MESHA KHUMAIRA SHARMA
Happy reading!😊
Tandai typo!
Aku terdiam dibangsal. Malam ini sedikit tenang, udara pun terasa dingin menusuk kulit. Aku merapatkan kembali sweater yang ku kenakan. Pikiran ku tiba-tiba melayang mengingat peristiwa kemarin. Dimana aku dan Vika yang sedang jalan bersama di mall, tanpa disengaja bertemu dengan Leon. Dan yang lebih mengejutkannya lagi, dia memanggil ku dengan sebutan bunda. Iya bunda.
Flashback on
"Vik, nanti temenin gue beli skincare ya." ucap ku pada Vika saat itu.
Kami berdua sedang shopping bersama, berhubung hari ini kami mendapat shift pagi. Sehingga sore harinya kami dapat pergi bersama. Saat ini aku dan Vika sedang mengisi perut di salah satu restoran. Aku memesan steak sedangkan Vika memilih spaghetti carbonara.
"Gampang, sekalian gue juga mau ngisi stock." balas Vika yang hanya ku beri anggukkan kepala.
Kami melanjutkan acara makan malam kami berdua. Sampai semuanya benar-benar tandas. Kami berdua berjalan menuju kasir untuk membayar tagihan makan kami. Aku memberikan beberapa lembar uang pada Vika, bayaran makan ku tentunya. Kemudian aku memilih untuk menunggu di pintu keluar restoran.
Saat aku sibuk berselancar di media sosial, tiba-tiba aku merasakan ada yang menarik-narik celana yang ku kenakan. Pandangan ku beralih pada sosok kecil yang berdiri disebelahku. Dia Leon, bocah itu tersenyum menatap ku sampai memperlihatkan gigi putihnya.
Aku berjongkok mensejajarkan tubuh ku dengan tinggi Leon. "Leon kesini, sama siapa?" tanya ku padanya.
"Cama daddy. Bunda cendili?" heh, b-bunda?
"Bunda? Dimana bunda Leon? Biar tante anterin." takut nih bocah nyasar ya kan. Mau dibawa takut diteriakin penculik nanti.
"Bunda." ucapnya dengan jari telunjuk mengarah pada ku. "Bundanya Leon." dia mengulangi perkataannya dengan senyum sumringah yang mengembang di wajah tampan nya.
Belum sempat aku membenarkan ucapan Leon, suara Vika lebih dulu mengintrupsi. "Bocilnya siapa, Ra?" dia datang-datang langsung bertanya seperti itu.
"Bocil-bocil, ini cucu nya pak Abrar." Vika sekatika tercengang, hingga ia spontan menggeser tubuh ku agar bisa berhadapan dengan Leon. Huhh, kebiasaan.
"Hai, kenalin Kak Vika." Vika mengulurkan tangannya dihadapan Leon. Dia mununduk mensejajarkan wajah nya dengan Leon. Dan ku lihat bocah itu sedikit kebingungan, hingga dia menatap ku seolah meminta persetujuan.
Setelah aku berikan anggukkan kepala, Leon perlahan menjabat tangan Vika. "Leon, tante." aku hampir tertawa ngakak melihat Vika yang tercengang dengan panggilan Leon.
"Tante nggak tuh, haha."
"Diem lo. Jangan panggil tante dong, kakak aja ya."
"Lo emang pantes nya dipanggil tante, inget umur." aku mencibir Vika dengan puas.
"Oh iya, daddy Leon dimana?" hampir saja lupa, jika aku ingin mengembalikan bocah ini kepada orang tuanya.
"Di toilet." dia berkata di toilet tapi, jari telunjuknya mengarah kedalam restoran.
Aku menggandeng tangan Leon, berniat mengantarkannya kedalam restoran. Tapi, tanga Vika menyentuh pundak ku, yang dengan spontan aku menghentikan langkah ku. Aku menoleh menatap wanita itu.
"Daddy nya Leon? Emang siapa?"
Hufft, masih kepo ternyata orang ini. "Ya, anaknya pak Abrar."
"Namanya bego."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Girl
General Fiction[BUDAYAKAN FOLLOW LEBIH DULU SEBELUM MEMBACA] TYPO BERTEBARAN❗ Mesha Khumaira Sharma, atau biasa dipanggil Aira. gadis jelita yang bekerja sebagai perawat disalah satu rumah sakit besar di Jakarta. Ia ditempatkan di bangsal anak, alasannya? Sederhan...