1. KEMALA SANG KENTUT BERGERAK

27 14 1
                                    

K E M A L A *.✧

Kemal berjanji akan menutup mulut, karena jika dia melaporkan seorang gadis tiba-tiba muncul di kamarnya dari seonggok batu, takkan ada yang percaya. Dia merayap ke arah lemarinya dan memberiku pakaiannya sambil menutupi wajah dengan kedua tangan.

Aku sendiri sudah tidak tahu harus meletakkan wajah di mana. Jadi, secepat kilat kupakai baju yang kebesaran itu dan meringkuk di sisi ruangan sambil merenungi nasibku.

"Tolong tampar pipiku," katanya sambil menatap kosong lantai kamar yang terbuat dari kayu halus. "Ini pasti cuma mimpi. Lucid dream. Mana mungkin batu jadi cewek."

Keningku mengernyit. "Hadapilah, Kemal," kataku, meringsut menjauh darinya sebelum Kemal menangkap pergelangan tanganku. "Udah tenang? Sekarang biarkan aku jelasin semuanya, oke?"

Kemal melotot ke arahku. "Apa? Teori manusia tercipta dari tanah dan iblis dari api? Nabi Adam turun ke bumi?" Keringatnya bercucuran di kening.

"Dengar," kataku menghela napas berat. "Tanggal berapa ini? Berapa lama aku jadi batu?"

Matanya melirik ke arah kalender. "Satu Desember 2022," jawabnya pelan. "Kamu Malin Kundang versi cewek? Sumpah ini mimpi paling aneh."

Demi apapun itu, aku bangkit dan mendekat ke arahnya. Tanganku terangkat ke udara dan setelahnya kurasakan sensasi panas setelah telapak tanganku mencium pipinya. "Aku bukan Hawa, aku juga nggak pernah kualat sama orang tua. Aku cuma mati, dan Tuhan ngasih satu kali kesempatan buat hidup lagi tapi aku nggak mau." Kutatap matanya dalam-dalam sambil duduk di depannya. "Aku mau tiduran di surga aja, males-malesan di sana ketimbang ngulang hidup sekali lagi. Harusnya aku udah mati, tapi karna salah pilih, aku jadi balik lagi ke dunia."

Kenal tampak hendak menyela. Jari telunjuknya teracung sejenak sebelum kutolak pertanyaannya dengan telapak tangan penuh.

"Untuk pulang-pada sang pencipta-aku harus membantu orang yang membutuhkan bantuanku, dan kamu orang pertama yang mungut aku dari sungai. Jadi ceritakan permasalahanmu dan biarkan kita selesaikan semua ini dengan cepat, jadi aku bisa mati lagi dan nggak perlu lama-lama sengsara di sini!"

Napasku memburu, menatapnya setengah kesal tanpa sebab. Kamarnya mendadak sepi setelah aku berkata demikian, dan Kemal hanya mematung kehabisan kata sambil menatapku.

Kutarik lagi diriku mundur, menjauh darinya dan memepet tembok. Diam-diam kuperhatikan ekspresi wajahnya yang serius berpikir.

"Aku nggak butuh bantuanmu," katanya setelah menarik napas. "Aku cuma butuh kamu keluar dari kamar sebelum-"

"Kemal?" Pintu mendadak dibuka paksa dari luar. Seorang wanita muncul dari baliknya, menyalakan lampu dan membuat seisi kamar lebih terang. "Ngomong sama siapa?" Wanita dengan celemek itu berkacak pinggang menatap Kemal.

Habislah aku!

KEMALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang