00. Prologue

545 33 6
                                    

Baru saja Nathan pulang seusai bekerja, ia sudah disuguhi pemandangan sang istri yang tengah kesakitan sembari mencengkram perut besarnya.

Dengan secepat kilat Nathan berlari menghampiri Karina, istrinya. Darah terlihat di bagian bawah Karina. Tidak lama Karina pingsan dipelukannya. Nathan tanpa pikir panjang langsung membawa wanita cantik itu ke rumah sakit.

"Kita harus segera mengambil tindakan. Pasien mengalami pendarahan hebat. Kondisinya sangat kritis saat ini." Ujar dokter yang baru saja selesai memeriksa keadaan Karina.

"Lakukan yang terbaik dok." Nathan dengan cepat menyetujui. Ia tidak mau istri dan calon anaknya kenapa-kenapa.

Setelah melakukan pendaftaran untuk operasi Karina, Nathan menghubungi mertuanya. Ia mengabari keadaan Karina saat ini. Mertua Nathan datang tidak lama setelah Nathan menghubunginya.

"Kenapa bisa sampai kejadian seperti ini?" Karen; mama Karina terlihat panik.

"Maaf, ma. Aku nggak becus jagain Karina." Nathan merasa bersalah.

"Kamu memang tidak pernah becus! Lihat anak saya sekarang. Gimana karirnya nanti sebagai model kalau perutnya dibedah?" Karen meninggikan suaranya.

Nathan hanya bisa menunduk. Mendengarkan saja perkataan mertuanya. Ia paham sekali. Orang tua Karina memang tidak pernah menyukainya sejak awal. Pernikahan mereka pun terpaksa karena Karina yang memaksa kedua orang tuanya.

"Dari awal saya tidak pernah setuju kalian menikah lalu memiliki anak. Dan benar kan, semua nggak berjalan dengan baik sekarang." Karen menjeda, "lebih baik kalian berpisah setelah bayi itu lahir. Biarkan Karina bebas."

Sontak Nathan mendongak menatap tepat pada netra mertuanya. "Apa maksud mama?"

Berpisah dari Karina? Itu sama sekali tidak pernah terlintas dalam benak Nathan sebelumnya.

"Saya mau kalian bercerai. Dan saya akan bawa Karina pergi jauh dari kalian."

"Ma, gimana dengan anak aku? Dia butuh ibunya. Cucu mama butuh ibunya, ma."

Karen melangkah lebih dekat lalu mengambil tangan Nathan untuk digenggamnya, "lakukan demi Karina."

Nathan menggeleng. "Aku nggak mau kehilangan Karina, ma."

"Saya sudah cukup bersabar, Nathan. Semua ini karena ulah kamu. Andai dari awal kamu menuruti perkataan saya untuk tidak memiliki anak pasti semua tidak akan berakhir seperti ini. Karina membangun karirnya sejak kecil. Kenapa kamu hancurkan begitu saja?" Karen mendesah pelan lalu menatap tajam Nathan. "Operasi? Bagaimana karirnya sebagai model nanti."

Nathan tidak habis pikir dengan cara pikir mertuanya ini. Bagaimana bisa mertuanya berpikiran memiliki anak adalah hal yang buruk? Bahkan sebelum memutuskan untuk memiliki anak, keduanya sudah membahas ini lebih jauh. Tapi kejadian tidak terduga seperti ini tentu diluar kendali mereka.

Belum sempat Nathan membuka suaranya lagi, mama Karina kembali berucap.

"Turuti perintah saya, atau kamu tidak akan pernah melihat Karina lagi seumur hidup kamu."

Nathan sangat paham dengan perangai mertuanya. Ancamannya tidak pernah main-main. Apalagi menyangkut anaknya.

"Pergi dan bawa bayi itu. Jangan pernah muncul lagi dihadapan Karina. Kamu dan anak kamu memang pembawa sial."

Hati Nathan terasa teriris. Anaknya yang tidak tahu apa-apa ikut disalahkan karena kejadian diluar kendalinya ini. Ia mengusap air matanya yang menetes begitu saja lalu menatap lekat pada mata mertuanya. Emosi dan kesedihan terlihat jelas dimata Nathan. Tanpa bicara, Nathan kemudian pergi dari sana.

HerWhere stories live. Discover now