Dark Eyes
Bab III
Kekecewaanku
Dua puluh lima juli pukul sepuluh pagi.
Seminggu sudah berlalu, semenjak Charon pergi dan menghilang dari pandanganku.
Setelah kejadian itu, aku hanya terdiam dan tak melakukan apa pun. Tak banyak kata yang bisa kuucapkan pada sekitarku.
Seperti hari ini, saat Yuri mengajak berbicara aku hanya terdiam. Begitu juga saat Rizuna datang memelukku, aku menepisnya.
Membuatnya Rizuna terdiam menjauh.
Sama halnya seperti saat Erica mulai menatap wajahku, aku berpaling dari pandangannya.
Hanya ucapan terakhir Charon yang selalu kuingat jelas di dalam pikiranku.
Perkataannya..
Senyum terakhirnya..
"Aku senang bisa bertemu denganmu.. Wakatsu.."
"Terima kasih untuk semuanya, Wakatsu.."
Kemudian Charon menghilang dari pandanganku. Setiap kali mengingat hal itu, hatiku selalu terasa sakit.
Walaupun itu semua tak sebanding dengan kenyataan pahit yang kulihat sebelumnya. Ketika Charon membunuh Kagami tepat di depan mataku.
Kekecewaan yang sangat mendalam selalu tersimpan di dalam hatiku semenjak kejadian itu.
"Mengapa dia melakukan semua itu?! Mengapa?!" pikirku.
Sungguh suatu kenyataan pahit ketika melihat seseorang yang kita pedulikan tak menghiraukan perkataan yang selalu kita ucapkan.
Keesokan harinya pada saat tragedi itu, jasad Kagami dikuburkan. Aku hanya bisa melihat tubuhnya dari kejauhan di tempat peristirahatannya yang terakhir.
Ibunya menangis histeris ketika jasad anak yang dicintainya mulai dimakamkan. Lalu tak lama setelah itu,ibunya jatuh pingsan.
Aku merasa sangat bersalah ketika melihat pemandangan itu. Meskipun aku tak begitu mengenal Kagami, serta masalah-masalahnya.
Semua itu terjadi karena aku tidak bisa merelai Charon, menahan dirinya pada saat itu.
Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku merasa gagal.
Gagal sebagai seorang manusia.
Semenjak hari itu, sesekali aku mengunjungi tempat Rechi berada. Benar, mengunjunginya di rumah sakit, tempat Rechi dirawat.
Aku merasa menyesal ketika memandang tubuhnya. Sebab kecelakaan ini terjadi karena aku tak begitu memperhatikan rute sang iblis.
Rutenya yang menyerang temanku satu persatu, yang bertujuan untuk melenyapkan Chraron.
"Hei, Rechi-kun! Bagaimana keadaanmu?" tanyaku kepada Rechi ketika aku berhasil memasuki ruang pengobatannya.
Ketika mendengar sapaanku, Rechi berpaling ke arahku. Berpaling dari pandangan mata kosongnya yang tertuju pada jendela kamar.
"Oh, kamu Wataku!" balasnya dalam sapaanku, "keadaanku sudah baikan."
"Syukurlah!" Ucapku kepadanya.
Sudah seminggu berlalu semenjak kejadian itu, namun keadaannya belum pulih total. Meskipun seharusnya untuk ukuran sebuah kecelakaan tusukan itu sangatlah lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Eyes - The Guilty Soul
FantasíaDi saat penyesalan berubah menjadi dosa, dapatkah kau menghapusnya? Meski berusaha.. meski telah berusaha dengan keras, mungkinkah kau dapat menebus atau melupakannya? 'Semua manusia adalah orang berdosa. Yang membedakan, hanyalah perbuatannya.' Sat...