⚠️WARNING !!! ⚠️
INI CHAP. 🔞+ SO...BE WISE 🙏
*****
Jinny's House
"Kenapa memilih pulang, sedangkan rumahmu sepi begini Hon ?" Tanya Dita setelah mengetahui orang tua Jinny sedang di luar kota, sementara Anne memang sudah tinggal secara mandiri. Yang ada hanya beberapa maid yang tinggal 24 jam di rumah cukup besar itu.
"Karena memang niatku hanya ingin bicara denganmu, berdua saja" Seringai Jinny menghampiri sang kekasih yang duduk di sofa panjang ruang tengah.
"Hanya berbicara ?" Tanya Dita menggoda.
"Tergantung" Jinny menaikan bahunya, "Tergantung bagaimana nanti, aku tidak bisa menjaminnya" Jinny terkekeh panjang.
"Cih" Decih Dita sudah tahu maksud dari gadisnya.
"Hei...kamu sendiri yang mengatakan rindu, apa itu hanya bualan ?" Protes Jinny melihat bagaimana Dita seakan tidak mengingat sepanjang jalan terus menempel padanya dengan kata rindu.
"Apa salahnya mengatakan rindu ? Rindu bukan berarti 'itu' kan ?" Sebal Dita terjebak dengan kalimatnya sendiri.
"Yah...padahal aku sudah mengharapkannya, tapi tidak masalah jika kamu tidak menginginkannya, yang penting kita sudah baik-baik saja" Jinny tersenyum lebar dan mengecup pipi cabi kekasihnya.
Jinny menggeser tangan Dita yang ada di atas paha agar bisa merebahkan kepalanya di sana. "Hah..." Jinny menyamankan posisi kepalanya di paha Dita. "Kita menonton film saja kalau begitu" Meraih remote tv yang tidak jauh dari jangkauannya. Sementara Dita tidak menolak sama sekali, bahkan dia bingung harus melakukan apa setelahnya karena dia sendiri sebenarnya ingin dimanja atau sekedar cuddling sepanjang malam.
"Yakk, kenapa dia jadi calm begini ?! Seharusnya dia agresif, pemaksa, dan nakal, aish !" Rutuk Dita kesal melihat tingkah Jinny yang tidak biasa bermanja-manja padanya.
"Filmnya kamu saja yang pilih, aku tidak punya refrensi apa-apa soal film" Ucap Jinny menyodorkan remote kepada Dita.
"Ish"Meski sedikit kesal Dita menerima remote itu dari tangan Jinny, namun setelah melihat beberapa series yang ada di layar tv Dita menyeringai, dia mulai memutar sebuah serial romance british clasic , tentu saja dia pernah menontonnya, itu sebabnya mood-nya berubah seketika, dia memiliki rencana dalam otaknya. "Jinny, apakah setelah ini kamu akan tahan sayang ?" Batinnya dengan ekspresi licik.
Terdengar opening khas dari Netflix menggema pertanda film itu baru saja akan dimulai. Menit pertama biasa saja, hanya perkenalan tokoh dan latar, keduanya fokus meski sedikit membosankan dengan dialog-dialog klise pada sebuah perjamuan, pesta yang cukup ramai dengan gaun dan tuxedo. Namun, menit berikutnya adegan yang tidak terduga membuat bola mata Jinny membulat, vulgar dan intim itulah yang terjadi.
"D-dit..." Serak Jinny memanggil sang kekasih, dia menelan saliva dengan susah payah.
"Hm ?" Jawab Dita pura-pura cuek dan fokus pada layar tv.
Jinny menoleh ke arah wajah sang kekasih yang terlihat santai-santai saja, sedangkan dia sudah tidak nyaman dengan pemandangan di layar tv. Merasa gerah dan tersulut hasratnya, apa lagi Dita menyingkap t-shirt putih yang dikenakan untuk mengelus-elus bagian perutnya, entahlah dia terbawa suasana juga atau memang kekasihnya tidak bisa diam ketika menonton.
"D-dit..." Ucap Jinny mencoba menarik perhatian sang kekasih.
"Hm ?" Dita menatap Jinny yang berada di pahanya, terlihat beberapa peluh menghiasi dahi gadis dengan rahang tegas itu. "Kenapa sayang ?" Tanya Dita beralih mengelus rahang Jinny.
KAMU SEDANG MEMBACA
She is Mine #3 [Hug and Tears]
FanfictionMendapatkan restu keluarga Dita tidaklah mudah, apa lagi Jinny hanya bisa menjanjikan cinta untuk seorang Dita Karang. Latar belakang keluarga yang memiliki darah keturunan dengan kasta tinggi membuat semua menjadi semakin sulit. Hukum sosial, norma...