MESHA KHUMAIRA SHARMA
Happy reading!😊
Tandai typo!
Hari ini, aku mendapat shift pada sore hari. Aku berangkat dari rumah selepas sholat ashar tadi. Dan kini aku sudah berada di rumah sakit, berniat meletakkan tas dan sweater ku didalam loker sebelum akhirnya berjaga di bangsal. Aku tersenyum menyapa beberapa pasien yang menyapa ku. Memang aku cukup dekat dengan beberapa pasien dan keluarganya.
Aku menutup pelan lokerku dan tidak lupa menguncinya juga. Aku tidak melihat Vika atau pun Angga disana, mungkin mereka sudah berada dibangsal. Sebenarnya sejak satu hari lalu, terhitung dari pertemuan keluarga ku dan keluarga tante Elisa. Aku selalu memikirkan kelanjutan dari acara 'makan malam' itu. Ditambah dengan sikap menakjubkan yang dilakukan pria kaku bin menyebalkan itu. Makin uring-uringan hati ini, dasar hati baperan.
"Hai, Ra." Angga menyapa ku, ketika aku sudah berjarak tidak terlalu jauh dari bangsal. Aku membalas sapaan nya dengan senyuman.
"Vika mana, ngga?" tanya ku pada laki-laki itu, ketika tidak melihat kehadiran Vika disana.
"Lagi ganti selang infus, biasa bocah." kepala ku kembali mengangguk menanggapi ucapan Angga. "Eh, nanti malam ke pecel lele yuk." ucap Angga mengajak ku.
"Pecel lele dimana?" tanya ku sambil mengechek catatan pasien.
"Tempat biasa, emang dimana lagi sih yang enak tapi murah." aku terkekeh menanggapi ucapan Angga. Benar juga, kami itu pecinta makanan enak tapi murah plus mengenyangkan.
"Tapi, Vika lagi diet nggak?"
"Gue yakin dia lagi free, tadi aja nyemil mulu tuh bocah."
Vika memang paling paranoid dengan timbangan, alasannya karena dia tipe tubuh yang berat badannya mudah bertambah drastis. Berbeda dengan ku, sebanyak berapapun aku makan, berat ku tetap stabil. Aku juga heran, sampai-sampai ibu mengatai ku anak cacingan dulu sewaktu sekolah dasar. Tapi, ya memang dasarnya begitu, jadi diberi obat cacing pun tidak berpengaruh.
"Sebel deh gue." ucap Vika yang baru saja kembali setelah melakukan kegiatannya. Kenapa nih anak? Dateng-dateng misuh-misuh.
"Kenapa sih?" tanya ku sembari menarik kursi disebelah ku untuk mempersilahkannya duduk.
"Itu bocah, pencalitan banget nggak mau diem. Akhirnya selang infus nya macet terus." Vika bercerita dengan menggebu-gebu. Ia mengnyilangkan kedua tangannya didepan dada, setelah mendudukkan tubuhnya di kursi.
"Ya namanya anak-anak, Vik. Sabar aja."
"Eh daripada lo misuh-misuh mulu, mending ikut gue sama Aira." ucap Angga menawarkan kepada Vika.
"Emang kalian mau kemana?"
"Gue sama Angga mau ke tukang pecel lele, langganan kita. Ikut nggak? Tapi kalo lo lagi di-" perkataan ku terpotong oleh suara Vika yang menyela dengan semangat.
"Ikut, gue ikut kalian. Udah lama nggak ngerasain makanan enak."
"Lah, emang lo kemarin-kemarin makan apa?" tanya ku dengan pandangan kearah ponsel.
"Kemarin-kemarin kan gue diet, makan sehat. Kurang sedep."
Aku berpamitan sebentar kepada Vika dan Angga, untuk pergi ke cafetaria. Sepertinya aku membutuhkan caffein untuk membangkitkan semangatku. Sesampainya disana aku segera memesan sweet americano, latte dan espressou. Untuk Angga dan Vika. Lalu aku memilih untuk duduk disalah satu kursi yang sudah disediakan di sana. Tiba-tiba aku merindukan Leon, entah kenapa melihat senyumnya membuat ku bahagia. Pangeran kecil, yang membuat ku merasakan rasa nya memiliki adik.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Girl
General Fiction[BUDAYAKAN FOLLOW LEBIH DULU SEBELUM MEMBACA] TYPO BERTEBARAN❗ Mesha Khumaira Sharma, atau biasa dipanggil Aira. gadis jelita yang bekerja sebagai perawat disalah satu rumah sakit besar di Jakarta. Ia ditempatkan di bangsal anak, alasannya? Sederhan...