13. Pat-pat

261 29 9
                                    

Helaan nafas yang entah sudah ke berapa kali terdengar dari pemuda berambut cepak yang sedang merenung sambil menatap langit malam yang di taburi oleh kilauan kilauan bintang.

"Sun, Kita beneran pulang apa enggak sih?" setelah sekian lama gusar akhirnya ia memberanikan dirinya untuk bertanya kepada Suna yang sedang bergibah ria di pojok pos.

Mendengar pertanyaan gusar itu, chindo blasteran cireng itu menoleh kemudian mengangguk. "Bener lah, ya kali enggak."

Aran berhenti menatap langit dan beralih menatap Suna. "Terus mana? Kok gak dateng-dateng? Ini udah seminggu njir!!" Aran juga manusia, gini-gini dia juga butuh kepastian meskipun udah di gantung Kita 2 tahun.

"Aa-lu gak tau ya? Bang Kita kan langsung ke kampungnya kaga kesini dulu. Nanti kalo dia dah kelar baru ke sini." jelas Suna dengan nada lempengnya.

Aran yang sudah di buat nunggu dan berangan hal-hal yang iya-iya hanya bisa melongo mendengar penjelasan itu. Tolong lah, ini Aran udah kangen ama Kita, TAPI KENAPA KITANYA MALAH BABLAS KE KAMPUNGNYA?! KENAPA GAK BALIK DULU BENTAR EMANG KITA GAK KANGEN APA SAMA ARAN?!

Aran mengendus memikirkan hal itu, awas aja kalo sampe Kita beneran gak kangen. "Lu kenapa gak ngasih tau?" tanyanya kepada Suna.

Suna mengambil jagung bakar yang ada di sana. "Gua kira lu tau makanya gua gak ngasih tau." Suna mulai menggigit jagungnya tak lama setelah itu ia merasakan rasa manis menyerbu indra perasanya. "Manis banget." ujarnya sambil menggelengkan kepala.

"Makasih Bang, aku emang manis." ucap Hinata sambil mengedipkan sebelah matanya.

Suna dan Aran yang menyaksikan itu langsung bergidik ngeri karena melihat hal yang seharusnya tidak mereka lihat.

"Jangan kepedean gitu, jadi miris dengernya." ucap Suna sambil melanjutkan kegiatan makan jagungnya.

"Itu mata kenapa kedip-kedip? Cacingan?" tanya Aran.

Hinata menatap kesal kedua temannya itu. "Dih enggak lah! Ya kali cacingan. Mata genit ini tuh buat ngegoda Kage...."

Suna merasa sensasi geli menjalar pada lehernya ketika mendengar perkataan Hinata. Hahaha, Suna tidak bisa mendengar pernyataan blak-blakkan seperti ini.

"Dia mah di godanya pake susu ege Hin, bukan pake mata." tatapan Suna turun ke dada Hinata kemudian memperhatikannya beberapa saat.

Hinata yang merasa Suna menatap kearah dadanya sontak menutupnya menggunakan kedua telapak tangan. "BANG USHI AKU DI LECEHIN!!!" adu Hinata.

Suna sontak menaruh jagungnya dan segera membekap mulut Hinata menggunakan tangannya. Haduh nih bocah ngomong gak bener aja. Nanti kalo ada yang denger kan gawat. Citranya sebagai manusia sucih nan polos bisa-bisa hancur.

"Asu, jangan nyebar fitnah yang iya-iya!" ucap Suna.

"Emmm emmm emmmm!!!"

"Am em am em kayak orang bisu."

Hinata menepuk-nepuk tangan Suna yang membekap mulutnya, tolong lah. Ini tangan Suna bau areng bekas dia bakar jagung tadi. Gak enak banget baunya.

Aran hanya menatap keduanya sambil memakan jagung bakar itu, tidak berniat memisahkan karena malas.

"EMDBZKAMZKXNK!!!"

"Bahasa yunan kah?" tanya Aran di sela-sela makannya ketika mendengar Hinata berbicara di balik bekapan tangan Suna.

"Latin mepet ke sunda sih kayaknya." jawab Suna.

Tak lama setelah tanya jawab yang tidak penting itu, muncul sesosok manusia jangkung dengan surai pirang dan kacamata kotak yang bertengger rapih di pangkal hidungnya. Dan jangan lupakan wajahnya yang kini sedang di tekuk seolah kesal dengan suatu hal.

Haikyuu GangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang