12🥀 Unspoken Love

11 4 0
                                    

"Hanyalah sebuah perasaan... Yang takkan tersampaikan."

.....

"Sandra, kamu  ngapain sih?!"Tanya Felix gusar begitu ia menarik adiknya ke sisi bangunan cafe. Bagaimana tidak? Sandra datang dengan wajah pucat dan koyo di wajahnya---tepatnya di kedua sisi samping matanya serta mata yang bengkak.

Benar kata Aji. Adiknya Felix ini seperti orang gila. Masa datang-datang dengan berteriak dan menggedor kaca cafe disertai penampilan kumuh yang menyakiti mata.

"Kamu mau ngehancurin kerjaan kakak kali ini, ha?!"

Sandra menggeleng, menggigit bibir.

Felix berdecak, "Jangan digigit bibirnya! Ntar berdarah."

Melupakan tujuannya menyusul sang kakak kemari, kini Sandra sadari satu hal yang telah berubah dan sepertinya takkan pernah kembali lagi; tutur kata yang lembut dan sikap penuh perhatian dari Sang kakak yang kini telah tiada untuknya.

Felix yang hangat dan menyayangi adiknya, sepertinya telah pergi.

"Maaf, kak"

Felix tersentak mendengarnya, lalu menaikkan sebelah alisnya.

"Maafin Sandra. Sandra tau selama ini udah salah. Maafin Sandra."

Senyum miring terpatri di wajah Felix yang kini dingin, ia menghembuskan nafas lantas menjawab, "Kalo udah selesai dengan urusan mu, pulang!"

Dengan itu, Felix berbalik, tinggalkan sang adik yang kini menatapnya dengan gurat tanpa ekspresi.

....

"Lo pernah suka sama cewek nggak? Eh, nggak! Maksudnya lo bisa suka sama cewek kan?"

"Kurang asam! Lu pikir gue belok?!"

"Nggak, bukan gitu, maksudnya pernah pacaran atau belum?"

Felix menggeleng.

Brakk!

Aji menggebrak meja, menyingkirkan gelas kopi pahit miliknya yang sudah tandas dan menatap sekeliling cafenya yang sudah sepi karena mereka tutup setengah jam yang lalu.

"Elu yang bener! Jangan ngadi-ngadi, Lix! Tampang mirip bule macem lu masa kagak ada cewek yang mau?"

"Ya bisa lah. Kalo nggak berduit mana mau kan,"

"Yee nggak semua cewek kayak gitu tapi!" Cibir Aji.

Felix tersenyum miris, "Iya, tapi kebanyakan nya gitu."

Tidak salah sih, tapi seharusnya Felix bisa melihat lebih jernih.

"Pernah kok. Dan bisa dibilang masih."

"Hah?" Aji membuka telinganya sekarang.

"Namanya Ariel."

"Kirain belok beneran," dan sebuah geplakan kencang di kepala Aji dapatkan sebagai hadiah atas ucapannya barusan.

"Kurang ajar! Baru kali nih gue dapet modelan karyawan yang berani geplak kepala boss nya." Aji mengusap-usap belakang kepalanya.

HIS CHRYSANTHEMUM'S RED PETALS✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang