14. Drawing

125 22 5
                                    

Tubuh telanjang mereka saling memeluk satu sama lain setelah pergumulan panas tadi malam. Jam sudah hampir menunjukkan pukul enam pagi, namun mereka masih sibuk bergelung dibawah selimut.

Hingga suara alarm berbunyi memaksa mereka untuk terbangun. Menjalani aktivitas berulang setiap harinya. Yaitu bekerja.

"Pagi." Ucap Nathan dengan suara khas bangun tidur, ketika melihat Karina sudah membuka mata dan tersenyum simpul kearah dirinya. Dikecupnya singkat dahi milik Karina.

Morning kiss.

"Uhm. Pagi, Nath."

Bukannya bangkit, Karina semakin menyamankan pelukannya dan menenggalamkan wajah didada milik Nathan.

"Kamu ada acara apa hari ini?"

"Cuma rapat sebentar, setelah itu senggang kok." Ucap Nathan. "Kenapa sayang?"

"Kamu lupa?" Karina malah bertanya balik. "Aku kan kemarin udah bilang belum beli kado buat nikahannya Amara."

Nathan terkekeh pelan dan merapatkan pelukannya ketika nada bicara Karina yang terdengar kesal dipagi hari.

"Aduh, maaf ya, sayang. Aku beneran lupa. Kamu mau cari kapan?"

"Sebisanya kamu aja."

Anggukan kecil Nathan berikan sebagai jawaban kepada sang istri. "Nanti kita cari ya. Sepulang aku dari kerja. Okay?" Raut wajahnya seakan meminta jawaban. Untung saja Karina mengangguk menyetujui.

"Lagian kamu ini, itu sekretaris kamu sendiri. Bisa-bisanya lupa."

"Kan kita nggak pernah bahas masalah pribadi dikantor sayang." Elak Nathan.

"Iya deh yang paling professional." Ujarnya disertai kekehan kecil.

"Sana kamu mandi, aku mau bangunin Netha sekalian lihat sarapan udah disiapin apa belum."

Nathan mengangguk kecil. Mencuri satu ciuman dari bibir Karina kemudian bergegas bangkit menuju kamar mandi.

Ceklek

Karina membuka pintu kamar sang anak yang pemiliknya masih terbaring lelap diatas tempat tidur. Ia berjalan menghampiri Janeetha. Membuka selimut dan merebahkan diri disamping sang anak. Sepertinya Karina masih bisa untuk terlelap lagi.

Tidur lelap Janeetha tidak terusik sama sekali karena pergerakan ibunya tadi. Ia malah semakin nyenyak. Mungkin karena pelukan dari sang ibu.

Seakan tersadar bahwa waktu terus berjalan dan Janeetha harus pergi ke sekolah, Karina pun mencoba membangunkan sang anak dengan sangat lembut.

"Wake up princess." Bisik Karina ditelinga kanan sang anak. Diusapnya perlahan wajah sang anak yang terlihat sangat damai ketika tidur.

Beruntungnya, Janeetha bukanlah anak yang susah untuk dibangunkan. Kecuali jika sedang sakit atau kecapekan.

"Ibu?" Mata Janeetha berusaha terbuka lebar. Dapat dilihat sang ibu yang kini tidur dan memeluk disamping dirinya. Seperti yang biasa ibunya lakukan setiap pagi.

"Bangun, sayang. Sekolah."

Janeetha mengangguk kecil. Menuruti sang ibu yang kini sudah bangkit dari posisinya dan memberikan segelas air putih untuk dirinya.

"Minum dulu. Segelas air putih setelah tidur itu baik untuk kesehatan sayang."

Segera Janeetha menerima segelas air dari sang ibu dan meminumnya.

"Mau ibu mandiin atau mandi sendiri?"

"Mau dimandiin ibu."

Karina tersenyum kecil. "Yaudah yuk." Ia mengangkat Janeetha kedalam gendongan, kemudian membawa putri kecilnya untuk dimandikan.

HerWhere stories live. Discover now