***
"By the way ... Apa kabar, Kania?"
"Damn good! Sangat baik, Galen. Apalagi sekarang, Wah!" Gadis itu terlihat sangat bersemangat sampai tak dapat menahan senyuman lebar yang kini terpatri di wajahnya.
"Kamu ada di sini. Pake seragam yang sama kayak aku. Happy banget rasanya."
Ia terlihat menangkupkan kedua tangannya sedikit menggosokkannya satu sama lain karena rasa dingin yang tengah melanda kota.
"Ya, seneng bisa ketemu lagi," balas Galen membalas senyum Kania. Pria itu terlihat menyodorkan sebuah hot pack yang memang sempat ia beli di salah satu mini market sebelum masuk kelas.
Ouh?
"Thanks, Galen. Kamu inget aja aku gak tahan dingin."
Dengan senyuman yang tidak pudar dari bibirnya, Kania terus memandang Galen dengan mata berbinar.
"Gabriel?" tanya Galen terlihat sedikit ragu. "Di mana dia?" lanjutnya menanyakan saudara Kania.
Sejak kejadian yang menimpa Anin saat itu, hubungan Galen dan Gabriel tidak sebaik dulu. Bukannya Galen tidak memaafkan Gabriel, tetapi Gabriel yang perlahan mundur dan mengurangi komunikasi di antara mereka.
"Tadi kumpul sama anak basket. Dia lagi balik sama cinta pertamanya," kekeh Kania masih merasa senang. Tiba-tiba saja energinya seperti menjadi dua kali lipat lebih daripada biasanya.
"Really?" tanya Galen sedikit terkejut. Ia sangat mengetahui kemampuan Gabriel di bidang olahraga yang satu ini.
Gabriel memiliki kemampuan untuk menjadi seorang kapten. Kemampuannya dalam memainkan bola orange dapat disandingkan dengan sahabat Galen yang lain, Aciel. Keduanya pernah menjadi pasangan yang hebat sebagai kapten dan wakil kapten pada tingkat sekolah menengah pertama.
Galen sebagai sebagai teman dekat keduanya mendukung penuh kegiatan yang mereka dalami dengan tidak mencampuri urusan dan tidak ikut bersaing di dalamnya. Ia menyukai basket, tetapi tidak untuk di arena sekolah.
Sejak SMA, Gabriel dikabarkan fokus dengan pendidikan sehingga ia tidak memiliki waktu mengikuti kegiatan di luar sekolah. Lebih tepatnya, pria itu dituntut untuk tidak membuang waktu dengan hal tidak berguna.
"Mm, Aku yang nyuruh dia. Emang awalnya dilarang sama Papa, tapi akhirnya Gabriel mau berjuang."
Galen tersenyum, ikut merasa senang dengan kabar Gabriel.
"By the way, kenapa pindah? Maksud aku, kok bisa nanggung. Bentar lagi lulus loh."
"Tuntutan keluarga," jawab Galen pelan. Meski sebenarnya desakan kemarin bukanlah yang pertama.
Dari awal ia lulus sekolah menengah pertama, orang tua Galen ingin pria itu melanjutkan pendidikan di Amerika agar bisa dipantau dengan mudah. Tetapi Galen yang masih muda benar-benar memiliki jiwa pemberontak yang sulit diatasi.
Daniar bahkan membujuk kakak kandung Galen, Anne. Hanya untuk memancing anak bungsu mereka menuruti keinginan kedua orang tuanya.
Kania terlihat cemas dengan jawaban Galen. Ia telah mengenal pria itu lebih daripada ia memahami dirinya sendiri. Galen kesepian, pria itu tidak pernah dikelilingi kasih sayang yang sepadan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vous Me Voyez 2
Teen Fiction(DILARANG MELAKUKAN COPY DALAM BENTUK APAPUN TANPA IZIN) Sebuah Challenge yang membuat keduanya kembali dalam perseteruan yang menyenangkan tetapi tidak membuat goyah rasa yang telah tumbuh di masa SMA. Namun, keduanya terhalang oleh jarak dan wak...