***
Seorang gadis dengan rambut panjang berwarna duduk di sudut café, bola mata yang senada dengan warna rambut terlihat asing di negeri gingseng ini. Duduk tenang menikmati segelas matcha dengan mata yang sesekali melihat ke arah pintu masuk café.
Diangkat gelasnya untuk menyeruput minumannya, sekali lagi matanya mengarah ke pintu masuk. Dia mengeluarkan ponselnya, menggulir layarnya mengusir rasa bosannya.
"Sudah 15 menit" Katanya melihat jam yang ada di ponselnya.
Terukir senyum sinis pada wajah tirus khas timur. Menggulir kembali layar ponselnya mencari kontak seseorang yang ditunggunya sedari tadi.
Baru saja akan ditekannya nomor yang dimaksud, seseorang terdengar terengah tepat di sampingnya. Kepalanya terangkat otomatis untuk memastikan orang yang tiba-tiba mendekatinya itu.
"Chk, akhirnya kamu datang juga" Katanya dengan nada yang tidak bersahabat.
"Maaf, aku minta maaf" gadis itu menjeda ucapannya karena mengatur nafasnya yang masih berantakan Karena sedikit terburu-buru dan memaksa dirinya untuk berlari mengejar keterlambatannya.
"Hah. Aku tertahan karena Zuu terus menempel padaku" Sambungnya melepas nafas dengan kasar.
Keringat di pelipisnya turun mengalir ke pipi cukup berisi itu. Gadis dengan lesung pipi itu masih berdiri di tempatnya menunggu gadis pirang di sampingnya memberinya respon dan memberi tempat duduk tentunya, kakinya sedikit lemas karena berlari, tenggorokannya kering karena cuaca yang sedikit panas hari ini.
"Duduklah, ini minumanmu, aku sudah memesannya" Gadis pirang itu masih tidak memberi senyumannya.
"Terima kasih" Balas berlesung pipi itu.
Gadis itu pun duduk dan menarik minumannya untuk lebih dekat dengannya, mengambil sedotan yang sudah disediakan.
Glek
Suara minuman berwarna hijau melewati tenggorokan gadis bernama Park Minji. Merasa lega dengan rasa haus yang menghilang seketika ketika cairan sedikit kental itu lolos di tenggorokannya.
"Maaf aku memesan minuman yang sama denganku, karena aku tidak tau minuman kesukaanmu" Ucap gadis pirang itu melihat Minji yang meminum minumannya dengan terburu-buru.
"Tidak apa-apa, terima kasih banyak untuk minumannya. Dan, dan aku benar-benar minta maaf, aku tidak bermaksud untuk terlambat, ini semua karena Zuu yang terus menempel padaku, entah apa yang merasuki anak itu hari ini, apapun yang kukerjakan selalu saja ingin dilakukannya juga. Yah...begitulah, akhirnya aku bisa lepas karena dia memutuskan untuk bermain games online dengan temannya, huh...lega sekali" Jelas Minji panjang lebar berharap mendapat pengertian dari teman pirangnya.
"Aku memaafkanmu kali ini, tapi tidak lain kali. Kita tidak punya banyak waktu untuk bertemu, jadi waktu kita sangatlah berharga. Aku ingin mendengar semuanya darimu sekarang" Balas si pirang mulai menunjukan wajah ramahnya.
"Oh terima kasih sekali lagi" Tungkas Minji, "Ini berita buruk Nana, entah apa yang membuat keduanya menjadi baik-baik saja, padahal sebelumnya mereka bertengkar hebat, aku bahkan menyulut api di atas bensin" Sambungnya dengan berapi-api.
"Itu artinya caramu tidak berhasil, bisakah kau lebih agresif lagi ? Ini terlalu lamban. Tapi, aku ingin tau kenapa begitu cepat mereka berdamai ? Kita sama-sama tau bagaimana sifat keduanya, cemburu dan gengsi" Sambut gadis pirang bernama Nana.
"Kau paling tau tentang mereka, aku akan melakukan apapun yang kau rencanakan. Tapi aku memiliki ide sendiri" Sahut Minji dengan wajah begitu meyakinkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
She is Mine #3 [Hug and Tears]
FanficMendapatkan restu keluarga Dita tidaklah mudah, apa lagi Jinny hanya bisa menjanjikan cinta untuk seorang Dita Karang. Latar belakang keluarga yang memiliki darah keturunan dengan kasta tinggi membuat semua menjadi semakin sulit. Hukum sosial, norma...