✨🌑 INI BUKAN TENTANG KEMALA

20 8 0
                                    

PROMPT BULAN JANUARI:
TENTANG AKU & TEMAN SEKAMAR

FORMAT: CERPEN, MIN 300 KATA

JANUARI 2023

:.:.:

K E M A L *.✧

Semenjak menginap di cafe pasangan tua Po, aku mengalami insomnia parah. Berkali-kali aku dijadikan percobaan meminum racikan kopi dengan berbagai rasa yang berbeda—Jibril bilang itu penting saat bekerja di cafe, terutama aku yang akan meraciknya nanti. Awalnya, semua cairan hitam itu rasanya sama saja, kemudian belakangan ini lidahku seakan lebih peka dan tergila-gila dengan cita rasa pahit itu.

Kemala menatapku kasihan setiap selesai gosok gigi di malam hari. Berkali-kali dia bilang padaku bahwa pintu kamarnya terbuka seandainya aku takut tidur sendirian. Jelas aku menolak. Satu, karena aku tidak takut tidur sendirian. Dua, karena dia anak gadis. Jadi malam itu, kuputuskan mengetuk pintu Jibril dengan niat bertanya apa rahasianya bisa bangun pagi dan terlihat segar setelah begadang overdosis kopi. Atau dia justru tidak pernah begadang.

Sekali ketukan, kamarnya legang, menyisakan aku dan gaung ketukan pintu di langit-langit lantai dua. Ketukan kedua, tetap tidak ada jawaban, seakan kehidupan di dalam sana sungguh-sungguh lenyap tak bersisa. Sesuatu yang ganjil mendadak menyambangi kepalaku, dan tangan ini mulai terarah memutar kenop pintu.

Kamarnya legang, gelap gulita menyisakan cahaya yang menyeruak masuk lewat jendela. Tempat tidurnya bahkan masih rapi tak tersentuh, itu berarti sejak cafe ditutup, Jibril tidak meletakkan tubuhnya di sana. Ke mana anak itu?

Sesuatu menyentuh kepala belakangku, entah sejak kapan aku mendadak lupa, bahkan tidak sadar ada seseorang yang sedari tadi berdiri di belakangku. Kepalaku menoleh pelan, tetapi benda itu malah semakin menodong kepalaku dengan keras. "Kemala? Jibril?"

"Kemal?" Benda itu lenyap di belakang kepalaku.

Aku menoleh serentak. Sosok itu, dengan pakaian serba hitam, dan pistol masih menggantung di sela-sela jarinya. Kami mematung beberapa saat, sebelum kenop pintu lain terbuka dan gadis berambut kusut itu keluar, mengusap matanya berulang kali.

Suasana mendadak canggung. Apa ini? Bagaimana bisa Jibril memiliki pistol? Aku tahu itu senjata asli, bukan mainan anak-anak yang bisa bunyi NINU NINU dan bersinar merah biru. Pakaiannya, gerakannya, senyap dan nyaris tersamarkan. Pengintai? Penguntit? Mata-mata?

"Kalian berdua insom bareng-bareng?" suaranya memecah canggung. "Mau kutemani tidur atau bagaimana?" Kemala menatapku dan Jibril bergantian.

Sungguh, anak ini tolol atau bagaimana?

Jibril berdeham, memasukkan pistolnya ke sabuk khusus di pinggangnya. "Kau bisa kembali tidur, Mala. Aku yang akan menemani Kemal tidur."

Malam itu, aku tahu kenapa Jibril memutuskan bekerja di cafe sendirian, dan bagaimana cara anak itu bertahan seorang diri.

[]

KEMALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang