***
Terik matahari menambah suasana yang kian memanas setelah ketiga orang yang Sherly bicarakan tadi pagi mengetahui potongan live instagram yang tersebar di sosial media murid Adara.
Anin yang telah menunggu bel terakhir berbunyi malah berakhir disatroni oleh Jordi, Aciel dan Revan tepat di depan pintu kelasnya setelah guru Anin meninggalkan kelas. Ia mengalihkan pandangan, sedikit merasa merinding saat ketiga murid laki-laki itu mengeluarkan aura intimidasi terhadapnya.
Ya walau Anin tahu, mereka tidak akan menyakiti Anin melainkan marah terhadap orang yang telah melukai tangannya.
Anin menggerutu. Ia tidak memiliki masalah apapun jika orang lain mengetahui alasan mengapa telapak tangannya bisa terluka. Anin bahkan tidak mengeluh akan rasa sakit yang ia derita, Anin tidak semanja pandangan orang lain terhadapnya.
Namun, yang ia hadapi saat ini adalah tiga orang kepercayaan kekasihnya sekaligus tukang eksekusi, perpanjangan tangan dari Galen sendiri. Ia tidak yakin jika mereka tidak akan memberitahukan hal ini kepada sahabatnya terutama orang yang duduk paling pojok dan memberikan tatapan remeh kepadanya, Aciel Adiwilaga.
Pria menyebalkan itu pasti akan mengadu. Dan disanalah letak permasalahan yang tidak Anin inginkan.
"Gak mau buka mulut, Nin?" tanya Jordi masih dengan menahan nada bicaranya agar tidak kelepasan. Pria itu adalah orang pertama yang mengetahui kecelakaan kecil yang dialami oleh Anin. Ia terkejut dan sempat memikirkan apa yang murid lain pikirkan. Kenyataannya, gadis itu terluka cukup parah di telapak tangannya.
Anin melengos, mengalihkan pandangannya ke arah minuman.
"Kenapa tangan dia, Sher?" tanya Revan tanpa berbasa-basi seperti biasa.
Bukan hanya Anin yang disandera melainkan dua teman Anin yang lain karena mereka tidak diizinkan pergi oleh ketiga murid lelaki yang memiliki kekuasaan cukup tinggi di sekolah ini. Sherly dan Clara tidak masalah, justru hal itu membuat Sherly senang karena bisa menonton kegundahan yang jarang Anin tunjukkan kepada orang lain.
Kepala Anin bergerak dengan cepat ke arah Sherly yang tengah Revan interogasi. Ia memberikan kode dari gerakan pupil matanya yang melebar. Anin memberitahu Sherly untuk tidak mengatakan apapun kepada teman-teman pria mereka.
"Kehantam bola," jawab Sherly dengan begitu santai. Bahkan, gadis itu menyunggingkan senyum saat bertatapan dengan Anin.
Anin meringis seraya menepuk kening, ia merasa pusing karena perempuan di depannya ini memang tidak pernah bisa Anin andalkan untuk berada di pihaknya. Ah, Anin butuh Clara. Ia melirik ke arah Clara yang terdiam mengamati percakapan. Sepertinya, Anin tidak memiliki jalan keluar dan penyelamat.
"Kehantam bola? Sampe bengkak ditutup perban kayak gitu?" Aciel mengulang pernyataan Sherly dengan sinis. "Sekenceng apa dia nendang bola? Anak kelas satu yang tadi main, 'kan?"
"Bilang sama gue, oknum yang mana. Berani banget bikin tangan lo sampe biru gitu. Kalau gak mau kasih tahu, gue acak-acak organisasinya."
"Dia gak sengaja kok!" tanggap Anin sebelum amarah mereka menggebu-gebu.
"Tanggungjawab gak orangnya? Kalo belum, kasih tahu gue siapa. Perlu di mos ulang itu anak sampe gak ngenalin siapa lo," tambah Jordi ikut tidak terima dengan kondisi Anin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vous Me Voyez 2
Teen Fiction(DILARANG MELAKUKAN COPY DALAM BENTUK APAPUN TANPA IZIN) Sebuah Challenge yang membuat keduanya kembali dalam perseteruan yang menyenangkan tetapi tidak membuat goyah rasa yang telah tumbuh di masa SMA. Namun, keduanya terhalang oleh jarak dan wak...