Jangan lupa vote and komen yaaa. Silahkan rekomendasikan cerita ini kepada teman-teman kalian🤗
-
-
-
Tangan bergetar Xera bergerak menekan setiap deretan abjad. Merangkai beberapa kalimat permintaan tolong yang kemudian dikirimkan pada Chelie.
Keadaan yang sedang dialami Xera saat ini benar-benar diantara hidup dan mati, bersembunyi dibalik semak-semak yang sensitif bersuara jika Xera bergerak.
Pembunuh dengan mata setajam elang dan pendengaran sekuat serigala, tengah mengedar ke penjuru hutan untuk mencari dirinya. Sembari mengetik pesan Xera menolehkan kepalanya ke belakang untuk melihat pergerakan si pembunuh.
Ya Tuhan, seandainya ini hanyalah mimpi buruk maka Xera ingin dibangunkan secepat mungkin. Manusia yang selalu berbakti pada negara seperti dirinya tiba-tiba harus berurusan dengan seorang pembunuh. Rencana ini tidak tertulis dalam buku hariannya, kisah tentang psikopat berdarah dingin hanya ada dalam film dan novel yang Xera tulis.
"Baca dong, Chelie!" Batin Xera menjerit sekuat mungkin, ia mengutuki Chelie yang belum membaca pesannya, tidak mungkin jika gadis itu marah padanya soal sikap kasar kemarin pagi, kan? Bahkan siang tadi hingga sore keduanya berjumpa di ruang introgasi.
"I won't let you get away bad girl!" Xera semakin berkeringat saat mendengar gumaman dan beberapa kali umpatan si pembunuh yang sedang mencarinya.
Ingin sekali Xera keluar dari semak-semak dan melarikan diri, namun posisi malaikat pencabut nyawa yang sekarang tidaklah menguntungkan dirinya.
Mungkin insting seorang pembunuh yang begitu peka dan dapat mengetahui bahwa mangsanya sedang bersembunyi di sini, Xera beberapa kali mengumpat. Pembunuh itu tak mau pergi dari sini, bagaimana caranya ia bisa kabur jika begini?
"Chelie, chelie! Ayo baca pesan dari gue." Hampir saja Xera melempar handphonenya jika ia lupa dengan situasi sekarang.
Drtt drtt
"Hah, ap-" Refleks Xera langsung mematikan panggilan yang masuk, dan menutup mulutnya rapat-rapat.
"Stupid, you made a sound. I'll find you!" Pembunuh itu kemudian tertawa lebar bak setan yang berhasil mengganggu manusia.
Sedangkan Xera menangis dalam hati, bisa-bisanya ia lupa bahwa handphonenya berada dalam nada getar. Tertera nama kepala penerbit di layarnya, mungkin pria itu ingin menanyakan kabar karena melewati waktu cuti.
"Where are you?" Suara yang membuat tubuh Xera merinding.
Hanya satu harapan Xera kali ini, semoga Chelie membaca pesan yang ia kirimkan dan semoga gadis itu cepat datang untuk menyelamatkan dirinya dari manusia pecinta darah.
Xera mengintip posisi pembunuh penyuka darah itu, terlihat pria dengan pakaian serba hitam memegang pisau mengkilat dengan ujungnya yang runcing. Bayangkan bagaimana jika pisau itu menggores kulit cantik Xera.
"Get out or I will look for you, my patience is as thin as a tissue you know."
Xera menggigit ujung jari telunjuknya saat melihat pembunuh itu menghampiri salah satu semak-semak dan menebasnya tanpa hitungan.
Tetap diam di semak-semak dan menunggu ajal atau kabur namun kembali memainkan aksi kejar-kejaran di bawah bulan dan lebatnya hutan. Hanya itu dua pilihan yang membuat Xera bingung bukan main.
Diyakini bahwa pembunuh itu pasti mahir memainkan pisau, jika ia keluar dan kemudian dikejar, bagaimana jika pisau tajam itu melayang ke arahnya? Jika ia tetap di sini, pembunuh itu pasti akan kesenangan karena sikap bodoh Xera yang menyerahkan nyawa pada pencabut nyawa.
"Udahlah anjing, nggak usah banyak mikir, kabur aja!" Xera yang memang sudah dilahirkan memiliki sifat kepala akhirnya keluar dari semak-semak.
"Damn it, I'll sever your veins!"
Xera mempercepat gerakan kaki, terus berlari tanpa arah. Bunyi krasak-krusuk dedaunan dan tangkai pohon yang sudah mengering membuat Xera serasa berada di salah satu adegan film action. Dikejar pembunuh yang haus darah, hampir tersandung berkali-kali namun terus berusaha membuat jarak agar nantinya ia bisa bersembunyi.
Sreekk
"Aww!"
"Gotcha! Soon your veins will burst! Hahaha."
"Perih bangsat!" umpat Xera, kaki kanan sumber kekuatannya terkena goresan pisau yang cukup dalam.
Semakin lama laju larinya berkurang, ia harus menyeret kaki kanannya karena sulit berlari. Jarak yang Xera buat mulai terkikis membuat si pembunuh semakin dekat dengan posisi dirinya.
"Ma, kalo anakmu ini punya banyak salah tolong maapin! Papa, Abang, Kate, Chelie sama temen-temen lain terutama buat pembaca gue, fans gue. Maaf kalo gue suka bikin mata kalian bengkak karena sad ending. Buat Pak Mario kepala penerbit maapin gue nggak bisa ngumpulin naskah!" Batin Xera menangis, ajalnya sudah dekat. Pembunuh dengan pisau berlumuran darah sebentar lagi akan memutus urat nadinya.
Tidak ada seorangpun yang mungkin akan menemukan mayat dirinya di sini, seperti korban pembunuhan lain bagian tubuhnya juga tak akan lengkap lagi.
Xera menyeret kaki kanannya dengan menahan perih, walau akhirnya ia akan mati tapi Xera ingin mengulur waktu.
Brughh
Tubuh lemas Xera yang sudah kehabisan tenaga untuk melarikan diri akhirnya memilih menyerah, ia tidak sekuat wanda dan wonder woman yang bisa menahan luka goresan yang terus mengeluarkan darah.
"You finally fell, any last words?" Dengan nafas memburu pembunuh itu menghampiri Xera, senyum puasnya tercetak jelas.
"No, it seems that this is indeed my destiny to die at the hands of a ruthless killer. You want to kill me, right? Come on," jawab Xera dengan jantung yang berdegup kencang. Entah keberanian dari mana mulutnya berbicara menantang malaikat maut di hadapannya.
"Is that so? But we'd better play around first, you're making me work a lot." Dengan mengusap pisau tajamnya pembunuh itu tersenyum lebar.
Sekali lagi Xera ingin menyampaikan permintaan maafnya pada orang-orang yang ia kenal lewat angin.
"Any last words before this knife cuts your skin?"
"What's your name?" tanya Xera namun disambut dengan tawa meremehkan.
"Why should I tell you? Who are you?" Tawaan itu semakin kencang membuat Xera ingin menampar wajahnya jika bisa. "Oke, nama gue Justin."
Degh
"Terkejut? Mungkin iya, aku tidak menyangka bahwa gadis asal Indonesia yang ku temui di hotel saat itu akan menjadi korban pembunuhan selanjutnya," ucap Justin.
Xera terdiam, otaknya masih mencerna ucapan Justin. Pria yang pernah duduk disampingnya saat melakukan check-in. Bagaimana bisa?
"Lo cowok di hotel yang nyenggol gue, kan?"
Justin mengangguk.
"Hidup gue sial karena ketemu sama lo," cetus Xera berdiri dengan mengandalkan kaki kirinya.
Justin tertawa. "Kenapa harus menyesal? Bukan kah menyenangkan bertemu dengan malaikat maut tampan sepertiku?"
Xera tertawa kecil. "Ada kantung plastik untuk muntah?"
Sreekk
"Arghh!"
"I think enough up here, you know too much." Justin mempererat genggaman pada pisau, pria itu siap menusuk jantung Xera.
-
-
-
See you 💗
KAMU SEDANG MEMBACA
Surprise To Perth [TERBIT]
RandomRencana Xera pergi ke Perth, ditemani Kate awalnya hanya ingin bersenang-senang. Melepas beban pikiran dengan melihat pemandangan yang berbeda dari Jakarta. Terutama masalah keluarga yang dialami Xera, semakin mendukung untuk segera berlibur dan me...