11. TEROR

7 2 0
                                    

Jangan lupa komen and vote, ya. Sebagai tiket untuk baca part ini🤗
Happy reading and enjoy guys!!

-

-

-

"Oh, okay. I see, if there's anything else, I'll definitely tell you."

Beberapa menit setelah kotak misterius yang tidak memiliki nama pengirim itu dibuka, Kate segera menelepon Chelie. Polisi wanita itu langsung datang bersama beberapa polisi lainnya, potongan jari telunjuk manusia yang berlumuran darah menjadi tanda bahwa Xera dan Kate mendapatkan sebuah teror. Chelie mengatakan bahwa ini dikirim dari pembunuh yang sempat keduanya pergoki saat melancarkan aksi pada dua hari kemarin, hipotesisnya seperti itu.

"If you get terror again, please let us know immediately. As soon as we can act and find this killer," ucap Chelie diangguki Kate dan Xera.

"Can we go outside? Like a shopping center, or the beach? We plan to visit both places today," tanya Xera. Jika memang tidak diperbolehkan untuk bepergian, demi keamanan maka lebih baik diam di hotel saja.

Chelie mengangguk. "Of course, you are still free to go anywhere. As long as you don't go out of town or return to your country. And remember one more thing, don't panic if you get terror like this again."

Xera maupun Kate mengangguk paham, tak lama Chelie meminta pamit pergi dan ruangan tak lagi ramai. Hanya terdengar kerumunan para wartawan di luar hotel, mereka menunggu kabar dari kepolisian tentang pembunuhan yang dua hari lalu terjadi.

Kabar tentang pembunuhan yang terjadi di Perth sudah menjadi trending topic di Australia. Banyak orang-orang sekitar yang berbisik tentang tragedi pembunuhan tersebut. Korbannya berjenis kelamin perempuan yang bagian tubuhnya sudah tak lengkap, mayat tersebut ditemukan oleh seorang Nenek, beliau mengatakan sempat mencium bau bangkai saat membuang sampah di area gang tempat kejadian.

"Polisi menduga bahwa pembunuhan ini dilakukan oleh pembunuh profesional, dikarenakan bagian tubuh yang hilang tidak berada di dekat mayat. Seorang polisi menemukan kaki kanan korban di basement pusat perbelanjaan. Hal ini semakin diperkuat oleh kesaksian dua orang remaja yang tak sengaja memergoki aksi pembunuhan tersebut."

Xera menghela nafas, foto dirinya dan Kate masuk ke platform berita Australia. Beruntungnya berita tidak menyebutkan kewarganegaraan, jika iya maka berita ini pasti akan sampai ke Indonesia, akan sangat berakibat buruk untuk reputasinya.

"Kayaknya pembunuh itu emang tau kita mergokin dia deh, Xer," ucap Kate terlihat melamun.

Xera mengangguk. "Iya, tapi lo jangan salahin diri lo, ini semua terjadi karena tragedi. Bukan keinginan kita, ini ketidaksengajaan, lo jangan nyalahin diri sendiri." Xera mengusap pundak Kate, sahabatnya itu terlihat tidak banyak bicara sejak polisi datang ke kamar hotel.

"Andai gue nggak keras kepala buat lewatin gang itu, Xer. Andai gue nggak ngeluarin suara pas liat si pembunuh itu, andai dan andai gue nggak ngomongin jalan pintas. Mungkin sekarang kita udah di rumah," jelas Kate terlihat murung.

Sekali lagi Xera hanya bisa sabar, menenangkan Kate agar tidak menyalahkan dirinya sendiri dan bersabar semoga kasus rumit ini segera berakhir. Lagipula kejadian malam itu memang ketidaksenangan yang keduanya lihat.

"Lo jangan nyalahin diri sendiri, sekarang coba berandai bahwa lo adalah tokoh utama di novel, lo mergokin pembunuh, dia neror lo, nyulik lo, terus jatuh cinta, dan nikah. Coba bayangin it-"

Bugh

"Gila aja gue nikah sama pembunuh, anak gue jadi pembunuh juga dong," ketus Kate setelah puas memukul wajah Xera dengan bantal sofa sekencang mungkin.

"Ya bagus lah, nanti biar gue tulis kisah hidup lo, terus jadiin novel. Seru, kan?" Xera tertawa.

Apapun yang Xera lihat, dan ia alami. Jika menurutnya menarik maka akan ia tuangkan dalam naskah novelnya. Berawal dari kisah nyata yang Xera campur dengan imajinasinya, kemudian tertuang dalam tulisan yang akan menghibur semua pembaca.

"Eh, gue inget. Gimana kalo potongan jari berdarah tadi gue masukin scene di novel gue?" tanya Xera yang sudah mulai gila karena ide-ide baru di otaknya.

"Gila lo, yang bener aja. Gue masih tremor liat potongan jari itu, lo malah berniat jadiin scene di novel. Penulis gila!" Kate beranjak menuju kamar mandi, Xera yang mendengar julukan Kate barusan hanya bisa tertawa. Ia tidak gila, lagipula penulis mana yang akan menyia-nyiakan waktu jika sudah mendapatkan sebuah ide yang cukup briliant.

Xera segera meraih laptop yang tersimpan di atas meja kaca sejak kemarin, permukaan laptop terasa dingin. Rencana untuk pergi ke pusat perbelanjaan akan dibatalkan, jadilah lebih baik ia melanjutkan mengetik naskahnya.

°°°

Lembayung sore hari yang tercipta menghiasi tepi pantai sore ini. Pohon kelapa menari-nari karena tertiup angin membuat suasana untuk menonton sunset semakin lengkap. Deburan ombak yang tak terlalu kencang, riak air laut yang saling mengejar, dan buih-buih berwarna orange yang terkena lembayung menambah kesan aesthetic, cocok untuk foto bersama.

Xera dan Kate menggelar tikar di tepi pantai, dengan beberapa kaleng soda dan snack yang sudah mereka siapkan. Setelah rencana untuk pergi ke pusat perbelanjaan batal, yang tersisa hanyalah pantai City Beach, jaraknya sebelas kilometer dari hotel. Waktu yang dibutuhkan untuk menempuh perjalanan dengan mobil hanyalah 25 menit.

Waktu menunjukkan pukul enam sore, sunset yang keduanya tunggu-tunggu sedikit demi sedikit menampakkan pesonanya.

"Kapan lagi ya kita bakal santai gini sambil nikmatin sunset?" tanya Kate meminum sodanya.

Xera mengedikkan kedua bahunya. "Nggak tau, semoga aja suatu saat nanti kita bisa main lagi ke sini. Mungkin bareng keluarga," jawab Xera. Kedua bola matanya memantulkan pemandangan pantai, sangat jarang sekali ia bisa melihat sunset di pinggir pantai.

Hssshh

Kate memeluk tubuhnya. "Lama-lama di sini dingin, jaket gue, Xer."

Xera segera mengeluarkan jaket berbulu tebal dari tas, ia memberikannya pada Kate. Tak lupa mengambil jaket miliknya juga lalu memakainya.

Perlahan sunset yang hanya muncul sekilas dan bersifat sementara hilang ditelan air laut. Xera melirik ke samping, beberapa orang tengah melakukan hal yang sama dengannya, menggelar tikar untuk menyaksikan sunset.

"Eh."

"Kenapa, Xer?"

Xera memperlihatkan benda yang ia temukan. "Sejak kapan surat ini ada di samping gue?"

Tanpa basa-basi Kate merebutnya dari Xera, gadis itu segera membuka lapisan lem penutup amplop. "Buat kita," gumam Kate.

Xera menggeser mendekati Kate, penasaran dengan isi surat. Apa semacam surat cinta? Adakah yang jatuh cinta dengan dirinya setelah beberapa hari berlibur di Perth, Australia?

"Enjoy the game, you only have three lives. Happy survival." Kate dan Xera saling menatap.

-


-


-

See you 💗

Surprise To Perth [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang