15. Siblings

993 143 36
                                    


***

Marva turun dari motor besarnya, ia parkirkan di halaman rumah yang kini telah dipadati oleh jajaran mobil bermerk.

Ia menghela napas, mamanya pasti tengah mengadakan arisan bersama puluhan orang tua lain yang telah lama menjalin hubungan pertemanan antara pejabat kantor perusahaan yang dipimpin oleh Louis.

Ia menenteng tas berwarna hitam serta sebuah bola yang dikemas dalam jaring, bola favorit yang selalu Marva bawa ke beberapa tempat jika ia ingin berlatih. Sesuka itu ia pada sepakbola.

Ia memilih untuk melewati pintu samping daripada harus bertegur sapa dengan keramaian yang sering kali ia temukan di rumahnya.

"Papa?" panggil Marva saat melihat Louis hendak keluar dari pintu yang akan dilewatinya.

Pria paru baya itu terlihat melirik sebentar lalu kembali fokus pada kegiatannya yang sedang memasang dasi, bersiap untuk pergi ke suatu tempat.

"Mau kemana lagi?" tanyanya merasa penasaran.

"Kantor, tadi pulang sebentar cuma mau ambil berkas."

"Tumben," celetuknya mengingat bahwa posisi Louis adalah seorang bos. Ia bisa menyuruh siapapun untuk datang ke rumahnya jika terkait berkas.

"Ck! Kayak kamu gak tahu aja mamamu gimana."

Ia mengangguk pelan. Louis mengatakan bahwa ia harus datang untuk dikenalkan dengan teman-temannya. Seperti itulah kira-kira.

Marva mengerti kesibukan Louis sebagai salah satu direktur di salah satu perusahaan yang Daniar miliki, bergerak di bidang furniture. Suatu saat, perusahaan itu akan menjadi milik Marva meski sampai saat ini Louis masih belum melibatkan dirinya untuk bergabung dalam perusahaan.

Tidak seperti Galen.

Kedudukan Galen dalam keluarga Daniar sangatlah tinggi, bahkan hampir setara dengan Liam selaku papa kandung Galen. Galen selalu digadang-gadang mewarisi seluruh kekayaan milik John Reich Daniar, selaku kakek mereka berdua yang telah menunjuk Galen sebagai pewarisnya sejak anak itu berusia tujuh tahun.

Tidak seperti Marva. Terlahir dari istri kedua Louis, membuat ia tersudut dalam keluarga besarnya sendiri. Terkadang, ia mendengar bahwa pernikahan kedua orang tuanya tidak memiliki restu dan tidak diterima baik oleh keluarga Daniar.

Namun, ia adalah anak lelaki pertama Louis. Posisi tersebut mampu menjadikan Marva sebagai calon kuat yang akan menggeser Galen dari tahtanya.

Hanya saja, prosesnya terlihat begitu lamban.

Louis memiliki ambisi untuk mendapatkan kedudukan penting di dalam keluarganya. Kegagalannya dalam berumahtangga yang menghasilkan anak perempuan, Ayra Daniar, membuat Louis memutuskan untuk menikahi sekretarisnya, yang tak lain kini menjadi ibu kandung Marva. Ia terlahir sebagai anak lelaki yang diharapkan oleh Louis Daniar.

Meskipun orang mengatakan Louis adalah penjahat, bagi Marva, pria itu adalah papa terbaik yang Marva punya.

Setelah sampai di dalam kamarnya, pria itu termenung. Seketika senyumnya mengembang saat memegang beberapa tempelan berwarna-warni yang menghiasi sebagian wajahnya, terutama pada pipi Marva.

"Ck! Manis banget ceweknya Galen."

"Kenapa harus Galen terus?"

Keesokan harinya, setelah perkelahian yang terjadi antara Marva dan Alan. Anin terlihat berdiri di depan pintu kelas sepuluh yang ia ketahui sebagai kelas milik Marva.

Beberapa murid terlihat menunduk takut saat melihatnya, juga terdengar decakan kagum dari sebagian murid yang tersisa.

Marva keluar dari kelasnya, dengan cepat Anin menghalangi langkah pria itu dengan menempatkan dirinya di depan Marva.

Vous Me Voyez 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang