Jangan lupa vote dan komen!
Rekomendasiin cerita ini ke temen-temen kalian yaww🤗
Happy reading and enjoy guys‼️-
-
-
Taxi yang ditumpangi Xera membelah jalanan kota Perth yang terlihat ramai, kecepatan taxi terus bertambah atas keinginan Xera. Xera mengunjungi kantor polisi karena mendapat kabar bahwa Kate ditemukan dengan keadaan yang tidak baik.
Semalam sahabatnya itu tidak pulang ke hotel, Xera berkali-kali melakukan panggilan namun tak ada jawaban, ratusan pesan yang dikirimkan Xera belum terbaca sama sekali, kecuali satu pesan saat ia meminta Kate untuk pulang. Setelahnya ia langsung menghubungi Chelie.
Walaupun polisi tidak akan beroperasi mencari Kate sebelum 24 jam, namun siapa sangka Chelie mengiyakan setelah mendengar bahwa Kate belum pulang dan bahkan dinyatakan hilang saat pukul sepuluh malam.
Dengan degup jantung yang sulit dikontrol, setelah taxi berhenti di depan kantor polisi langkah tergesa Xera membawanya masuk ke dalam kantor, ia langsung menemui Chelie di meja khusus polisi interogasi.
"Chelie! What about word search? Where is he now?" tanya Xera pada Chelie tanpa menyapa.
Chelie yang tengah membaca koran beralih menatap Xera, menatap sorot mata temannya yang meminta jawaban membuatnya menghela nafas.
"Sorry, looks like I failed to help you, Xera. Kate was found in a bad condition, there was a stab wound in her stomach, now she is in the hospital," ucapnya terlihat gundah.
Mendengar ucapan Chelie, Xera menutup mulutnya. Apa arti dari surat teror itu benar terjadi? Artinya nyawa Kate hanya tersisa dua?
Memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi selanjutnya rasanya tubuh Xera melepas, lututnya sudah tak bisa lagi menahan bobot tubuhnya. Ia menyenderkan tubuhnya ke tembok, perlahan badannya merosot.
Seluruh tubuhnya seakan lemas tak berdaya, perasaan bersalah menyelimuti Xera. Andai ia tidak berencana untuk berlibur, mungkin Kate akan baik-baik, teror-teror yang mereka rasakan sekarang juga mungkin tidak akan pernah ada.
"Maafin gue, Kate."
"Chelie, which hospital is Kate in?" tanya Xera mengangkat kepalanya menatap Chelie yang terlihat bingung harus berbuat apa.
"He's in Hospitality Pty Ltdn, I purposely took him there to be close to your hotel," jawab Chelie diangguki Xera.
Tak lama wanita berseragam polisi itu bangkit dari duduknya, mengambil sebuah kunci dari sebuah kotak yang menempel di tembok.
"Come on, I'll take you there. I heard this morning he was awake." Chelie berjalan terlebih dahulu, Xera segera bangkit ia merapikan rambutnya yang sedikit berantakan lalu mengikuti Chelie dari belakang.
Dari Fremantle Police Station, Xera diantar Chelie berkendara di jalanan yang cukup macet menuju Hospitality Pty Ltd. Sekitar setengah jam perjalanan, Xera dituntun Chelie masuk ke rumah sakit.
"Where is the upper room of the Fremantle Police Station?"
"Room thirty-four, third floor."
Mendengar jawaban resepsionis rumah sakit, Chelie kembali menuntun Xera memasuki lift untuk menuju lantai tiga. Tidak ada percakapan diantara keduanya, entah karena Xera yang belum terbiasa mengobrol panjang dengan Chelie karena masih baru mengenal, dan entah karena Chelie yang mungkin merasa canggung.
Ceklek
Tanpa mengetuk pintu Chelie membuka ruang inap Kate, nampak bahwa gadis yang tengah dikhawatirkan Xera sejak kemarin tengah terbaring dengan selang infus yang menghiasi tangan kirinya. Terlihat juga sebuah perban yang menutupi luka di salah satu pipinya.
"Xera?" Suara Kate memasuki gendang telinga, selama beberapa jam tidak mendengar omelan Kate, Xera benar-benar merindukan sahabatnya.
"Xera, itu lo bukan? Who opened the door?" tanya Kate karena gadis itu terbaring dan tidak bisa melihat siapa orang yang membuka pintu.
"I'm Chelie, I came with your best friend. He asked me to bring him here," jawab Chelie. Ia mempersilakan Xera masuk terlebih dahulu.
Xera yang diberi kesempatan masuk terlebih dahulu hanya mengangguk, satu langkah kakinya memasuki ruang rawat Kate disambut dengan bau obat-obatan, terutama bau alkohol yang sangat menyengat.
"Xer, nyawa lo masih tiga, kan?" tanya Kate terlihat khawatir.
"Lo ke mana aja kemarin? Gue khawatir banget, beratus-ratus pesan nggak ada satupun yang lo jawab, terutama panggilan telepon dari gue. Taunya lo udah tidur di sini aja." Xera mendudukkan dirinya di kursi kecil dekat hospital bad.
"Jawab dulu pertanyaan gue, Xer. Nyawa lo masih tiga, kan?" tanya kate mengulang pertanyaannya.
Xera mengangguk.
"Lo inget waktu pertengkaran kemarin? Gue minta maaf karena nggak bisa kontrol emosi, kemarin gue ke toko roti terus nongkrong di taman," ucap Kate.
"Gue dapet pesan kalo lo nyuruh pulang, pas dijalan gue ngerasa kayak ada yang ngikutin. Pas deket gang, pembunuh itu narik gue, Xer. Dia gores pipi gue pake pisau, terus dia bilang mau ambil satu nyawa gue secara paksa. Dan akhirnya berakhir gue kena luka tusuk," sambung Kate menjelaskan kejadian kemarin malam.
Xera melirik ke arah pintu, Chelie masih betah berdiri di sana.
"Chelie, I want this case over quickly. So how about you ask me about what happened to Kate last night?" tanya Xera. Ia tidak ingin ada yang terluka lagi, sebaiknya Chelie cepat-cepat melakukan interogasi agar kasus segera selesai.
°°°
Dokter mengatakan bahwa Kate boleh pulang jika keadaannya sudah membaik, jika luka tusuknya sudah kering maka sahabatnya diperbolehkan pulang. Setelah introgasi siang tadi selesai, Xera kini tengah menemani Kate yang tengah menutup mata ke alam mimpi.
Xera menghela nafas. Permainan yang dijalankan pembunuh itu tidak main-main, sekarang nyawa Kate hanya tersisa dua, namun nyawa dirinya masih tiga. Apa selanjutnya yang terluka adalah dirinya?
"Lo nggak boleh keluar malem sendirian, Xer."
"Mama!" pekik Xera kaget saat tiba-tiba Kate yang tengah tertidur di sampingnya bangun. "Ish, bisa-bisanya lo. Jantung gue mau copot," ketus Xera mengusap dadanya.
Kate tersenyum kikuk. "Gue tau lo lagi mikirin tentang nyawa yang ada dalam permainan itu, kita terjebak dalam sebuah permainan, Xer. Kita harus bisa bertahan hidup dengan sisa nyawa masing-masing, gue saranin lo jangan keluar malem sendirian," jelas Kate.
Xera mengangguk.
"Gue tau, tapi nggak adakah cara lain? Bicara baik-baik sama pembunuh itu kalo misalkan ketemu, nggak usah bunuh-bunuhan," ucap Xera.
"Lo pikir pembunuh itu bakal diem aja setelah aksinya masuk berita? Apalagi dengan jelas kita berdua saksinya, dia nggak bakal diem sebelum kita nggak bisa ngomong apa-apa lagi ke polisi," jelas Kate.
Xera membenarkan semua ucapan Kate, pembunuh itu pasti tidak ingin identitasnya terungkap. Tidak cara yang dapat menghentikan permainan ini. Kecuali jika keduanya nekat menemui pembunuh itu.
-
-
-
See you 💗
KAMU SEDANG MEMBACA
Surprise To Perth [TERBIT]
RandomRencana Xera pergi ke Perth, ditemani Kate awalnya hanya ingin bersenang-senang. Melepas beban pikiran dengan melihat pemandangan yang berbeda dari Jakarta. Terutama masalah keluarga yang dialami Xera, semakin mendukung untuk segera berlibur dan me...