Chapter 19

336 40 3
                                    

Petangnya, Ryan baru pulang sekolah. Kebetulan Ela juga baru pulang.

"Kok lo baru pulang?" tanya Ela

Ryan menoleh. "Seharusnya gua yang nanya gitu."

"Ya, gua sekolah!"

"Sekolah apa sekolah?" ucap Ryan, "Asal lo tau ya kak, gua sekolah siang. Pulangnya memang jam segini."

"Gua abis kerja kelompok." sahut Ela

"Buat tugas IPA?" ucapan Ryan terdengar ambigu.

"Sembarangan! Gua gak ngelakuin--"

"--Emangnya gua bilang apa? Ngelakuin apa?"

Ela langsung bungkam. Sadar dengan ucapannya yang membuat orang mungkin bisa curiga.

"Ada apa ribut-ribut?" (Name), yang menyaksikan percakapan Ryan dan Ela dari tangga dekat sana.

"Ela ngerjain tugas praktek IPA sama cowok." ujar Ryan, lalu ia berlari ke lantai atas.

"Ngaco! Gak ada IPA di SMK kali." ucap Ela

"Gak usah ngadi-ngadi kalian." (Name) tak ingin membahasnya lebih lanjut.

Ela membuang napas kasar, lalu ia segera pergi ke kamarnya.

Ia mengunci pintu dari dalam kamar. Ela memandang dirinya di pantulan cermin. Tangannya bergerak menyingkap ujung bajunya dan melihat perutnya.

'Si bangsat Vero! Dia yang bikin gua begini!' batin Ela, 'Gua gugurin aja kali? Gak ada yang ngarepin anak ini juga, buat apa dikandung sampai lahir?'

(Author: berdosa sekali kamu nak)

Ela mengambil handphone-nya lalu membuka aplikasi chat. Ia membuka roomchat bersama Vero, yang di sana terdapat banyak chat Ela yang terabaikan olehnya.

'Nanti kalau papah tau, gua bakal diapain ya?' batin Ela

'Nanti gua diusir, gimana? Mamah juga nanti bakal marahin gua? Gak, gak, gak! Gua gak mau!'

===

"Kakakkuuuuu~~" panggil Ryan dengan manisnya.

"Bilang aja mau apa." (Name) pun ber-sweatdrop, karena sudah paham dengan arti dari nada panggilannya.

"Gua pengen kita jalan-jalan pas liburan sekolah. Lo juga libur kuliah 'kan?" ucap Ryan

"Hmm, iya," jawab (Name), "Berdua aja?"

"Mau ajak siapa lagi, dong?"

"Gak tau, kalau emang berdua aja gua mau-mau aja sih."

"Makasih, kak." Ryan mengecup singkat pipi (Name).

(Name) menatap Ryan heran sambil mengusap pipinya. Kemudian ia terkekeh kecil. "Lo kenapa sih, makin aneh aja."

"Kayaknya gua makin sayang sama lo."

"Lo lagi ada maunya doang kali."

"Hmm, serah deh, gua ngerasa tumben gua punya kakak."

"Kan emang udah punya."

"Iya, yak--" Ucapan Ryan terhenti, ia mengusap kepalanya sendiri. "Btw, lo gak kerja?"

"Udah tadi pagi." sahut (Name), "Gua gak kuliah, karena gak ada dosen."

"Oalah enak banget, andai sekolah juga begitu." gumam Ryan

"Beda ya, dek,"

"Terus habis kerja lo ngapain sendiri di rumah?" tanya Ryan

Unfair [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang