01🥀 Job

70 12 0
                                    

"Perhatikan lagi diksi mu dalam bicara. Satu frasa yang salah saja, fatal akibatnya"

________________________________

HIS CHRYSANTHEMUM'S RED PETALS
________________________________

Song Playlist :
Strongest - Ina Wroldsen

****

Ting!

Sebuah notifikasi pesan masuk, membuyarkan lamunan pria bersurai pirang yang sedang duduk di meja dekat jendela kamarnya sembari bertopang dagu. Meraih ponselnya yang terlihat butut itu, ia dapati sebuah pesan dari nama yang tak asing baginya.


From Lino :

|| Lix, pekerjaan kita diliburkan lagi sampai akhir bulan. Bahan produksi habis. Sepertinya... Boss kita sedang ngadat keuangan, lagi.








"Hah, lagi-lagi begini" dihembuskannya nafas lelah, kembali meletakkan ponselnya semula tanpa berniat membalas pesan yang barusan ia terima.

Ceklek!

"Loh, Felix? Nggak berangkat kerja?"

"Karyawan diliburkan lagi, Bu. Bahan produksinya habis, jadi---"

"Jadi, kamu akan menganggur hingga akhir bulan, lagi?"

Laki-laki yang ditanyai pun hanya menunduk, "Maaf, Ibu"

Perempuan paruh baya yang dipanggilnya ibu itu hanya tersenyum menghela, "Ya udah, sabar saja. Mungkin siapa tahu nanti kamu bisa dapatkan pekerjaan yang lebih baik daripada yang sekarang."

"Oh ya, sarapan sudah siap. Ayah menunggumu di meja makan," tambahnya lagi ketika hendak menutup pintu.

Tersisa lah Felix di kamar kayu yang plafonnya bahkan sudah reyot seorang diri. Laki-laki itu menatap ke langit-langit ruang, "Apa aku terlalu menyedihkan?"

....

Ketika ibu memintaku untuk segera pergi sarapan, aku tidak langsung beranjak. Menatap tumbuhan liar yang tumbuh di belakang rumahku lewat jendela tanpa kaca kamar ini, aku kembali menghembuskan nafas sakit, lagi.

Ah ya, aku belum memperkenalkan diri.

Namaku Felixiano Halim, biasa dipanggil Felix. Lulusan SMA, tidak kuliah, dan hanya kerja serabutan di desa.

Iya, desa. Aku beserta ibu dan ayah tidak tinggal di ibu kota, karena ayah tidak punya cukup uang untuk membeli lahan apalagi rumah untuk tempat tinggal. Rumah yang kami tempati ini pun, rumah peninggalan nenek.

Menyedihkan, ya? Tidak, aku tidak mau dikasihani. Terlahir dari keluarga pas-pasan bukan hal yang patut aku keluhkan.

Untuk itulah aku bekerja, meski tidak merantau ke kota, karena aku.... Takut.

Ketakutan yang kumiliki membelenggu, lalu dengan seulas senyum dan ekspresi manis, aku berhasil membohongi semuanya-- semua orang bahwa aku adalah seorang yang bahagia, layaknya anak laki-laki seusiaku pada umumnya.

HIS CHRYSANTHEMUM'S RED PETALS✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang