VIII

1.2K 93 0
                                    

ELHAN ATHARWA SADEWA

Happy reading!😊

Tandai typo!

Leon sedang bersiap untuk acara di sekolah nya hari ini. Dia akan melakukan pertunjukan nanti. Aku sudah memasukkan Leon dua tahun lalu di Taman Kanak-Kanak swasta, dimana aku sebagai donatur utama disana. Tepat hari ini, tempat Leon sekolah berulang tahun. Dan bocah itu terpilih untuk membacakan puisi.

"Daddy, bagaimana?" Leon menghampiri ku yang sedang duduk disofa ruang keluarga.

Aku sedang mengecheck beberapa laporan dari manager setiap divisi. Ku alihkan pandangan ku menatap Leon yang sudah rapih dengan tuksedo hitam yang dikenakannya. Sedangkan aku memakai setelan jas berwarna abu-abu.

"Tampan."

Senyumnya mengembang cerah. "Ayo, kita jemput bunda." ah, untuk masalah Leon yang memanggil Aira dengan sebutan bunda itu didalangi oleh mommy. Tepat seperti dugaan ku. Saat aku protes padanya karena, mengajarkan Leon seperti itu. Beliau hanya berkata.

"Ya udah, kamu tinggal nikah aja sama Aira. Kan nggak jadi PHP doang, tapi kenyataan."

Hah wanita itu.

Aku membawa mobil BMW hitam yang ku kendarai, menuju kediaman Aira. Leon duduk dengan anteng di kursi penumpang disebelah ku. Bahkan dia menyiapkan sebuket bunga untuk wanita itu. Sebenarnya ada apa dengan orang-orang disekitar ku. Sesampainya didepan rumah Aira, aku segera mengirim pesan pada wanita itu.

Oh ya, aku sudah mendapatkan nomor telpon Aira dari Kinara. Ingatkan, Kinara sekertaris ku yang ternyata teman SMA Aira dan juga merangkap sebagai tunangan teman ku.

Aku turun dari mobil yang juga diikuti oleh Leon. Seorang satpam membukakan gerbang untuk mempersilahkan ku masuk. Didepan pintu utama, aku menekan beberapa kali bell rumah bergaya klasik itu. Dan akhirnya pintu dibuka oleh tuan rumah, terlihat tante Airin yang tersenyum menyambut kedatangan ku.

"Jemput Aira ya?" aku hanya menganggukkan kepala ringan menjawabnya. "Tunggu sebentar ya, El. Biasa cewek persiapannya agak lama." setelah mengatakannya ia melangkah masuk kedalam rumah.

Netra mata ku berkeliling mengamati ruang tamu yang sederhana ini. Ada satu foto besar keluarga Aira yang terdiri dari wanita itu, om Satya dan tante Aira. Sepertinya foto itu diambil belum lama ini, dilihat dari wajah Aira yang tidak terlalu berbeda.

"Maaf, udah lama?" suara lembut seseorang membuat pandangan ku beralih menatap sosok itu.

Aira, wanita itu menghampiri kami di ruang tamu. Aku tertegun sesaat melihat kecantikannya. Gaun yang ku beli sendiri itu terlihat pas dan cocok dengan tubuhnya, semakin terlihat indah dengan heels putih yang membalut kaki jenjangnya. Dan riasan make up yang terlihat natural dan menawan. Dia benar-benar cantik seperti bidadari.

"Wah, bunda cantik banget." Leon berseru mewakili isi hati ku, yang enggan untuk aku ungkapkan.

"Terimakasih. Leon juga tampan." Aira berjongkok membenarkan dasi kupu-kupu Leon yang sedikit miring. Kemudian dia menoleh menatap ku, dan aku reflek mengalihkan pandangan ku kearah lain. "Ayo, pak keburu telat." dia menyentuh pundak ku sesaat lalu berlalu keluar rumah dengan tangannya menggandeng Leon.

Hufft, aku menghela nafas berat. Benar-benar tidak baik untuk jantung. Biasanya aku tidak terpengaruh seberapa cantik seorang wanita. Tapi, entah bagaimana dengan Aira, aku bereaksi berbeda. Bahkan kini jantung masih belum normal. Harus cepat-cepat diperiksa dokter ini.

My Lovely GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang