PRACTICE ROOM
Ruang yang cukup luas dengan interior serba baru, beberapa fasilitas pelengkap seperti speaker yang cukup besar berada di dua sisi ruangan, kursi panjang lengkap dengan bantalannya membuat nyaman untuk istirahat, lampu sorot dengan kapasitas cahaya yang berbeda, layar gulung yang sewaktu-waktu digunakan untuk membuat konten, bahkan ada proyektor yang menggantung, di sisi belakang ada dua ruangan minimalis, sisi kiri digunakan untuk berganti kostum, sedang sisi kanan adalah ruang yang cukup nyaman untuk seorang penulis menyelesaikan liriknya, katakan saja itu untuk para penulis lagu yang cukup handal.
Ini ketiga kalinya Secret Number menggunakan ruang latihan yang sudah setahun lalu resmi beroperasi, tapi mereka hanya bisa menggunakannya di saat-saat tertentu seperti sekarang, mereka harus latihan intens dengan durasi yang cukup panjang. Letaknya di lantai dua gedung Vine Entertaiment milik Kwon bersaudara.
Mata gadis dengan lesung pipi nampak lesu dan tidak bersemangat. Dia melangkahkan kakinya malas menuju tengah ruangan karena coach Lee seperti biasa sudah lantang meminta mereka untuk segera mengambil posisi.
Tidak juah berbeda dengan yang lain, meski mereka masih bisa mengontrol raut wajah mereka seakan begitu antusias untuk latihan hari ini, namun hati mereka tidak lepas dari keluhan-keluhan yang tidak bisa dengan bebas mereka ungkapkan.
Keenam gadis itu mulai merenggangkan otot dan persendian mengawali pemanasan.
"Kenapa kita masih melakukannya ? Padahal hari ini MV akan ke luar" Rutuk Soodam tidak tahan dengan system baru yang diterapkan bos mereka.
"Sudah lakukan saja selagi kita masih bisa" Sahut Lea yang tepat di samping Soodam.
Keenam gadis itu terus bergerak mengikuti wanita atletis yang berada di depan. Wanita itu masih sama menyeramkannya, wajahnya tidak pernah senyum sedari mereka berkenalan sampai detik ini, mungkin dia lupa bagaimana cara tersenyum atau beban hidupnya terlalu berat.
Gadis-gadis itu bukan tidak memiliki persiapan, mengingat pengalaman mereka sebelumnya yang kewalahan mengikuti sang pelatih, maka hari ini mereka mempersiapkan diri dengan mengkonsumsi vitamin dan beberapa minuman berenergi. Mereka juga mempersiapkan mental mereka untuk berjaga jika sang pelatih tiba-tiba berubah mood, itu kadang terjadi di sesi latihan mereka sebelumnya.
-------
Di tengah latihan, seorang bertubuh gempal dengan kacamata yang menggantung di hidungnya perlahan masuk dengan menenteng beberapa paper bag dan sebuah kado yang cukup besar. Dia meletakkan semua bawaannya di bagian kosong kursi panjang. Laki-laki yang tidak lain sang manager memilih duduk menunggu keenam gadis itu menyelesaikan latihannya. Dia menyilangkan kakinya dengan tangan yang menahan bagian lutut. Kemudian kepalanya mengangguk ketika matanya bertemu dengan coach Lee. Itu kode untuk sang pelatih mengakhiri sesi latihannya.
"Baik, cukup untuk hari ini gurls...progress kalian sangat memuaskan, saya harap tidak ada kesalahan sekecil apapun itu nanti di stage, ini adalah momentum untuk kalian bangkit kembali dengan warna baru dan tentu saja dengan energi yang lebih, jadi jangan sia-siakan kerja keras kalian. Dan saya pribadi mengucapkan selamat untuk comeback kalian, semoga sukses" Ucap wanita atletis itu dengan begitu meyakinkan dan sedikit lembut, tidak seperti sebelumnya. Dia memberi tepukan dengan disambut tepukan dari gadis-gadis itu.
"Fiuuhh, aku pikir akan mati hari ini" Ucap Lea lega dengan latihannya yang terbilang singkat.
Matanya menangkap tatapan sang manager dari tempat duduknya. Dia dengan sigap menghampiri sang manager yang sudah menunggu sejak tadi. Lea tersenyum sembari berjalan menghampiri laki-laki perawakan tambun itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
She is Mine #3 [Hug and Tears]
FanfictionMendapatkan restu keluarga Dita tidaklah mudah, apa lagi Jinny hanya bisa menjanjikan cinta untuk seorang Dita Karang. Latar belakang keluarga yang memiliki darah keturunan dengan kasta tinggi membuat semua menjadi semakin sulit. Hukum sosial, norma...