"Ansel, kapan kamu akan ke Indonesia lagi?" tanya seorang gadis terus mengikuti dan berusaha menyeimbangi langkah lebar pria di depannya.
DUG...
Gadis itu memegang jidatnya yang terbentur oleh tubuh pria itu saat ia tiba-tiba saja menghentikan langkahnya.
"Kenapa memang?" tanyanya kini sudah berbalik, menatap gadis yang telah ia kenal sejak usia delapan tahun.
"Tidak, hanya saja aku ingin ke Indonesia," jawabnya disertai cengiran.
"Kamu bisa ke Indonesia kapanpun kamu mau Liza," kata Ansel kembali melanjutkan langkahnya.
"Aku bukan kamu yang memiliki otak jenius dan dapat menyelesaikan pekerjaan yang tertunda dengan cepat," gerutunya membuat Ansel mengangkat bibirnya hingga membentuk senyuman tipis yang hampir tak terlihat.
......Finn tersenyum mengejek ke arah Kavindra saat nilai ulangan harian kimia dibagi dan diumumkan jika dirinyalah peroleh nilai tertinggi seangkatan bersama dengan Kavindra yang juga mendapat nilai sempurna.
Sedangkan Kavindra yang tak mengerti dengan arti senyuman Finn padanya hanya menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Kenapa tak mencontekiku kemarin," bisik Nev membuat Finn mengalihkan tatapannya, memberikan lirikan sinis teman sebangkunya yang kamarin menolak mentah-mentah contekannya dengan mengatakan jika jawabannya belum tentu benar.
"Kamulah yang menolak ku conteki," kesal Finn lalu kembali menatap papan tulis.
Thifa menatap aneh Nisha yang nampak seperti orang yang memiliki banyak beban. Gadis itu bergantian menatap Finn dan Kavindra hingga membuat Thifa pusing sendiri melihat kepalanya yang terus bergeser-geser.
"Apa yang kamu lakukan?" tegur Thifa membuat Nisha menatapnya dengan cengiran polosnya.
Nisha menggeleng pelan sambil menghela pelan. "Kenapa aku melihat Finn terlihat mengambis kali ini? Bukankah selama ini dia tak terlalu memikirkan nilai?" ucap pelan Nisha agar tak didengar anak lain ataupun Guru yang tengah menulis di depan kelas.
Thifa menghela napas panjang sebelum menjawabnya. "Jika Finn tak memikirkan nilainya, tak mungkin dirinya masuk sepuluh besar," balas Thifa diangguki paham oleh Nisha.
"Baiklah karena sudah waktunya istirahat, silahkan kalian pelajari lagi materi ini di rumah agar bisa menjawab ujian minggu besok dengan benar"
"Baik Buk, terima kasih untuk hari ini Buk," balas serempak para siswa saat Guru meninggalkan ruangan.
Nisha dan Thifa memasukkan semua alat tulis ke dalam tas lalu berjalan keluar kelas menuju kantin tanpa memedulikan dua pria yang sejak tadi terus menatap ke arah mereka.
Sampainya di kantin Thifa dan Nisha langsung memesan makanan dan minuman setelah mencari tempat duduk.
"Thif," panggil Nisha pada Thifa yang tengah memainkan ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAYUNG PENGGANTI [HIATUS]
Ficção Adolescente"Aku masih membutuhkanmu sebagai payungku agar aku tak kehujanan. Jika payung itu rusak, maka aku akan kembali basah" Finn tersenyum tipis lalu mengangguk pelan sebelum berucap. "Maka carilah payung pengganti," katanya digelengi tak setuju oleh Thif...