-1. KEMALA SANG KENTUT BERGERAK

50 18 4
                                    

K E M A L A *.✧

Semasa menjadi manusia, aku belajar banyak di sekolah; rumus fisika, metafisika, geologi, sejarah bumi, dan banyak lagi. Namun, setelah menjadi seonggok batu bernyawa yang secara harfiah tak memiliki otak, semuanya tak terpakai. Aku hidup lagi, meski betulan menjadi Kemala; batu yang indah dan bercahaya.

Kalau saja saat itu aku tahu Tuhan menawariku masuk surganya, aku takkan memilih menjadi Kemala. Jadi, Tuhan bermurah hati akan mengirimku kembali ke dunianya lagi dengan satu syarat: untuk menebus kebebalanku, aku harus melayani seseorang yang sangat membutuhkan bantuanku. Dimulai menjadi sepotong batu hanyut di sungai. Kalau seseorang memungutku, maka aku harus mengabulkan harapannya.

Aku adalah batu yang paling sabar di muka bumi. Setelah menunggu di ketiadaan selama ribuan purnama, kini disuruh menunggu sambil hanyut pula. Namun, ini lebih baik ketimbang menjadi kentut bergerak. Setidaknya, aku mampu merasakan hangatnya mentari saat pagi dan siang, embusan angin dan gemericik air menghantam tubuhku yang keras.

Lagi, ribuan purnama aku menunggu hadirnya sosok yang akan membawaku. Hingga anak itu datang, dengan tampang kumuh tak terurus, rambut panjang di bagian depannya, seragam sekolah yang mulai pudar warnanya, serta bau keringat khas laki-laki puber. Suaranya garau tertawa renyah bersama dua teman di belakangnya.

Hari sudah mulai rebah dan mereka masih bermain di sekitarku. Sinar matahari bahkan sudah memerah dan nyaris lenyap dilalap pucuk pepohonan rindang di sekitar sungai. Dari kejauhan, kucoba membaca bet di dadanya; Kemal.

Kurasakan sensasi merinding yang selalu kurasakan saat intensitas cahaya mulai turun. Tubuhku akan mulai mengeluarkan cahaya dari fosfor yang terkandung-rasanya hangat dan menenangkan dengan bunyi berdesis tiap aku melakukannya.

Saat aku memejamkan mata, kurasakan tubuhku diangkat ke awang-awang.

"Kemal, ayo pulang!"

Genggaman yang meremas tubuh kerasku makin kuat. "Iya!" Selanjutnya, yang kurasakan hanya benturan dengan benda-benda yang lebih lunak dan berbahan kain, produk dari kayu, dan plastik; aku di dalam tas.

KEMALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang