk di hamparan rumput hijau sambil memandang langit siang.

"Gak terasa ya, semua itu sudah berlalu." ujar Taufan

"Hmm, iya, semua sudah baik-baik aja." sahut (Name)

"Tapi ..."

"Tapi?"

"Ada lagi satu masalah yang belum terselesaikan." ujar Taufan dengan kepala tertunduk.

"Apa?" (Name) menatap ke arah Taufan yang tampak serius.

Taufan menoleh ke sampingnya, lebih tepatnya ke arah (Name). "Pernikahan kita."

(Name) yang tadinya sudah memasang raut wajah serius, kini langsung datar.

"Hei, kita baru aja lulus kemarin."

"Ya, lalu? Bukannya itu janji kita,"

"Emm, ya--"

"--Ayo dong, mba sekre."

(Name) seketika mendelik. "Aneh aja panggilanmu, Fan,"

Sekre, maksudnya sekretaris. (Name) jadi sekretarisnya Taufan di kantor tempatnya bekerja.

"Hehe, maunya dipanggil apa? Ayang? Sicantik? Simanis?"

"Kayak buaya."

"Buayanya kamu hehe."

"Haha hehe."

Meski sudah dua tahun berlalu, Taufan tak berubah jika bersama (Name). Begitu pula sebaliknya. Hanya saja, (Name) sudah bisa lebih terbuka dan lebih menerima Taufan.

"Jarang-jarang kita ngedate begini, (Name) ... ternyata tadi kamu mau date bareng aku, ehek."

"Iya ... perasaan kita sering ngedate deh,"

"Hah? Enggak tuh, jarang-jarang,"

"Terus yang selalu ketemuan itu, entah di rumahku, rumahmu, tempat kerja, itu apa?"

Taufan terdiam, sebelum akhirnya ia senyum-senyum sendiri. (Name) hanya menatap heran ke arahnya.

"Fan, udahan dulu ya." ujar (Name) setelah tadi sempat melirik ke layar handphone-nya

"Mau pulang, ya?"

"Ke tempat lain."

Taufan menyeringit. "Kemana? Ngapain?"

"Ketemu Kak Shiro." ujar (Name) apa adanya.

Taufan seketika terbelalak. "No!! Ngapain kamu ketemu om-om itu?! Gak bosan udah ketemuan terus di kampus?!"

(Name) seketika terkejut. "Gak gitu--dia kan dosen kita. Setidaknya, ini yang terakhir kali bisa ketemu dengannya. Kamu mau ikut? Ayo aja."

"Ikut!" Taufan seketika menggenggam tangan (Name).

=====

"Kenapa dia juga ikut? Saya hanya meminta bertemu denganmu,"

"Heh, saya sebagai calon suami yang baik, harus ikut calon istri kemana-mana."

"Apa sih, Fan,"

Dari baru tiba di taman kota, lalu duduk berhadapan dengan dibatasi sebuah meja di sana, Taufan sudah mulai mengawasi gerak-gerik Shiro, orang yang dikenal dekat dengan (Name).

Unfair [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang