Teguran

114 12 0
                                    

Dark Eyes

Chapter IX

Teguran


Empat agustus, pukul setengah sembilan pagi.

"Wataku, sensei datang.."  bisik Yuri dari belakang.

"Tenang saja Yuri, kamu tidak perlu menghawatirkanku," gubrisku.

Setelah melewati hari yang cukup melelahkan kemarin, bersama Charon, Yuri dan ibuku tentunya, aku memulai aktifitas sekolahku seperti biasanya.

Pada pagi ini, aku memulai semua kebiasaanku, "membaca manga."

Jangan salah paham, hanya dengan kemampuan spesialku ini aku bisa bertahan hidup.

Namun sepertinya sensei sedikit berawan pada hari ini. Belum selesai aku membaca manga, sensei sudah menarik kupingku kuat-kuat dan membawaku.

Melepas semua pandangan mataku dari manga dan menyeretku ke dalam pandangan teman-teman yang berada di kelas.

"Sudah berapa kali ibu bilang, Akika-kun!" bentaknya, "jangan membaca manga ketika jam pelajaran sedang berlansung!"

Yah, seperti biasanya, aku hanya terdiam tanpa mengubrisnya. 

"Ya ampun.. kamu ini.." eluhya. "Sudahlah.." ucapnya sambil menghela nafas.

"Sebagai hukumannya, kamu harus berdiri di lorong kelas sampai jam istirahat berakhir, mengerti!" tegasnya.

Yah begitulah akhir dari pagi indahku ini. Teman-teman hanya tertawa mamandang nasibku yang malang.

Lalu tak lama setelah kekesalan sensei berlalu berberapa saat, belum sempat aku beranjak untuk menuju ke lorong kelas itu..

"Baiklah anak-anak, hari ini ibu akan memperkenalkan murid pindahan sekolah lain kepada kalian," ungkapnya.

"Mengapa sih selalu ada murid pindahan di kelas ini.." pikirku.

"Silahkan masuk, Nagawa-san!" ucap sensei.

Kemudian setelah ucapan sensei, perlahan anak itu mulai memasuki kelas. Semua pandangan teman berpaling kepadanya. Begitu juga denganku, pandanganku tak berhenti menatapnya.

Parasnya sungguh mempesona, membuatku tak bisa berpaling darinya. Di tambah lagi melihat keanggunannya berjalan, serta wajahnya yang manis. Lengkap sudah ketertegunanku saat memandangnya.

"Namaku Nagawa Isuki," ucap wanita itu. "Senang bertemu dengan kalian."

Menanggapi perkataannya itu, teman-teman bertepuk tangan riangnya. Terutama bagian pria, jangan ditanya lagi. Akan tetapi ada sesuatu yang janggal di dalam pandanganku ketika berpencar memandang seisi kelas.

Hanya Erica yang tetap terdiam dalam keadaan itu sambil menatap dirinya.  Dengan sorot matanya yang tajam, ia terus melihatnya tanpa berkedip sedikit pun. Namun dari tatapannya yang tak biasa membuatku mengerti.

"Sungguh merepotkan.." pikirku.

Oh, iya! Erica! Aku hampir lupa menjelaskan keadaannya.

Semenjak kejadian tiga hari yang lalu, Erica kembali menjadi pribadi yang pendiam. Entah kenapa dan ada apa dengan dirinya.

Jika aku mengingat-ingat kejadian pada waktu itu, sepertinya Erica masih sedikit terpukul.

Terpukul akan perkataan yang diucapkan Charon kepadanya.

Terlebih lagi pada saat itu, Erica gagal melindungiku.

Mungkin hanya itu alasan tepat yang bisa kugambarkan sekarang tentang keadaan dirinya sekarang. Walaupun pada waktu itu aku sempat menahannya berlari, tetapi tetap saja.

Dark Eyes - The Guilty SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang