13

392 48 2
                                    

"Haa...berfikir ya, itu mudah jika kau masih ingin tetap melanjutkan impianmu kau hanya perlu melakukan aborsi tentang kandunganmu itu... aku mengatakan ini karena sepertinya kau baru tau jika kau hamil dan itu bahkan anak di luar nikah"

'Mudah... Apa yang dikatakan wakil Direktur maksudnya bayi yang ada di dalam perutku ini mudah di singkirkan...'


"Dua garis.... tidak mungkin"

Dua garis merah terlihat di testpack bagi seseorang ini bisa jadi berita baik, tapi bagi seseorang lainnya... Ini bisa jadi berita buruk.

"Ini tidak benar... tidak bisa begini"

"... Ayo coba lagi"

(Name) beberapa kali mencobanya tapi hasilnya tetap sama. Sekitar 5 hasil testpack menunjukkan 2 garis yang sama. Wajahnya bahkan pucat setiap kali melihat hasilnya.

"Haa... bagaimana ini..."

"Aku ingat dengan jelas persyaratan biaya siswanya jika hamil diluar nikah maka biayasiswa selama aku kuliah akan berhenti dengan surat keluar dari kampus"

"Ini semua Kageyama..."

Drrtt drrtt

(Name) melihat ke arah hpnya yang berbunyi muncul notifikasi pesan dari Renji. Dia ingin bertemu dengan (Name) di cafe terdekat dari rumahnya sekalian mengantarkan tas miliknya yang tertinggal di kantor.



"Ini tasmu dan juga aku membawakan obat yang sudah di resepkan oleh Dokter... Hmm begini (Last Name)-san kata Dokter kau harus banyak makan yang mengandung zat besi dan nutrisi, itu untuk kesehatan bayi dan juga dirimu"

"Iya baiklah... terima kasih bantunya Renji-san"

Renji yang melihat (Name) menghela nafas panjang. "Aku tau kau banyak pikiran tapi kesehatan bayi dan juga dirimu itu penting (Last Name)-san"

"Iya aku... hanya masih bingung ini"

"Aku tau perkataan wakil Direktur tadi sangat menyakitkan tapi (Last Name)-san apa kau rela melakukan aborsi kepada bayi yang tidak bersalah"

"....."

(Name) keluar dari cafe tanpa membalas ucapan Renji. Dia berjalan kembali ke rumahnya lalu berhenti sambil menatap ke arah kaca toko bunga.

'Malam itu Kageyama melakukan tanpa pengaman.... aku bahkan tidak mau mengingat berapa kali dia keluar di dalam'

'Karena hari itu juga Ayahku meninggal... Aku jadi sibuk dan lupa tentang itu sampai aku menyadarinya....'

'Usianya sudah memasuki 8 minggu berarti sebentar lagi 3 bulan...'

"Aborsi...."

(Name) menyentuh perutnya isi kepalanya mulai berfikir lagi mengingat perkataan wakil Direktur dan Renji. 'Aborsi itu.... tindakan ilegal'

"Apa Ibu juga dulu pernah berada di posisiku..."

Ucap (Name) mengingat cerita Ayahnya dulu karena kesalahan mereka berdua saat SMA (Name) terlahir di luar nikah. Tapi disaat seperti itu mereka bisa menghadappinya bersama.

Sedangkan (Name) sudah tidak memiliki orang tua di dekatnya, takut menceritakan ini dengan teman terdekatnya Chihaya, dan semua kerabat tidak perduli lagi dengan keluarganya. Bahkan orang yang sebenarnya bertanggung jawab atas semua yang terjadi dengan (Name) tidak tau apa-apa.

(Name) merasa harus melakukan semuanya sendiri. "Ugh... kenapa rasanya sulit bernafas jika aku terus memikirkannya"

"Aku tau jika aku melakukan aborsi semua beban yang aku pikir dan masalah yang aku hadapi sekarang bisa tersingkirkan tapi...."

