•1•

21 11 1
                                    

Hiii

•ma•

Suara dentingan notif yang terus berbunyi membuat seorang gadis sedikit berdecak. Walaupun telah seperti alarm yang slalu menjauhkannya dari kesiangan, gadis itu masih tetap enggan menerima.

Qeela, gadis itu terduduk tanpa membuka matanya. Ia meregangkan ototnya memaksa untuk bekerja. Tangannya meraba sekitar mencari benda pipih yang sedari tadi terus berbunyi, setelahnya mematikan data seluler.

Jam menunjukan pukul lima lewat, seperti biasa gadis manis itu pergi mandi dan ritual lain setelahnya.

🔹🔷🔹

"Good morning kesayangan momy!" sapa Shifa wanita paruh baya, dengan baju seragam yang rapih yang melekat di tubuhnya.

"Pagi Bun, Ayah mana?" tanyanya, matanya mengitari dapur.

"Dar!"

"Ayah!" bentak Qeela terkejut saat tangan sang Ayah sedikit memukul pundaknya.

"Hehe... Good morning anak gadis dady. Ayo duduk kita sarapan." Haikal menggiring  Qeela dengan kedua tangan di pundak si bungsu.

"Ayah ih kaya anak kecil tau," sewot Qeela berusaha menyingkirkan tangan sang Ayah.

"Kamu masih anak kecil bagi Ayah, hahah," ujarnya lalu duduk di ujung meja makan. Selagi menyiapkan makanan Shifa hanya tersenyum mendengarnya.

"Udah siap! Ayo kita sarapan!" Seru Shifa mengawali.

Merekapun makan dengan dipimpin do'a oleh Ayah sebelumnya.

"Ayah, nan──"

Drtt... Drtt...

"Bentar, Ayah angkat telepon dulu." Haikal mengangkat panggilan itu, mendekatkan ponselnya ke telinga. Tak lama ia meninggalkan ruang makan itu untuk pergi ke kamarnya.

"Huft.. Baru aja mau ngajak berangkat bareng udah ke jawab duluan." Qeela menghembuskan napasnya kesal, memang susah sekali berangkat bareng sang Ayah.

"Udah, sekarang lanjut makan biar kita gak kesiangan."

"Apa kita juga gak bakal bareng Bun?" tanya Qeela masih berharap bisa berangkat bersama.

"Kamu kenapa? Sekolah kita kan beda arah, gimana kamu ini." Shifa gemas dengan anaknya sekaligus merasa kasian.

Shifa, Bunda Qeela adalah seorang guru di sekolah menengah atas.

"Lupa, kalau gitu Qeel──"

"Ayah berangkat sekarang ya, mendadak ada pasien yang harus ditangani sekarang juga. Ayah gabisa terlambat. Maaf ya," ujar haikal tiba tiba, ia mengusap rambut Qeela. Haikal tau Qeela pasti ingin berangkat bersama.

"Iya Yah, hati hati." Qeela mengangguk pasrah lalu menyalimi tangan sang Ayah. Shifa beranjak menghampiri keduanya.

"Hati hati Yah, nanti Bunda suruh Pa. Tom kirimkan makan siang. Jangan lupa dimakan Yah." Shifa mencium punggung tangan sang suami.

Qeela ShanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang