—karma—
"Ju, gua tinggal berdua sama bunda gua." Haruto memulai cerita latar belakangnya dengan nada menyedihkan. pria itu kini terduduk di kursi sofa, sebab berlututnya tadi tak juga membuahkan hasil. Junghwan masih memunggunginya tanpa mengatakan sepatah kata pun.
"ayah sama bunda gua cerai dua tahun yang lalu. gara gara ayah selingkuh."
"..."
"tapi ayah selingkuhnya sama cowok, ju. itu yang bikin bunda gua benci sebenci bencinya sama pasangan sejenis."
"..."
"lucunya, ternyata bunda lebih dulu selingkuh sama tetangga gua sebelum ayah main belakang. sekarang ayah udah nikah sama suaminya."
"...."
"bunda, nenek, sekeluarga besar gua jadi benci banget sama ayah. bahkan sampe dibuat peraturan ketat, siapapun anggota keluarga yang jalin hubungan sejenis, ga akan pernah dapet restu untuk menikah."
hening, masih tak ada reaksi dari sang junior seperti yang Haruto harapkan. padahal pemuda Watanabe itu telah membeberkan sedikit dari cerita hidupnya, berharap Junghwan akan lebih mengerti.
"Ju, awalnya.. gua juga benci banget sama cowo cowo lembek homo kaya gitu. tapi gua jilat ludah sendiri sejak pertama kali ketemu kakak lo di tempat laundry, dia part time disana kan?"
sebuah senyum mengembang pada wajah Haruto. rona merah tipis menghias pipinya, ia blushing hanya dengan flashback tentang awal mula kisah cintanya terjalin.
helaan nafas kasar terdengar memecahkan heningnya suasana. kali ini senyum malu malu pemilik marga Watanabe itu berubah menjadi senyum getir yang dipaksakan. "gua ngelindungin diri dengan cara munafik, Ju. ga cuma depan kalian, gua jauh lebih homophobic di depan keluarga.. beneran kaya orang tolol ga berdosa, padahal malemnya habis pacaran sama kakak lo di kamar."
ah. Junghwan gundah sekarang.
kalau diingat ingat, kakaknya itu memang terlihat jauh lebih bahagia semenjak beberapa bulan yang lalu. mungkin sejak berpacaran dengan kakak kelasnya ini.
Junghwan akui, Junkyu memang beberapa kali izin untuk menginap di rumah sang kekasih. sebagai gantinya, pemuda gembul itu pasti selalu menyiapkan banyak donat sebelum meninggalkan si adik sendirian di rumah.
tak sekali dua kali Junkyu membawakannya makanan enak, bahkan barang barang mahal yang dititipkan sang kekasih untuk Junghwan. selama ini pemuda tampan itu selalu bertanya tanya, siapakah sosok pria dibalik semua ini? namun kakak gemasnya itu tak pernah mau memberitahu.
tubuh Junghwan perlahan lahan membalik telentang. tak lagi miring memunggungi tamu yang hadir disana. sepasang manik indah yang masih berkaca kaca itu menatap lurus langit langit ruangan. ia menyadari ini adalah ruangan mewah. Junghwan yakin pasti Haruto lah yang mengurus registrasi rawat inapnya. tanpa sadar, ia benar benar berhutang banyak kepada pria tersebut.
imajinasinya semakin meluas, membayangkan bagaimana jadinya jika Junkyu mengetahui fakta bahwa kekasihnya sendiri yang menyebabkan Junghwan seperti ini. ia yakin seribu persen bahwa hubungan keduanya akan kandas begitu saja, lalu Junkyu akan membenci Haruto— dan menjadi murung setiap hari karena diam diam masih menyimpan rasa. ah, tidak. itu terlalu buruk dan menyedihkan bagi kakaknya yang tak tahu apa apa.
So Junghwan merupakan sesosok yang tak mau melupakan kebaikan seseorang hanya karena setitik kesalahan. terlebih lagi jika dampak keputusannya nanti membuat kakaknya menjadi pribadi yang berbeda. oleh karena itu— pemuda ini menoleh ke arah Haruto, menatap hangat kakak kelasnya, menyunggingkan senyum tipis sambil berucap; "tenang, gue ga bakal bilang apa apa sama kak Junkyu."

KAMU SEDANG MEMBACA
karma; iksan boys [end]
FanfictionJunghwan diam diam naksir kakak kelasnya; Jeongwoo. yang kebetulan homophobic level maksimal, apalagi orangnya suka gonta ganti cewek. tapi.. tapi, takdir itu misterius. jalannya ga ketebak dan selalu bikin plot twist. apa jadinya kalau di masa depa...