BAB 18

1.3K 178 33
                                    

Hp aku udah bener guys, jadi ga perlu nunggu bulan mei baru update😆

Happy reading❤️

°°°°

Hening.

Keadaan yang begitu haruto benci jika sedang berhadapan dengan jeongwoonya.

Tadi, setelah mengantar junghwan kesekolahnya, dengan cepat haruto melajukan mobilnya kembali menuju apartemen jeongwoo.

Dan saat ini mereka sedang duduk disofa ruang tengah apartemen jeongwoo.

Jeongwoo tak berniat membuka percakapan karena dirinya ada disini atas permintaan haruto sendiri.
Dirinya hanyalah pihak pendengar yang akan menyahut jika diminta.

"Jeongwoo." panggil haruto membuka pembicaraan.

Jeongwoo tersenyum menanggapinya. "Iya?"

Mendengar nada lembut itu membuat haruto menundukan kepalanya. "Maaf."

"Bukankah tidak sopan saat sedang berbicara dengan seseorang tetapi tidak melihat orangnya? Dan maaf untuk apa?"

Dengan perlahan haruto menatap pria manis dihadapanya, menatap manik tajam yang dulu selalu menatap lembut ke arahnya yang kini tak lagi sama.

"Untuk semua kesalahan yang aku lakukan dimasa lalu." ucapnya.

"Bagiku itu hanya masa lalu, gak ada yang perlu aku sesali, haru. Walaupun impian ku hancur tapi setidaknya saat hubungan kita berakhir kamu memberikan hadiah terindah yang begitu aku syukuri. Aku udah maafin kamu." jelas jeongwoo.

Jeongwoo terkejut saat mendengar isakan tertahan dari orang dihadapannya ini tapi ia memilih tetap diam ditempatnya. Untuk pertama kalinya jeongwoo melihat haruto menangis. Saat mereka masih bersama, pria keturunan jepang itu tidak pernah terlihat menitihkan air matanya.

Haruto mengangkat kepalanya, menatap langit apartemen lalu melanjutkan ucapannya. "Apa hadiah itu?"

"Junghwan."

Haruto tersenyum getir. "Anak kita?"

Jeongwoo menggeleng, "Anak aku." ucapnya tegas.

Harusnya haruto tak pantas untuk menyebut junghwan anaknya karena ia sadar jika dirinya lah yang telah membuang keduanya.

"Je, maaf. Maaf karena dulu aku selalu seenaknya sama kamu, aku yang selalu nganggep kalau kamu bakal terus balik ke aku. Kamu yang gak akan pernah ninggalin aku, maaf karena udah nyuruh kamu pergi. Aku bodoh banget, harusnya aku sadar kamu punya rasa sabar yang bisa habis kapan aja dan mungkin hari itu adalah puncaknya. Maaf, jeongwoo." haruto mendudukan dirinya dihadapan jeongwoo, menggenggam tangan yang dulu selalu mengusak lembut surainya. Menyembunyikan wajahnya dilipatan kaki pria manis itu.

Memohon ampun sekaligus meminta untuk jeongwoo kembali ke pelukannya.

"Aku gak tau kalau kamu punya pemikiran kayak gitu tapi semua itu cuma masa lalu. Aku gak mau inget kenangan buruk saat aku ada di negara ini, lupain aja ya? Jangan buat hidup kamu jadi hancur." balas jeongwoo lalu menuntun haruto untuk berdiri dan duduk disebelahnya saja.

Setelah haruto mendudukan dirinya disebelah jeongwoo, ia menghela nafas pelan. "Je, janin itu gak kamu gugurin kan?" tanyanya.

"Enggak."

"Junghwan bener anak kita kan je? Anak aku sama kamu?"

Lagi lagi jeongwoo menggeleng. "Anak aku, haru."

papa; hajeongwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang