SN DORM
Suasana hening, hanya suara kunyahan dan suara sendok yang membentur permukaan piring. Empat gadis sedang menikmati makan malamnya. Buldak Ramyeon adalah pilihan untuk mereka nikmati dengan beberapa dish yang dibeli Lea dan Soodam dalam perjalanan kembali ke dorm. Mereka memang menghabiskan waktu bersama beberapa hari ini setelah ditinggal pulang ke Indonesia oleh Dita, apa lagi Jinny ikut menemani. Jadilah mereka (Lea dan Soodam) sering menghabiskan waktu bersama sekedar untuk menghilangkan kebosanan mereka dengan jalan-jalan atau menonton konser musik.
"Eonni, kau tidak berminat lagi ?" Tanya Soodam melihat satu pangsit tersisa di piring kecil persis di depannya.
"Makanlah, yang lain juga sepertinya sudah tidak berminat" Jelas Lea merasakan keheningan yang tak biasa. Bukan karena ada member baru, tapi mengenal bagaimana Jinny dan Dita membuat Lea berfikir bahwa ada sesuatu yang terjadi, lihatlah bagaimana keduanya begitu diam sekalipun Jinny sesekali ikut dalam obrolan kecil dengannya.
Soodam tersenyum seperti mendapat hadiah, dia mengambil pangsit yang tersisa dengan sumpitnya, sekali lahap pangsit itu memenuhi mulutnya hingga pipinya mengembung.
"Dami-aa, berapa hari kamu tidak makan ?" Tanya Lea melihat lahapnya Soodam memakan makanannya, bahkan mulutnya tidak berhenti mengunyah sedari tadi, selain pangsit dia menyambar kimchi yang masih banyak.
"Chk, eonni jangan protes, di rumah aku tidak bisa makan makanan seperti ini" Balasnya dengan ketus dan mulut yang penuh.
"Hahahaha, resiko menjadi tuan putri" Sindir Lea dengan tawa yang meledek.
Soodam mencabikkan bibirnya kesal mendengar ledekan Lea. Tapi, Soodam tetaplah Soodam, dia melanjutkan makannya tanpa terganggu sedikit pun.
"Sepertinya hanya kita berdua yang berselera makan di sini Dami-aa" Sindir Lea yang matanya mengarah pada Jinny dan Dita. Pengecualian untuk Minji yang memang masih malu untuk leluasa memakan makanannya. "Kalian tidak membawakanku oleh-oleh ?" Lanjut Lea ingin memancing Dita membuka suara, pasalnya dia irit sekali berbicara sedari tadi, bahkan Dita menunjukkan sikap bisu yang menjadi kebiasaannya ketika marah.
"Aku tidak lupa eonni, tapi aku belum membuka semua barang-barangku. Kalian bisa menemuiku di kamar nanti" Ucap Dita dengan wajah datar yang dipertahankan sejak tadi.
Suasana kembali hening, tidak ada perbincangan lagi. Masing-masing gadis itu memilih untuk fokus menyelesaikan makannya.
"Jinny eonni apa semuanya baik-baik saja ?" Bisik Soodam kepada Jinny yang duduk di samping kirinya.
"Jelas tidak Soodam-aa, kamu merasakan sendiri hawa menakutkan saat ini" Jelas Jinny membalas bisikan Soodam.
"Kamu harus menjelaskan semuanya nanti eonni" Bisik Soodam lagi sesekali melirik ke arah Dita takut-takut dia menyadari dirinya digunjingkan olehnya.
"Ekhem"Dehem Lea menghentikan aksi bisik-bisik Soodam dan Jinny.
"Oh ya Minji-ssi, aku melihat barang-barangmu masih di ruang tengah, kenapa ?" Tanya Lea yang memang melihat sebuah koper dan beberapa barang di ruang tengah, dia tahu persis jika itu bukan koper milik Dita atau Jinny, satu-satunya yang patut dicurigai sebagai pemiliknya.
"Oh itu, aku menunggu Ji Young Ju, kami akan menentukan kamar yang akan ditempati, sekalian mendengar pendapat kalian" Ucap Minji masih malu-malu.
"Ya ya sebaiknya begitu" Balas Lea menganggukkan kepalanya. "Kamu bisa memilih satu kamar dengan Soodam dan Dita, Jinny, atau aku. Kalau aku bisa memberi saran, mungkin sebaiknya kamu dengan Jinny, Zuu dengan Dita dan Soodam" Ucap Lea santai, tapi dibalas tatapan tajam dari Dita. Soodam menyenggol lengan Lea yang tidak sadar akan ucapannya telah membangunkan harimau betina. "Ah maksudku, jika kamu satu kamar denganku tidak masalah, tapi resikonya tidak ada pendingin ruangan, maaf aku tidak bisa dengan itu, hehe" Lea gelagapan akhirnya menyadari sesuatu yang harusnya tidak dilakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
She is Mine #3 [Hug and Tears]
FanfictionMendapatkan restu keluarga Dita tidaklah mudah, apa lagi Jinny hanya bisa menjanjikan cinta untuk seorang Dita Karang. Latar belakang keluarga yang memiliki darah keturunan dengan kasta tinggi membuat semua menjadi semakin sulit. Hukum sosial, norma...