03. Janeetha's Birthday

176 24 8
                                    

Ulang tahun Janeetha yang ke-lima hanya tinggal menghitung hari. Nathan sudah mengajukan cuti di hari tersebut. Ia berencana menghabiskan waktunya seharian untuk merayakan ulang tahun putri kecilnya bersama.

"Sebentar lagi Netha ulang tahun loh, Netha mau kado apa sayang?" Celetuk Nathan tiba-tiba.

Gadis kecil yang tengah bermain dengan legonya itu menoleh dan melebarkan sedikit matanya. Kemudian ia berjalan menuju sang ayah yang tengah duduk di sofa, menemaninya bermain sedari tadi.

"Netha ulang tahun ayah? Kapan?" Janeetha bertanya-tanya.

"Lusa, sayang."

"Ye ye! Ye ye! Ulang tahun!" Janeetha melompat-lompat kecil karena bahagia.

Nathan tertawa kecil melihat anaknya begitu antusias seperti ini.

"Netha jadinya mau kado apa?" Tanya Nathan sekali lagi.

Pergerakan Janeetha terhenti. Ia tampak berpikir sebentar. "Ayah, boleh ndak kalau ayah ajak Netha jalan-jalan di hari ulang tahun Netha?"

"Boleh, sayang. Netha mau kemana?" Nathan langsung setuju. Itu bukanlah ide yang buruk.

Namun, jawaban Janeetha setelahnya membuat Nathan terdiam seketika.

"Ajak Netha jalan-jalan ketemu ibu. Ulang tahun Netha yang kemarin, ibu ndak dateng loh." Ujar Janeetha lirih.

Perkataan Janeetha benar-benar membuatnya sedih. Dan juga, permintaan Janeetha sungguh sulit untuk ia kabulkan. Nathan memutar otak. Ia harus memikirkan cara lain agar Janeetha tidak meminta bertemu dengan ibunya.

"Sayang," Nathan membawa sang anak dalam pangkuannya. "Ibu bukannya nggak mau ngerayain ulang tahun Netha bareng kita. Tapi ibu benar-benar harus kerja, sayang. Pekerjaannya tidak bisa ditunda karena suatu alasan." Ia menjelaskan kepada sang anak. Meskipun itu hanyalah sebuah kebohongan semata agar Janeetha tidak sedih.

"Netha harus tau, meskipun ibu nggak bareng kita. Doa ibu selalu menyertai Netha. Pasti ibu selalu mendoakan yang terbaik untuk kamu, sayang." Nathan menghela nafas pelan kemudian tersenyum kecil sembari merapikan poni sang anak. "Jadi, Netha juga doain ibu ya. Biar ibu tetap sehat dan bisa cepat kumpul lagi sama kita. Ya sayang?"

Gadis kecil itu akhirnya mengangguk kecil. Setelah ini, ia hanya harus banyak berdoa agar ibunya cepat kembali berkumpul bersama mereka.

"Sebagai gantinya, gimana kalau ulang tahun Netha dirayain di rumah nenek? Temen Netha kan banyak yang disana. Netha mau?"

"Mau mau! Undang Januar ya ayah."

Nathan terkekeh. "Kamu ini, dasar."

"Ya ayah? Boleh kan?"

"Boleh dong. Apa yang nggak buat princess kecil ayah?"

Janeetha memeluk erat dan menyembunyikan wajahnya di dada bidang sang ayah. "Makasih ayah! Sayaaaang ayah!"

"Ayah juga sayang Netha!" Nathan ikut memeluk erat putrinya.

Perlahan, Karina mengelus perutnya yang terdapat jahitan bekas operasi saat melahirkan putrinya dulu. Ia tidak memiliki niat untuk melakukan treatment menghilangkan bekas jahitan tersebut. Hanya sebagai pengingat bahwa dirinya pernah berjuang membawa putrinya di dalam perutnya saat itu.

"Karin!" Pekik Amara begitu melihat temannya sedang melamun di depan meja makan.

"Kok ngelamun?"

Karina menggeleng lalu tersenyum kecil.

"Duduk, aku udah bawa nih kuenya." Ucap Amara kemudian menaruh kue yang ia bawa diatas meja.

Hari ini adalah hari peringatan ulang tahun anak Karina yang ke-lima. Setiap tahunnya, Karina selalu merayakan hari ini dengan meniup lilin sebagai ganti karena tidak mengetahui dimana letak makam sang anak berada.

HerWhere stories live. Discover now