Early - 15

55 12 4
                                    

"Bagi minumnya. Itu ukuran large lho, masa iya mau kamu minum semua." Ujar Ariel saat Rara tengah meminum jus alpukatnya.

"Ini...."

Dina yang mengintip dari balik pintu menatap hampa. Selama ini dia percaya pada kabar yang beredar, Ariel tengah mendekatinya tapi nyatanya Ariel dengan Rara.

"Makasih." Ucap Ariel yang lalu menyeruput jus alpukat yang disodorkan Rara. Hanya sedikit yang diseruput, lalu ia letakan kembali di atas meja. "Udah ahh aku ke kelas dulu." Pamit Ariel setelah melirik jam tangan yang ia kenakan.

"Oke, bye. Makasih buat makanan dan minumannya." Ujar Rara dengan senyum manisnya. Ariel mengangguk.

"Ntar pulang tungguin, biar aku anterin kamu pulang." Pesan Ariel.

"Iya." Angguk Rara.

***

"Jadi benar Rara dijodohkan dengan Ariel?" Tanya Dwi yang sengaja bertandang ke rumah Erni siang ini.

"Iya, Bu. Kebetulan Pak Hendra teman lama suami saya. Mereka dulu pernah sesumbar ingin besanan. Ehh kesampaian, terlebih saat dipertemukan Rara dan Ariel sudah saling mengenal satu sama lain." Papar Erni.

"Oiya, selamat." Ucap Dwi dengan senyum yang sedikit dipaksakan.

"Terima kasih."

"Ariel beruntung bisa berjodoh dengan Rara." Ujar Dwi kemudian.

"Iya Alhamdulillah Rara anak yang baik dan dari keluarga yang kita tahu seluk beluknya. Semoga Rangga juga menemukan jodoh terbaiknya."

"Aamiin. Ariel jadi kuliah di luar negeri?" Tanya Dwi, menggali informasi lebih.

"Jadi, insyaallah."

"Terus nanti LDR dong sama Rara?"

"Iya. Tapi rencana mau dinikahkan dulu."

"Nikah?!" Dwi membelalakkan mata.

"Iya, biar tenang."

"Hehe iya."

Dwi menelan saliva ia segera memutar otak bagaimana caranya agar Rangga tidak terpuruk. Rencana perjodohan Ariel dan Rara memang ada dan terkesan matang. Aku harus segera membantu Rangga menemukan mengganti Rara. Batin Dwi.

Di tempat lain, tepatnya di koridor sekolah tampak beberapa siswi tengah merumpi. Melihat Ariel keluar dari kelas Rara, mereka pun mengganti topik pembicaraan secara dadakan.

"Ariel sama Rara beneran?"

"Nggak aneh sih ya kalau mereka pacaran."

"Iya dari dulu deket."

"Malah aku pikir mereka pacarannya dari dulu."

"Tapi nggak kan? Lha Rara sempet jalan sama cowok lain." Seru salah seorang dari mereka. Mereka terus bergosip sampai akhirnya bel tanda istirahat telah usai berbunyi.

***

"Ra..." Lirih Akbar saat bertemu Rara di area parkir sekolah siang ini, selepas kegiatan belajar mengajar hari ini selesai. Rara yang tengah menunggu Ariel, menoleh.

"Bar?"

"Kamu sama Ariel...?!" Akbar menggantungkan kalimatnya. Berharap ia mendengar kalimat sanggahan dari Rara.

"Iya, maaf ya. Aku...."

"Nggak apa-apa, Ra. Semoga awet hubungannya."

"Makasih." Ucap Rara dengan seulas senyum tipis. Akbar pun pamit.

"Ngapain?" Tanya Ariel to the poin pada Rara sembari menunjuk Akbar dengan dagunya.

"Ngasih selamat sama kita."

"Syukur deh tahu diri."

"Ihh songong."

"Biarin lagian harusnya kita terbuka itu dari kemarin-kemarin. Biar secret admirer tidak menjamur."

"Udah ahh, pulang yuk?!" Panas nih." Ajak Rara yang langsung diangguki Ariel.

"Ke Ibu atau ke Mama?" Tanya Ariel.

"Mama."

"Oke."

"Kamu ada les?" Tanya Rara saat motor Ariel mulai melaju.

"Ada." Jawab Ariel. "Ada test malah." Tambahnya.

"Semangat."

"Oke." Senyum Ariel melebar.

Sesampainya di rumah orang tua Rara, Ariel segera memasukkan sepeda motornya ke garasi. Lalu ikut masuk ke dalam rumah bersama Rara. Lha katanya mau les tapi malah ikut masuk?! Batin Rara.

"Ehh kalian, udah pulang?"

"Udah, Ma." Rara menyalami Rati yang menyambut mereka. Sama seperti Rara, Ariel pun menyalami ibu mertuanya itu.

"Ayo pada makan dulu. Mama tadi udah, jadi kalian aja berdua."

"Siap, Ma."

"Ya udah Mama tinggal istirahat dulu ya, ngantuk." Pamit Rati sembari berlalu ke kamarnya.

Ariel dan Rara kini tengah menikmati makan siang mereka berdua. Selama makan kadang Ariel melempar canda membuat mereka tergelak bersama.

"Numpang istirahat bentar ya." Ariel meminta izin.

"Boleh." Jawab Rara sembari menutup kran selepas dirinya mencuci piring kotor bekas makan siang mereka.

"Yuk?!" Tarik Ariel. Rara melongo Jantung Rara pun mendadak berdegup kencang.

Mereka berbaring di atas tempat tidur. Ariel mengundang Rara masuk ke dalam pelukannya. Rara beringsut, diterimanya undangan tersebut. Keduanya kini tengah berpelukan di atas tempat tidur.

"Riel...."

"Hmmm....."

"Kamu ngantuk?!"

"Sedikit."

"Ya udah tidur, biar pas les nggak ngantuk. Nanti aku bangunin. Emang kamu les jam berapa sih hari ini?"

"Jam lima."

"Tumben?!"

"Kan cuma test."

"Ohh... Ya udah ayo tidur ada waktu 3 jam lebih buat istirahat." Ujar Rara sembari mengelus-elus dada Ariel.

"Iya tapi jangan dielus-elus gitu."

"Emang kenapa?" Tanya Rara yang hanya berniat mengeloni Ariel agar cepat terlelap.

"Bikin mau." Bisik Ariel.

"Kalau mau, boleh." Goda Rara.

"Argh kamu....." Desah Ariel tidak karuan.

***

🔥🔥🔥
Lanjutan part ini ada di KaryaKarsa.
Bakal kejadiankah???

Bakal kejadiankah???

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Early Wedding Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang