Seokarno-Hatta International Airport
"Kabari Mama jika kalian sudah sampai"
"Iya, ini baru sampai di Seotta, 30 menit lagi penerbangan ke Korea"
"Gunakan untuk bersantai"
"Baik Ma"
"Mama tutup oke ?"
"Iya Ma"
"Bye sweetheart, salam untuk Jinny"
"Oke Ma, bye..."
Tut
Dita menyimpan ponselnya kembali ke dalam tasnya, dia baru saja menerima telpon dari sang mama, memastikan dirinya sampai dengan selamat tanpa kekurangan apapun, padahal dia sendiri baru transit di bandara Seotta.
"Dari Mama ?" Tanya Jinny yang menyimak perbincangan Dita sedari tadi.
"Iya, Mama titip salam" Jawab Dita memperbaiki duduknya lebih dekat dengan Jinny.
"Dita-ssi, Jinny-ssi kita check-in sekarang" Ucap sang manager yang baru kembali dari toilet.
Drrtt drrtt drrrtt
Suara deringan terdengar dari ponsel seseorang, mereka segera memeriksa ponsel masing-masing.
"Oh, ponselku" Cicit Jinny menemukan ponselnya lah yang berdering.
Sembari melihat siapa yang menelponnya, mereka terus berjalan menuju konter check-in. Dita melihat siapa yang menelpon lantaran dia berjalan beriringan dengan Jinny.
"Aku menerima telpon sebentar, tidak apa-apa kan ?" Tanya Jinny kepada Dita dan managernya.
"Jangan lama-lama" Sahut sang manager, tapi tidak dengan Dita. Dia kembali teringat bagaimana Jinny menghubungi Minji dalam keadaan mabuk dan tentu saja sedang tidak baik-baik saja.
Dita memasang wajah cemberut, jujur saja dia sedikit cemburu dengan perlakuan Jinny kepada Minji yang notabenenya adalah orang baru. "Apakah mereka sedekat itu ?" Hatinya terus bertanya dengan mood yang buruk saat ini.
"Oke, bye..." Suara Jinny menutup percakapannya dengan Minji.
"Siapa ?" Tanya Dita basa-basi.
"Minji" Jawab Jinny singkat.
"Oh" Balas Dita memasang wajah datar dan melangkah lebih cepat.
Jinny menyadari ada yang tidak beres dengan sang kekasih, dia melangkah cepat menyelaraskan jalannya dengan Dita. "Kenapa ?" Tanya Jinny setelah berada di samping Dita.
"Kenapa apanya ?" Tanya Dita balik masih dengan mood yang buruk.
"Kamu kenapa ? Wajahnya kenapa ditekuk begitu ?" Tanya Jinny lagi mengikuti mood sang kekasih.
"Tidak kenapa-kenapa" Jawab Dita datar.
"Kalau baik-baik saja, kenapa wajahnya cemberut ?" Jinny masih sabar untuk bisa mendapatkan alasan yang sesungguhnya.
Dita diam membuat Jinny semakin yakin kekasihnya memang menyembunyikan perasan sebenarnya. "Wanita satu ini memang kadang-kadang susah ditebak" Rutuk Jinny dalam diam, dia tidak ingin membuat mood Dita semakin berantakan dengan pertanyaan-pertanyaannya, lantas dia pun ikut terdiam tidak melanjutkan rasa penasarannya.
________
Sudah dua jam Dita terus mendiami Jinny, meski Jinny masih berfikir positif bahwa sang kekasih hanya sedang lelah dan tidak ingin bicara. Tapi, dua jam adalah waktu sulit untuk Jinny tidak berbicara sepatah kata pun, apa lagi dengan kekasihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
She is Mine #3 [Hug and Tears]
Fiksi PenggemarMendapatkan restu keluarga Dita tidaklah mudah, apa lagi Jinny hanya bisa menjanjikan cinta untuk seorang Dita Karang. Latar belakang keluarga yang memiliki darah keturunan dengan kasta tinggi membuat semua menjadi semakin sulit. Hukum sosial, norma...