BAB 11

1.1K 148 16
                                    

°°°°

Jam saat ini sudah menunjukkan pukul 2 siang yang artinya kegiatan pembelajaran junghwan telah selesai, jeongwoo yang memang sebelum nya sudah dihubungi kakak nya untuk segera menjemput junghwan dan menyuruh mereka agar cepat datang ke butik langganan ibu nya langsung saja menunggu putra nya itu di depan sekolah.

Melihat beberapa anak yang berhamburan membuat jeongwoo sedikit kesulitan mencari junghwan sampai akhir nya junghwan mengirimi nya pesan jika anak itu agak sedikit telat keluar kelas.

Jeongwoo duduk di tempat biasa nya para wali murid menunggu anak mereka, sampai ada salah satu wali murid yang mendatangi nya.

"Hai." sapa nya, jeongwoo tersenyum merespon sapaan itu.

"Boleh aku duduk disini?" tanya nya.

"Tentu."

Setelah nya hening, jeongwoo tak ada niatan untuk membuka pembicaraan sedangkan orang di samping nya tengah sibuk memikirkan percakapan apa yang akan ia mulai.

"Bolehkah kita berkenalan?"

Jeongwoo menoleh, "Tentu, aku Park Jeongwoo. Kamu bisa memanggil ku Jeongwoo." ucapnya.

"Aku Kim Mashiho, kamu bisa memanggil ku mashi, jeongwoo-yaa."

Jeongwoo merasa nyaman dengan orang di samping nya ini.

"Apa adik mu bersekolah disini?" tanya mashiho.

"Adik?" tanya jeongwoo heran, "Aku menunggu putra ku, mashi." lanjut nya.

Terlihat raut kaget di wajah lawan bicara nya, "Ah, benarkah? kau tampak seperti orang yang baru lulus kuliah, maafkan aku jeongwoo."

"Tak apa, apa anak mu juga bersekolah disini? Kelas berapa?"

"Heum, dia masih kelas dua."

"Anak kita seperti nya seumuran, mashi." ucap jeongwoo.

Mashiho mengangguk paham, "Kalau boleh tau berapa umur mu je?"

"35 tahun."

"Wah, kamu lebih muda 3 tahun dari ku, je." ucap yang lebih tua.

"Astaga, maafkan aku. Kalau begitu boleh aku memanggil mu hyung?" tanya jeongwoo.

"Santai saja je, tentu."

"Aku kira hyung baru mencapai kepala tiga ternyata sudah pertengahan." ucapnya disertai kekehan.

"Kalau dirimu mau tau, aku ini sudah memiliki dua anak."

Sudah berapa kali jeongwoo kaget mendengar fakta yang dilontarkan mashiho.

Percakapan kedua nya terhenti saat melihat anak mereka yang berjalan beriringan.

"Pa." panggil kedua nya secara bersamaan.

"Papa kenal dengan papa nya dobby?" tanya junghwan.

"Papa dobby?" tanya jeongwoo.

Junghwan mendekatkan kepala nya, berbisik pelan kepada papa nya itu. "Yang ada di depan kita ini papa nya dobby, pa."

"Heum, papa baru saja berkenalan tadi."

Kegiatan kedua nya tak luput dari penglihatan mashiho.

"Seperti nya kedua putra kita berteman, jeongwoo." interupsi mashiho.

Jeongwoo mengangguk, mengingat pesan kakak nya ia segera pamit kepada mashiho. "Hyung, aku tidak bisa lama - lama karena ada hal yang harus ku urus, apa hyung menunggu jemputan atau membawa mobil?" tanya jeongwoo.

"Hyung menunggu jemputan dan sebentar lagi akan datang, kamu bisa pergi terlebih dulu jeongwoo. Terima kasih karena sudah mau berteman dengan ku."

"Tentu hyung, aku juga senang mendapat teman baru. Kalau begitu, aku duluan."

Setelah melihat junghwan pamit kepada mashiho beserta teman nya itu, dengan segera kedua nya menuju ke mobil jeongwoo.

"Kita mau kemana pa?" tanya junghwan saat sedang memakai seatbelt.

"Ke butik sayang, juju gak lupa kan kalau uncle jay akan segera menikah dengan hoonie hyung." jelas nya.

"Astaga! Juju lupa pa, ayo cepat pa." seru junghwan.

"Sabar sayang."

Tepat setelah jeongwoo melajukan mobil nya keluar perkarangan sekolah sang anak, mobil haruto melaju secara berlawanan arah dengan mobil jeongwoo.

"HARUTO." mendengar teriakan kakak nya dari ujung sana membuat haruto menyusul langkah mashiho.

"Maaf mengganggu waktu mu, ruto."

Haruto menggelengkan kepala nya, "Tak apa hyung." ucapnya lalu melirik remaja yang ia duga adalah keponakan pertama nya yang selama ini lebih memilih tinggal bersama keluarga kim. "Apa ini doyoung?" tanya haruto.

"Salam kenal, aku doyoung, uncle."

"Aku tidak pernah melihat nya hyung, kau tumbuh dengan baik ya." ucapnya seraya mengelus surai coklat milik doyoung.

Kemudian ketiga nya meninggalkan perkarangan sekolah, selama di mobil haruto merasa kembali hidup karena suasana yang dibuat dobby. Alasan nya untuk terus bertahan seperti nya akan bertambah, karena saat ini bukan hanya david keponakan nya tapi ada si sulung kim juga.

TBC

kayak nya cerita ini bisa tamat bertepatan sama pergantian tahun deh, asal aku gak mager ngetik aja😅

mohon dukungan nya, guys💗

papa; hajeongwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang