Night Market
"Eonni, ada apa denganmu ? Sedari tadi aku perhatikan kamu banyak melamun ?" Tanya Denise yang menyadari jika Dita lebih banyak melamun.
Mereka sedang menyusuri night market, hampir semua bahan yang diperlukan sudah dibeli, tinggal dark choclate yang tertinggal, Dita berencana membuat brownies dan cookies untuk member dan beberapa staff untuk merayakan comeback kedua Secret Number. Sudah menjadi kebiasaannya merayakan sesuatu yang menurutnya penting dengan kue buatannya, tanda terima kasihnya kepada semua yang telah membantu dan bentuk rasa syukurnya. Tapi, sepanjang perjalanan Dita lebih banyak diam, Denise menjadi talk aktive untuk memancing Dita lebih santai, bahkan karena hal itu membuat Denise berfikir jika sebenarnya Dita tidak nyaman pergi berdua dengannya. Maka diberanikan dirinya untuk bertanya.
Dita tersadar dari lamunannya, dia menoleh ke arah Denise dengan mata yang tidak bersemangat.
"Ah...maafkan aku D, aku hanya memikirkan bahan yang belum terbeli" Bohongnya untuk menutupi kebenaran bahwa pikirannya jauh melayang ke sosok sang kekasih tidak lain yaitu Jinny Park.
"Kita tinggal mencari dark choclate eonni, dan itu ada di sana" Denise menunjuk sebuah deretan rak yang menampakkan berbagai macam jenis coklat.
Dita tidak membalas, dia berjalan menuju rak yang menampilkan beberapa jenis coklat dan menyibukkan diri memilih. Denise memaklumi bagaimana Dita menghindar dari pertanyaannya, karena dia tahu jika Dita sebenarnya memikirkan hal lain. Raganya memang di sini, tapi pikirannya jauh entah ke mana dan itu bisa terbaca oleh Denise.
Denise selalu bisa mengimbangi mood seorang Dita Karang, dia tidak mengganggu sama sekali, apa lagi memaksa Dita untuk bercerita padanya, dia hanya perlu menunggu Dita sendiri yang akan membuka suara, itulah kenapa Dita merasa nyaman di sekitar Denise.
***
Petshop
Di tempat yang berbeda, Jinny dan Soodam sedang berbincang dengan pemilik petshop, mereka berkonsultasi berbagai macam persoalan tentang kucing mereka.
Soodam yang jarang bermain dengan sang kucing karena kesibukkannya terkejut mendapati kucing kesayangannya hampir merontokkan seluruh bulunya, entah karena apa, dia pun tidak mengerti karena sepengetahuannya tidak ada yang salah dengan caranya memperlakukan sang kucing, mulai dari makanan dan kesehatan, dia bahkan memiliki maid khusus untuk kucingnya.
"Itu bisa saja karena stress karena anda tinggal terus, nona. Kucing juga memiliki kepekaan kepada pemiliknya, jika dia merasa kurang perhatian, entah tingkahnya yang berubah atau fisiknya yang mengalami perubahan untuk menarik perhatianmu" Tungkas seorang wanita muda ketika menjelaskan apa yang terjadi pada kucing Soodam.
"Aku rasa juga begitu, lalu apa yang harus aku lakukan ?" Tanya Soodam.
"Cobalah menyempatkan diri bermain dengannya, tidak perlu lama, cukup beberapa menit saja sebisa anda, tapi lakukan dengan rutin. Jika anda sempat, ajaklah berkeliling ke luar rumah, itu jauh lebih bagus lagi" Jelas si wanita muda pemilik petshop.
"Begitu ya...terima kasih banyak atas informasinya miss" Soodam tersenyum lega setelah mendapat arahan dari orang yang tepat karena dia terbawa stress melihat kucingnya. "Eonni, kau tidak memiliki keluhan untuk kucingmu ?" Tanya Soodam kepada Jinny, tapi dia malah menemukan Jinny memandang kosong, terlihat melamun duduk di sebelahnya.
"Eonni ?" Tegur Soodam menyentuh pundak Jinny, dia pun tersentak dari lamunannya.
"Iya Soodam, tadi kamu bilang apa ?" Tanya Jinny gagap.
KAMU SEDANG MEMBACA
She is Mine #3 [Hug and Tears]
FanfictionMendapatkan restu keluarga Dita tidaklah mudah, apa lagi Jinny hanya bisa menjanjikan cinta untuk seorang Dita Karang. Latar belakang keluarga yang memiliki darah keturunan dengan kasta tinggi membuat semua menjadi semakin sulit. Hukum sosial, norma...