"Bisakah kau menjadikanku alasan untuk bertahan?"
.....
"Kayaknya lagi musim hujan ya? Perasaan tiap sore hujan terus," kata Nev menatap sang langit yang tengah bersedih dari kaca pembatas di rumah Finn.Saat ini mereka berempat tengah menikmati mie instan tepat di depan jendela bersama dengan beberapa camilan juga es buah yang Finn minta tolong buatkan pada asisten rumah tangganya.
Di minimarket tadi Nev tak hanya membeli mie instan, tapi juga camilan dan aneka bahan-bahan seperti telur, sosis, serta sayuran yang akan dijadikan campuran mie. Padahal di rumah Finn ada semua, tapi pemuda itu tetap membelinya dengan uangnya sendiri. Katanya sekali-kali dirinya ingin bersedekah, karena selama ini Finn yang selalu bersedekah pada mereka.
Finn melirik ke arah Thifa yang terlihat menatap serius awan gelap yang entah kapan akan menjatuhkan tangisannya ke muka bumi.
"Kalau hujan nanti di sini dulu aja," saran Finn digelengi oleh Nisha.
"Nggak bisa, aku udah janji pulang jam setengah lima," tolak sopan Nisha mengingat apa yang tadi ia janjikan pada orang tuanya.
"Iya, lagian aku mau ada urusan keluarga nanti malem," imbuh Nev diangguki paham oleh Finn.
"Yaudah Thifa di sini dulu aja, nanti malam aku anterin pulang," kata Finn tak dijawab oleh Thifa.
Di satu sisi dirinya ingin pulang karena merasa tak enak berlama-lama di rumah seorang pria, tapi di sisi lain Thifa juga tak bisa pulang dengan keadaan luar yang bertiup angin kencang atau bahkan hujan.
Setelah sedikit berbincang, mereka melanjutkan makan mienya sambil sesekali mengunyah makanan ringan gurih sebagai toping.
Selesai makan Finn dan Nev bermain game, sedangkan Thifa dan Nisha memilih membereskan bekas makan mereka karena merasa tak enak dengan orang yang bekerja di rumah Finn. Mereka berdua bahkan berniat mencuci piring bekas mereka, tapi dilarang oleh asisten rumah tangga Finn. Meski begitu, mereka tetap membantu asisten rumah tangga Finn beres-beres lalu kembali ke depan, menemui Finn dan Nev setelah menyelesaikan pekerjaannya.
Melirik ke arah jam, Nisha meraih tasnya. "Udah setengah lima, aku pamit pulang ya"
Melihat Nisha akan pulang, Nev langsung berdiri lalu ikut mengambil tasnya. "Aku juga mau pulang, udah gerimis nih," katanya melihat ke arah jendela yang menunjukkan air mulai berjatuhan.
"Kami pamit pulang ya Finn, makasih makanannya. Maaf juga repotin, semoga cepet sembuh," kata Nisha sebelum pergi dari rumah Finn.
Tepat saat Nisha dan Nev pulang, air hujan langsung turun dengan derasnya. Thifa hanya diam menatap kaca jendela rumah Finn yang bagian luar mulai basah terkena air hujan.
"Kalau takut sini aja," kata Finn menatap punggung Thifa.
Thifa menoleh lalu menggeleng pelan sebelum kembali menatap jendela.
"Ketakutan ini akan terus ada jika aku tak menghadapinya. Setidaknya jika tak berani untuk melawannya langsung, aku bisa melihatnya. Meskipun itu harus bersamamu," ucapnya lalu menghela napas pelan kemudian kembali berbicara.
"Hah_ ku rasa jika tak ada kau mungkin sekarang aku sudah gemetar ketakutan," lanjutnya tersenyum simpul.
"Jika yang tidak kamu sukai adalah hujan, maka apa yang kamu sukai?"
KAMU SEDANG MEMBACA
PAYUNG PENGGANTI [HIATUS]
Teen Fiction"Aku masih membutuhkanmu sebagai payungku agar aku tak kehujanan. Jika payung itu rusak, maka aku akan kembali basah" Finn tersenyum tipis lalu mengangguk pelan sebelum berucap. "Maka carilah payung pengganti," katanya digelengi tak setuju oleh Thif...