.
.
.
.
.
.
.

Hari ini (Name) datang ke kampus untuk mengikuti ujian. Wajahnya tampak pucat 2 hari Dia tidak bisa tidur ditambah mual yang datang lagi pagi ini.

(Name) melewati koridor kampus ingin mengambil buku miliknya yang berada didalam loker. Dia sendiri tidak sadar semua orang menatapnya sambil berbisik kecil.

Saat (Name) membuka loker miliknya ada beberapa kertas yang berjatuhan dengan banyak tulisan.

'Menjijikan'

'Senpai menjijikan'

'Berapa harga saat kau menjual dirimu ?'

'Lain kali pakai pengaman... Senpai'

'Berpura-pura berwajah polos padahal ternyata sangat ganas diatas kasur xxx'

"A-apa.... semua ini"

"(Name).... Apa itu semua benar ?"

(Name) mendengar teriakan Chihaya anak-anak yang lain bahkan semuanya berkumpul melihat ke arahnya. 'Kenapa.... kenapa semuanya bisa tau aku...'

Di belakang Chihaya ada Renji yang terseyum ke arahnya. 'Tidak mungkin... Renji-san'

Chihaya teman terdekatnya menatapnya dengan tatapan menjijikan "(Last Name)-san maaf aku hanya ingin meminta saran dari teman-teman tentang masalahmu tapi... malah tersebar luas seperti ini"

"Jadi itu benar... Kau hamil di luar nikah"

Chihaya mulai meninggikan nada bicaranya. Semua yang lain juga mulai berbisik tentangnya sambil menatap ke arahnya. 'Berhenti... aku mohon berhenti'

"Chihaya-san ini... Tunggu sebentar tolong dengarkan aku"

Karena merasa terkepung (Name) mulai merasa pusing dan mualnya datang lagi. Karena tidak tahan (Name) lari ke toilet kampus.

"Ugh huwek... huwek haa... haa"

"Lihat itu Dia beneran hamil..."

"Dia bahkan masih punya wajah datang ke kampus dengan keadaan seperti itu"

Beberapa menit kemudian (Name) berhenti mual lalu menatap ke arah cermin. Hpnya bergetar notifikasi pesan masuk dari pihak kampusnya yang memintanya datang ke departemen.

'Haa... jadi ini akhirnya'

(Name) ke luar dari toilet beberapa Mahasiswa yang lain sudah ada yang masuk ke kelas untuk mengikuti ujian sedangkan (Name) harus pergi ke departemen sekarang.

"Secepatnya pihak kampus akan mengirim surat keluar untukmu"

Suara itu bergema terus di kepala (Name). 'Huh secepat ini...'

"Sebaiknya kau tidak datang lagi ke kampus mulai besok.... untuk memulihkan keadaan di kampus saat ini"

Kepala (Name) mengangguk setelah semuanya selesai Dia keluar dari ruangan itu. Saat di perjalanan kepalanya terus saja menunduk sampai Dia tidak menyadari kalau menabrak seseorang.

Bruk

"Lain kali hati-hati (Last Name)-san"

'Suara ini... Renji-san'

"Renji-san!!"

"Ohh sepertinya kau dari Departemen ya... Bagaimana kau mendapatkan kabar baik bukan"

Mata (Name) membulat sempurna saat mendengar ucapan Renji. "Kenapa kau berkata seperti itu... tidak kenapa kau memberi tahu semua orang tentangku"

"Itu karena kau hamil di luar nikah... Seharusnya kau berterima kasih aku mempermudah masalahmu..."

'mempermudah'

"(Last Name)-san kau itu menjijikan status sosialmu sudah berubah menjadi wanita yang tidak baik dan buruk"

"Sekali rusak tetap rusak (Last Name)-san jadi buat apa aku merahasiakannya lagi..."

Ucap Renji terseyum lalu meninggalkan (Name) yang masih terdiam setelah mendengar ucapannya.

Choice [Kageyama Tobio x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang