15 MONALISA

157 24 13
                                    

***

VINE BUILDING

Tap 

Tap 

Tap

Suara derap kaki melangkah dengan cepat menyusuri anak tangga lantai dua gedung Vine. Dengan hoodie abu polos serta celana jeans biru pekat, gadis bermarga Park itu tidak memperlambat langkahnya sedikitpun, seperti terburu-buru. Nafasnya sedikit tersengal, tapi tak ada raut wajah lelah di sana, dia justru semakin cepat melangkah ketika melihat pintu kaca berukuran besar nampak di depannya.

Sreek

Pintu digeser dengan kekuatan dari tangan gadis bermata kucing. Pandangannya mengedar ke ruangan mencari sosok yang membuatnya berlarian di tangga.

Sementara itu, mendengar pintu yang terbuka dengan kasar membuat dua orang yang sedang berdebat kecil menoleh, mata mereka melihat bagaimana orang yang di ambang pintu terlihat terengah-engah. Ketiganya saling menatap. Zuu diam-diam tersenyum karena kehadiran Jinny sangat ditunggunya, berbeda dengan Dita yang memandang heran, dia memasang wajah bertanya dengan kehadiran Jinny apa lagi dengan raut wajah yang sulit diartikan.

Jinny yang melihat Dita hanya diam saja akhirnya melangkah selangkah demi selangkah mendekat, bibirnya sedikit terangkat, menimbulkan senyum simpul dengan jantung yang kini berdetak lebih cepat, otaknya sedang berfikir apa yang akan diucapkan untuk menyapa kekasihnya, ini terasa sangat canggung. Namun, langkah berikutnya terhenti dengan suara pintu yang terdengar bergeser kembali, secara refleks dia menoleh.

Enam pasang mata itu kini melihat pintu yang dibuka lebar dengan sosok gadis berpakaian casual masuk begitu saja. Jinny menyipitkan matanya, "Minji ?" tanyanya heran dan balik menghadap Dita dengan rasa panik.

"Huh" Dita menghebuskan nafas secara kasar, mengambil sweater-nya dan meraih tas slempangnya, kemudian bergegas untuk pergi, ketika sampai di dekat Jinny dia menatap gadis itu dengan tatapan kekecewaan.

"Ternyata ada yang bersenang-senang hari ini" ucapnya menarik pandangan ke arah Minji lalu kembali menatap gadis di depannya.

Jinny sudah menduga Dita akan salah paham, dia memejamkan matanya sejenak, kemudian menatap gadis dengan mata bulat itu lekat-lekat.

"Aku tidak datang dengannya, sungguh" jelasnya tulus, tangannya meraih pergelangan tangan Dita.

"Mian, Jinny eonni, aku hanya lupa mengembalikan ini tadi" ucap Minji menyela dan mengeluarkan headset dari sakunya.

"See, bersenang-senanglah" ucap Dita datar melapas genggaman tangan Jinny kemudian menepuk pundak Jinny hingga dia berjalan cepat pergi.

"Chk eonni, kau ini, aahh" kesal Zuu yang bersiap untuk pergi juga. "Aku menyesal memintamu kemari eonni" jelasnya melengos dari hadapan Jinny yang cengok di tempatnya.

Apa yang terjadi di depannya terasa begitu cepat, dia tidak sempat berpikir kenapa hal ini tidak sesuai harapannya.

"Minji, bisakah sekali ini saja tidak merusak suasana ?!" Rutuk Jinny yang kesal dengan kehadiran Minji.

"A-aku hanya mengembalikan ini" Balas Minji terbata dengan wajah dibuat sesedih mungkin. "Ada yang sa-salahkah ?" Sambungnya seolah tidak mengerti dengan apa yang terjadi.

"Kau~" Jinny tidak sanggup melanjutkan kata-katanya melihat mata Minji yang mulai berkaca-kaca.

"Maaf" Ucap Minji menyedihkan dengan wajah yang menunduk menumpahkan air matanya.

"Sudah, nanti kita bicara" Ucap Jinny kemudian mengambil langkah cepat untuk mengejar Dita yang mungkin sudah jauh.

***

She is Mine #3 [Hug and Tears]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang