Suara musik sangat keras terdengar memenuhi halaman belakang keluarga Karang. Ada beberapa hiasan lampu, bahkan ada lampu disko yang dipasang. Sementara di sekitar kolam renang di lengkapi beberapa kursi santai, di halaman berumput sudah tertata beberapa meja untuk tamu yang dilapisi kain serba putih. Suasana sangat riuh, beberapa tamu sedang menikmati minuman yang disediakan, ada champagne dan wine rendah alkohol, untuk anak-anak disediakan berbagai jus dan ice cream di tempat yang berbeda. Dua ice box dipenuhi minuman kaleng ditata rapi di sisi ruangan yang sedikit lengang.
Kirana beberapa kali mengeluarkan tawa lepas ketika berbincang dengan teman lamanya. Omar yang sudah ada di depan satu perangkat DJ mulai memperlihatkan keahliannya meracik beberapa ketukan untuk beat lagu yang sedang dimainkan. Suasana semakin meriah, Kirana tidak tinggal diam, dia menghampiri sang suami, meliukkan badannya mengikuti irama musik. Beberapa tamu undangan ikut menari, berbeda dengan kaum orang tua yang memilih duduk menikmati hidangan yang ada. Semua terlihat begitu bahagia.
"Ayolah cepat sedikit..." Ucap gadis berponi pada sang kekasih.
"Tapi Dit" Ucap Jinny ragu.
"Tidak ada tapi-tapian" Dita menarik Jinny menuju halaman belakang yang sudah ramai dan riuh, dia tidak ingin melewati moment ini hanya dengan menonton saja. Dita sudah lama tidak berkumpul dengan keluarganya, bertemu sanak-saudara, bahkan sudah lupa beberapa wajah yang kini sedang asyik menari dan bersenandung, melontarkan canda kemudian tertawa.
"Aku malu Dit" Ucap Jinny menahan tangan Dita.
Dita menoleh, menyunggingkan senyum manisnya, "Jangan malu, ada aku" Ucapnya sembari menganggukkan kepalanya untuk meyakinkan Jinny.
Jinny pasrah, dia mengikuti ke mana langkah Dita, iya Dita tidak melepaskan tangan Jinny, ditariknya ke tengah, bergabung dengan para tamu yang membuat titik kumpul. Mereka menari mengikuti irama musik, Dita yang memang hobi menari tidak bisa tidak ikut bergoyang.
Owh...dia sangat menawan ketika tertawa, pekik Jinny melihat tawa lepas dari Dita.
"Menarilah denganku" Bisik Dita pada Jinny yang mematung di dekatnya.
Dita menarik tangan Jinny, menggoyangkannya untuk mengikuti gerakannya. Jinny mulai bergerak, meski masih kaku dan ragu, tapi dia berusaha mengimbangi gerakan Dita. Melihat keduanya menari berirama membuat yang lain bersorak, pasangan itu menarik perhatian para tamu.
"Whoah...kalian seperti penari profesional" Seru seseorang.
Jinny mulai menikmati tariannya, matanya tak lepas dari Dita, ada tatapan kagum dan bangga di sana.
That's my girl, lirihnya dalam hati.
Suara sorak sorai di tengah kerumunan membuat seseorang menatap tajam pada dua orang yang menjadi pusat perhatian. Kirana tidak melepas pandangannya kepada Dita dan Jinny yang asyik menari, rasa kesalnya semakin menjadi-jadi. Dia harus melakukan sesuatu untuk menghentikan keduanya. Tanpa pikir panjang dia melangkah menghampiri MC acara, membisikkan sesuatu, pria dengan balutan kemerja putih mengangguk mengerti dengan arahan yang diberikan si pemilik acara.
"Ekhem, perhatian semuanya" Ucap sang MC dengan lantang dari pengeras suara yang diletakkan di sisi kanan panggung kecil yang sudah disiapkan.
Omar yang mendengar arahan MC segera mengecilkan volume musik. Dia bergerak meninggalkan tempatnya dan menghampiri sang istri, apa ini sudah akan dimulai ? Pikirnya dengan keheranan karena tidak sesuai rundown acara yang seharusnya masih acara ramah tamah, tapi dia tak ambil pusing.
"Beb, ini sudah akan dimulai ?" Tanyanya pada sang istri yang sedang berdiri di pinggir panggung. Kirana tidak langsung menjawab, dia hanya tersenyum pada sang suami. Hanya dengan melihat senyum itu, Omar mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
She is Mine #3 [Hug and Tears]
Fiksi PenggemarMendapatkan restu keluarga Dita tidaklah mudah, apa lagi Jinny hanya bisa menjanjikan cinta untuk seorang Dita Karang. Latar belakang keluarga yang memiliki darah keturunan dengan kasta tinggi membuat semua menjadi semakin sulit. Hukum sosial, norma...