"Sʟᴇᴇᴘ ᴡɪᴛʜ ᴛʜᴇ ᴅᴇᴠɪʟ"
Porsche tertegun. Ulang tahunnya yang kedua puluh lima sebentar lagi. Kenapa Kinn bisa mengetahui detail hari ulang tahunnya? Porsche tertarik, tetapi dia akan memuaskan Porsche kalau dia mengikuti Kinn untuk berbicara dengannya. Jangan-jangan memang itu tujuan Kinn, supaya dia tidak berhujan-hujanan dan mengikuti lelaki itu.
"Nanti, aku akan menyusulmu jika aku sudah puas disini."
Api menyala di mata Kinn, dan tampak jelas lelaki itu mencoba menahan diri. "Terserah, nanti temui aku di ruang kerja." suaranya lebih seperti geraman, kemudian membalikkan badan dengan marah.
~~
Setelah puas menikmati hujan, Porsche masuk ke kamarnya untuk berganti pakaian dan makan malam. Dia sengaja tidak menemui Kinn, lagipula sepertinya lelaki tadi hanya asal bicara ketika bilang ingin berbicara tentang hari ulang tahunnya. Dan Porsche tidak yakin kalau Kinn akan menunggunya. Lelaki itu sepertinya sangat sibuk dan memiliki banyak urusan.
"Kenapa kau tidak menemuiku?" suara di kegelapan itu mengagetkan Porsche.
Dia menajamkan matanya dan melihat Kinn duduk di sana, di keremangan kamarnya. "Kenapa kau masuk ke kamarku tanpa izin?"
Porsche berteriak kaget, tangannya meraba-raba saklar lampu di dinding, berusaha menghilangkan kegelapan yang menyelubungi Kinn, karena lelaki itu tampak lebih menyeramkan di antara cahaya yang remang-remang.
Porsche berhasil menyalakan lampu dan cahaya itu langsung menyelubungi Kinn.Lelaki itu duduk di sofanya, dengan santai, hanya memakai piyama sutera warna hitam dan disebelah tangannya memegang gelas minuman. Porsche melirik ke botol brendy yang entah berasal dari mana, yang sepertinya sudah dituang Kinn selama menunggunya. Apakah lelaki itu mabuk? Jantung Porsche mulai berdegup. Dalam keadaan sadar saja emosi Kinn sangat tidak mudah ditebak, apalagi dalam kondisi mabuk.
"Apa yang kau lakukan disini Kinn?"
Kinn mendengus dan menatap Porsche dengan tajam, "Kau pikir apa? Aku menunggumu di ruang kerjaku dan kemudian menyadari bahwa kau, dengan kepalamu yang keras kepala itu memutuskan untuk melawanku."
Porsche mundur ke belakang, melirik pintu putih itu, dan berusaha sedekat mungkin di sana, sehingga ketika Kinn bertindak di luar batas dia bisa segera melarikan diri.
Kinn tersenyum melihat tingkah Porsche, "Kau seperti kelinci ketakutan lagi Porsche, apa kau takut aku akan melakukan sesuatu yang kejam? Seperti mencampurkan obat di minumanmu, atau ... melemparkanmu dari balkon lagi?" Kinn menyeringai, meletakkan gelasnya dan berdiri, makin lama makin mendekati Porsche.
"Kinn, kau mabuk?" Porsche melirik ke arah pintu, hanya butuh beberapa detik kalau Porsche ingin melarikan diri dari Porsche. Dia pasti bisa melakukannya.
"Kinn Annakin tidak pernah mabuk." Kinn melangkah mendekat dengan tenang, seperti singa yang mengendap-endap mengincar mangsanya. "Dan kau... Seharusnya kau mendengarkan apa yang kuperintahkan, Porsche."
Porsche tahu di situlah titiknya. Di situlah titik Kinn kehilangan kesabarannya, karena itulah Porsche langsung melompat dan mencoba melarikan diri ke pintu. Dia berhasil membuka pintu itu sedikit, sebelum dengan gerakan lebih cepat dan tanpa suara, Kinn sudah ada dibelakangnya, mendorong pintu itu menutup kembali sebelum sempat terbuka.
Kinn mendorongnya rapat ke pintu, dan dengan terkejut Porsche bisa merasakan kejantanan Kinn yang mendesak keras di bagian belakang tubuhnya. Dia ingin bergerak dan menghindar, tetapi ternyata Kinn sudah menahannya di semua sisi. Porsche ketakutan. Apakah dia akan dipaksa lagi? Udara mulai terasa menyesakkan dan Porsche mulai terengah-engah.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐥𝐞𝐞𝐩 𝐖𝐢𝐭𝐡 𝐃𝐞𝐯𝐢𝐥 || 𝐊𝐢𝐧𝐧𝐩𝐨𝐫𝐬𝐜𝐡𝐞 [𝐄𝐍𝐃]
Fanfiction𝐒𝐥𝐞𝐞𝐩 𝐖𝐢𝐭𝐡 𝐃𝐞𝐯𝐢𝐥 Tittle : Sleep With Devil Genre : Angsat || Mafia || Psycho Pair : Kin [Seme] x Porsche [Uke] Warning!! BL [Boys Love] Fanfiction Start : 10 Mei 2022 End : 15 Januari 2023 "Kau adalah kelemahanku." -Kinn Annakin Said...