Chapter 16

366 44 0
                                    

(Name) memandangi benda tebal yang menancap di tanah dengan tatapan sendu. Cukup lama ia memandangi batu nisan yang bertuliskan nama Ibunya.

"Lihat Ibu, anakmu sudah sebesar ini." (Name)

"Rasanya waktu berjalan cepat, udah lama Ibu meninggal." (Name) tersenyum amat tipis lalu meletakkan beberapa tangkai bunga tulip.

"Sayang Ibu. Aku kuliah dulu ya." (Name) beranjak dari tempatnya lalu pergi dari pemakaman.

(Name) segera berangkat kuliah setelah berziarah pagi ini.

Setibanya di kampus, ia sudah disambut oleh salah satu temannya. Mereka pun berjalan ke kelas yang sama.

"Denger-denger ada yang habis ditolak." ujar Arga

(Name) seketika merasa tersindir, ia mencoba tenang. "Siapa?"

"Kembaran gw, ditolak sehabis confess ke crush-nya." ucapan Arga diselingi tawa.

"Kembaran yang mana?" (Name)

"Si Ary. Kalau si Angkasa, gw gak nyangka kalau dia sampai punya genre romance di hidupnya." Arga

"Oalah, wajar aja sih." (Name)

"Wajar gimana?" Arga

"Sifatnya ngeselin." (Name)

"Dia masih lebih baik," Arga

"Daripada lo?" (Name)

"Iya, tapi gw gak! Gw ogah mengakuinya!" Arga

"Tapi kan bener," (Name)

"Setidaknya, Ary ga lebih meresahkan dari lo." lanjutnya

"Ya deh iya." Arga lantas merangkul pundak (Name).

"Berat, bang!" (Name)

"Ya udah." Arga mengganti posisi tangannya yang awalnya merangkul pundak (Name) kini jadi memegang tangannya.

"Heh! Kaga sah!" (Name) langsung menarik tangannya kembali.

"Sah-in dulu!" Arga

"Ogahlah!" (Name)

Disepanjang jalan (Name) terus dijahili oleh Arga yang memang banyak tingkah. Kadang sampai (Name) risih ataupun mereka jadi tertawa.

"Hadeh serasa lihat anak sekolahan." ujar Aleya yang berada di ambang pintu kelas, melihat (Name) dan Arga dari arah berlawanan

"Lo pengen begitu juga?" sahut Taufan

"Sama lo?" Aleya

"Sendiri aja sana." Taufan

"Eleh,"

"Btw, gw denger-denger ada yang habis ditolak." ujar Aleya

Taufan langsung merasa akan dibicarakan.

"Siapa emang?" Taufan mencoba biasa-biasa saja.

"Ary, gw akui mukanya elit tapi bisa-bisanya ditolak mentah-mentah." Aleya

Taufan membuang napas lega. "Ohh itu, gw lihat biasa aja tuh mukanya."

"Lo pernah lihat?" Aleya

"Gw tinggal lihat mukanya Arga." Taufan

"Ga salah sih, tapi tetap ada bedanya." Aleya

"Iya pastinya." Taufan

"Gibahin apaan nih bapak ibu sekalian?" ucap Arga yang tiba di depan kelas bersama (Name).

"Gibahin kalian." canda Aleya

"Dilihat-lihat kalian cocok ya?" Aleya

"Pakai bilang begitu lo, gw emang cocok sama siapa aja." ucap Arga pede sambil merangkul (Name).

Unfair [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang