1 Karang Familys

190 29 4
                                    

Meeting Private Room

Kirana mondar-mandir di sisi meja dengan tangan yang disilang di dadanya. Dia masih diam dengan wajah yang serius. Di sisi lain ada Dita dan Mega Karang. Dita duduk di kursi sebelah kiri meja, di sampingnya ada Mega Karang yang sedari tadi melihat ke arah Dita yang terduduk lesu.

Dita memainkan jari-jarinya, sesekali mencuri pandang ke arah sang kakak. Sedang Mega Karang masih bersikap tenang, padahal Kirana sudah bersungut dari tadi dengan berbagai rasa kesal yang ke luar dari mulutnya. Mama Mega ingin mendengar anak bungsunya membuka suara atas berbagai pertanyaan Kirana, sebelum nanti dia akan menjadi penengah di antara keduanya. Mama Mega memang pendengar yang baik untuk keluarganya, dia akan buka suara ketika dirasa harus.

Jadilah suasana ruangan yang cukup luas untuk ukuran ruang meeting itu menjadi sunyi, hanya suara helaan nafas dari Kirana dan ketukan kaki Dita pada lantai yang terdengar meski samar.

"Ckk, aku tidak habis pikir denganmu Dit..." Ucap Kirana menghentikan langkahnya di depan Dita.

"Jinny berniat baik, artinya dia bertanggung jawab bukan ?  Itu sudah cukup untukku melihat kesungguhannya" Balas Dita akhirnya membuka suara, tapi wajahnya masih tak berani menatap langsung ke arah Kirana.

"Bukan itu yang kumaksud. Kamu membawanya ke acara keluarga, ulang tahunku. Kamu tau artinya itu ? Secara tidak langsung kamu memperkenalkannya ke keluarga besar kita, dan kamu tidak memberitahu kami terlebih dulu. Hubunganmu dengan Jinny saja sudah salah, ditambah sekarang kamu membawanya. Dit kamu sadar tidak sih ?" Kirana sedikit tidak mengubah nada bicaranya sedikit pun, masih sinis dan tegas.

"Aku sadar, sesadar-sadarnya. Aku tidak serta merta membawanya kemari tanpa pertimbangan. Aku dan Jinny memang berniat memperlihatkan hubungan kami, tapi hanya untuk keluarga ini, Aji, Mama, Kak Kir, dan Kak Omar. Justru akan salah jika aku menyembunyikannya dari kalian. Selama tidak ada yang buka mulut atas hubungan kami, yang lain tidak akan tau. Aku dan Jinny akan menjaga sikap selama acara, kami sudah memikirkan semuanya. Aku berani membawanya karena aku tau keluarga ini dengan baik". Dita masih mengontrol nada bicaranya, dia tidak ingin perdebatan ini menjadi lebih besar karena tersulut emosi.

"Dit, kamu benar-benar keras kepala ! Seklipun tidak ditunjukkan, keluarga akan bertanya dengan member lain, kenapa hanya Jinny yang kamu ajak ? Mereka juga bermain sosial media, sebagian besar dari mereka tau soal rumor kamu dengan Jinny. Apa kamu tidak memikirkan perasaan kami, terutama Ajik ? Bagaimana kami menghadapi pertanyaan-pertanyaan itu, hah ?!" Kirana meninggikan suaranya, dia mulai emosi dengan sikap Dita yang masih tidak mengerti dengan kekhawatirannya.

"Kak..."

"Cukup Dit, kamu terlalu dibutakan perasaan !" Kirana menatap tajam ke arah Dita.

"Tidak seperti itu, aku..."

"Dita Karang !" Bentak Kirana memotong ucapan Dita, dia tidak lagi ingin mendengar penjelasan apapun.

Dita tersentak,  air mukanya berubah memerah, matanya berkaca-kaca menahan tangis. Mama Mega yang diam sedari tadi terusik juga dengan perdebatan anak-anaknya.

"Sudah...kasian Dita. Mama tau beban yang dipikulnya saat ini. Hargai usahanya dan Jinny, ini juga tidak mudah untuk mereka bukan ? Banyak yang bersembunyi diluaran sana untuk mengakui sesuatu yang sulit diterima norma, tapi mereka justru terbuka. Mama tidak mengatakan ini baik, tapi Dita dan Jinny sudah dewasa, biarlah waktu yang menjawabnya, apapun hasilnya nanti Mama masih di tengah-tengah. Toh Jinny sudah ada di sini, perlakukan dia sebagaimana mestinya, bersikap buruk terhadap orang bukan cerminan keluarga ini." Mama Mega meraih tangan Dita, mengelus-elus bagian punggungnya, dia berusaha menenangkan anak bungsunya yang mulai menangis. Dia tahu betul bagaimana sensitifnya Dita.

She is Mine #3 [Hug and Tears]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang