III

1.9K 119 0
                                    

MESHA KHUMAIRA SHARMA

Happy reading!😊

Tandai typo!

Sinar mentari pagi memasuki sela-sela hordeng kamar ku yang beterbangan terbawa angin, mungkin semalam aku lepa menutup pintu balkon. Aku menggeliat dalam tidur ku dan segera bangkit mendudukkan diriku diatas kasur. Hari ini aku tidak ada shift kerja setelah sebelumnya mendapat giliran jaga malam. Jadi aku sedikit malas untuk bangun di pagi hari seperti ini.

Ku dengar langkah kaki dari luar kamar ku dan kemudian berganti dengan suara ketukan pintu. "Aira, bangun sayang." ucap seseorang dibalik pintu, yang aku yakini adalah ibu.

"Iya, bu sebentar lagi."

"Jangan lama-lama ayah mu sudah nungguin dimeja makan." setelah mengatakannya ibu melangkah meninggal kan kamar ku.

Setelah selesai mengumpulkan nyawa ku yang berhamburan. Aku menyepol asal rambut panjang ku, lalu berjalan menuju kamar mandi untuk sekedar cuci muka dan gosok gigi. Kemudian melangkah keluar kamar dan menuruni anak tangga untuk menemui kedua orang tua ku.

"Pagi ayah, ibu." sapa ku pada mereka dengan mengecup singkat pipi keduanya.

"Pagi, sayang."

"Pagi."

Aku menduduki kursi yang berhadapan dengan ibu. Aku menyendok satu centong nasi goreng udang buatan ibu. Jujur saja, aku belum terlalu mahir memasak. Tapi, sedikitnya paham lah tentang bumbu-bumbu. Aku lebih suka memasak hal-hal yang simple, seperti indomie selera ku. Kok jadi iklan.

"Nggak masuk kerja, Ra?" ayah bertanya kepada ku setelah melipat rapih koran pagi nya.

"Nggak. Kemarin shift malam, jadi hari ini libur."

"Oh ya sudah, nanti tolong temani ibu mu ke butik. Katanya salah satu karyawan nya sedang libur."

"Siapa bu?" aku beralih bertanya kepada ibu yang selesai menyiapkan piring ayah.

"Itu mbak Intan, lahiran anak kedua." jawab ibu santai.

"Wihh, Ziko udah punya adek aja. Aira kapan ya bu?" ucap ku sedikit menggoda ibu.

"Ngawur, ibu udah tua begini kok disuruh ngasih adik. Ya, kamu yang seharusnya ngasih cucu ke ayah sama ibu."

Aku mendadak diam dengan mulut terkunci rapat. "Salah ngomong nih" aku memelas dalam batin.

"Aku masih muda loh, bu. Baru juga umur 24 tahun." aku mencebik kesal.

"Itu terus jawabannya. Temen kamu aja yang satu SMA dulu itu udah punya anak dua, lah kamu masih jomblo aja."

"Si Ainun kan lahiran kembar, bu. Kalo dapetnya satu ya, anak nya masih satu."

"Ngeles mulu kerjaan kamu, Ra. Intinya dia udah lebih unggul dari kamu."

"Dikira lomba kali unggul. Ini anak loh, bukan piala."

"Udah bu, mungkin Aira belum nemu yang cocok aja." aku tersenyum bangga pada ayah, yang selalu mengerti perasaan ku. Tapi, senyum itu seketika luntur setelah mendengar kelanjutan perkataannya. "Dulu waktu dia bawa mantan pacar nya kesini, ibu malah nggak ngerestuin."

"Ngapain pake dibahas lagi sih, yah." batin ku sudah meronta-ronta.

"Ya, mana mau ibu punya mantu begajulan begitu." aku meringis ngeri mengingat emosi ibu saat bertemu mmantan ku itu. Memang benar dia anak badboy yang urakan dan suka tawuran. Aku juga bingung kenapa dulu sempat menyukai laki-laki seperti itu. Tapi, ya namanya masa remaja.

My Lovely GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang