Practice Room
Jam sudah menunjukkan pukul 21.00 KST, namun ruang latihan itu masih sibuk dengan keenam member Secret Number dan seorang wanita dengan perawakan atletis, lengannya menunjukkan otot yang berisi, croptop yang dipakai menunjukkan otot perut yang sempurna. Dia menyeringai penuh arti, wajah tegasnya tidak bersahabat sama sekali, ini sudah 5 jam mereka berlatih.
"Jangan harap kalian bisa beristirahat sebelum gerakan kalian benar-benar bagus" Lantangnya berkacak pinggang di depan keenam gadis itu.
Ya, dia coach Lee pengganti Miyoung pelatih tari sebelumnya. Pembawaannya yang sangar dan tidak bisa dibantah membuat keenam gadis itu hanya bisa menuruti apa yang dikatakan, meski sebenarnya mereka sudah sangat lelah.
"Kau, yang di sana, Minji-ssi ?, lakukan yang benar, gerakanmu terlalu lamban dari yang lain" Tunjuknya mengarah pada Minji yang berdiri di antara Dita dan Jinny.
"I-iya, saya akan melakukannya dengan benar" Sambut Minji gugup karena aura sangar sang coach.
Keenam gadis itu benar-benar berkeringat, wajah mereka bahkan sudah memerah karena rasa panas di badannya. Jinny yang tadinya memakai hoodie terpaksa melepasnya karena panas yang menyerang, padahal ruangan itu dilengkapi pendingin.
"Sssttt aoch..." Ringis Minji tiba-tiba memegang lututnya.
"Kenapa ? Kau tidak apa-apa ?" Khawatir Jinny refleks menopang tubuh Minji yang meluruh.
"Sepertinya aku sudah tidak sanggup" Rintih Minji masih memegang lututnya.
"Coach, bisakah kita beristirahat sebentar ? Sebentar saja" Pinta Jinny dengan nada memelas, dia tidak tega melihat kondisi Minji saat ini.
"Baik, hanya 15 menit" Ujar sang coach tanpa berfikir.
Jinny dengan dibantu Dita memapah Minji ke pinggir ruangan untuk bisa bersandar dan meregangkan kakinya yang bergetar karena kelelahan.
"Aku akan mengambil minum untukmu" Ucap Dita bersiap untuk pergi.
"Biar aku saja" Tahan Jinny menarik lengan Dita yang sudah setengah berdiri. "Kamu juga harus istirahat" Lanjut Jinny meyakinkan sang kekasih.
"Thank you..." Balas Dita menyunggingkan senyumnya. Dia kembali duduk sejajar dengan Minji.
"Apa lututmu sakit ?" Tanya Dita bergerak memijat lutut Minji.
"Eonni kamu tidak perlu melakukannya" Minji menyingkirkan tangan Dita dari kakinya.
"Tidak apa-apa, ini akan sedikit membantu" Kekeh Dita mengulurkan tangannya ke kaki Minji, tapi dengan sigap Minji menahannya.
"Eonni, kamu juga kelelahan, simpan energimu, ini akan baik-baik saja setelah diistirahatkan" Tungkas Minji sedikit ditekan.
"Baiklah...biarkan posisi kakimu seperti itu supaya tidak bertambah sakit" Balas Dita setelah menerima penolakan dari Minji atas bantuannya.
Minji hanya mengangguk mengiyakan ucapan Dita. Matanya kini mengekor pada sosok Jinny yang datang membawa dua botol minuman. Satu botol diberikan kepadanya dan satunya diberikan kepada Dita.
"Kau tidak minum Hon ?" Tanya Dita menyodorkan minuman yang sudah diteguknya, tapi gerakannya menggantung kala Minji juga menyodorkan minumannya ke Jinny diwaktu yang bersamaan, alhasil situasi menjadi canggung.
"Ah iya, terima kasih Dit" Jinny mengambil minuman dari tangan Dita dengan senyum kecil yang canggung.
Minji menarik kembali minumannya segera melihat Jinny mengambil botol minuman Dita.
KAMU SEDANG MEMBACA
She is Mine #3 [Hug and Tears]
FanfictionMendapatkan restu keluarga Dita tidaklah mudah, apa lagi Jinny hanya bisa menjanjikan cinta untuk seorang Dita Karang. Latar belakang keluarga yang memiliki darah keturunan dengan kasta tinggi membuat semua menjadi semakin sulit. Hukum sosial, norma...