PROLOG

479 29 13
                                    

BANDARA PUKUL 09.40

Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang dari Korea Selatan, akhirnya dua sejoli ini sampai di Adisutjipto International Airport, yang sebelumnya mereka harus transit di Jakarta. Lebih dari delapan jam cukup membuat keduanya lelah dan lapar.

"Apa kalian tidak makan dulu ?" Tanya sang manager melihat keduanya di mood yang tidak bagus.

"Mama sudah menyiapkan makanan di rumah, sebaiknya kita makan yang ringan-ringan saja" Sahut Dita beranjak dari duduk sedang menuggu jemputan dari keluarganya.

Dita sudah bersiap untuk mencari gerai roti di sekitar bandara, tapi sang manager menahannya, "Biar saya saja, anda temani Jinny" Sang manager tidak membuang waktu, dia segera mencari gerai yang menjual beberapa roti atau pun cemilan yang mereka butuhkan untuk mengganjal perut mereka yang terasa lapar saat ini.

"Hon, kamu masih mengantuk ?" Tanya Dita pada Jinny yang terlihat menyandarkan tubuhnya pada kursi yang ada di area tunggu.

Jinny tidak banyak bicara, dia hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban. Namun, wajahnya tidak bisa berbohong jika dia sedang tidak baik-baik saja. Jinny meraih tangan Dita yang kini duduk di sampingnya, ditautkan jemarinya di sela-sela jari-jari Dita, dan digenggamnya erat.

"Aku gugup" Ucapnya menatap Dita, "Aku sudah menyusun kata-kata, bahkan aku menulisnya di buku kecil, tapi tetap saja aku tidak bisa mengingatnya" Lanjutnya dengan mata sendu, tersirat ada kekhawatiran di sana.

Dita yang melihat kegundahan dan rasa gugup sang kekasih mencoba tenang dengan menyunggingkan senyum tipis tapi begitu manis. Dita menggeser tubuhnya hingga lebih dekat lagi dengan Jinny. Genggaman Jinny yang menggerat pada jari-jarinya ditangkup dengan tangan sebelahnya lagi. Dita mulai mengelus-elus punggung tangan Jinny, senyum di wajahnya tidak pudar sedikit pun.

"Hei...bersikaplah senatural mungkin. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, aku yakin semua akan berjalan sesuai rencana kita"

Cup

Dita mengecup kilas pipi Jinny, "Apa ini cukup menenangkanmu ?"

Jinny sedikit tersentak Dita menciumnya di tempat umum, tapi hatinya tidak bisa berbohong jika dia menyukainya. Jinny bersemu malu, tersenyum penuh arti.

"Apa kau tidak ingin membalasnya ?" Cibir Dita merajuk.

Sekali lagi Jinny dibuat tidak habis pikir dengan kekasihnya yang bersikap tak biasa, ini terlalu romantis dibanding beradu di atas kasur. Jinny kemudian mendekatkan kepalanya, mengarahkan bibirnya ke pipi menggemaskan kekasihnya.

"Ekhem"

Suara deheman sang manager seketika menghentikan pergerakan Jinny dan menarik kembali kepalanya yang hampir sampai pada targetnya.

Dita dan Jinny menjadi sedikit canggung, apa lagi mengingat pesan sang manager untuk mereka menjaga sikap selama berada di Indonesia.

"Saya ingatkan sekali lagi, jangan berbuat sesuatu yang merugikan kita semua" Warning sang manager, kemudian menyodorkan beberapa roti dan dua cup americano.

Dita dan Jinny tidak menyangkal, mereka mengangguk patuh. Sang manager sudah membantu keduanya untuk mendapat izin ke Indonesia untuk tiga hari dengan perjanjian yang sudah mereka sepakati. Sudah semestinya mereka pun mematuhi perjanjian itu.

Disela keduanya menikmati roti dengan aroma coklat yang kuat dan menyesap minuman mereka, Jinny tersenyum konyol yang membuat Dita mengkerutkan dahi karena tidak mengerti arti senyuman Jinny.

"Why" Dita menggerakkan mulutnya tanpa suara, matanya semakin membulat lantaran Jinny semakin tersenyum seakan menggodanya. Dita mulai kesal karena Jinny tidak juga memberi jawaban atau merespon pertanyaannya, dia mencubit pinggang Jinny.

She is Mine #3 [Hug and Tears]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang