09. RESPONBILITY

607 78 1
                                    

Enjoy the story, meski gajel 😔

.

.

Layaknya seekor kucing dan anjing yang bertengkar merebutkan mangsa mereka, tikus. An memarahi Dean yang tengah duduk santai, tidak menggubris celotehan dari An. Seperti yang Ika tau dan perhatikan selama ini, An dan Dean adalah sepasang kekasih yang bucinnya melebihi Thoriq dan Fuji tapi kali ini pertengkaran seperti menghancurkan tembok bucin itu.

Berjalan pelan tanpa suara dan masuk ke kamar, itulah yang Ika lakukan agar tidak menganggu kedua pasangan itu. Namun karena bahana An yang keras, Ika tidak bisa tenang di kamarnya. Ia menilik apa yang kedua pasangan itu ributkan, ternyata An marah karena Dean membobolnya tanpa kondom.

Namun Dean berujar bahwa mereka pasangan dan sudah wajar melakukan sex dalam sebuah hubungan. Namun karena ucapan itulah An naik pitam, terlihat jelas dari nada suaranya yang menjadi lebih tinggi.

Disini Ika menyimpulkan, Dean melakukan itu tanpa izin An apalagi ia tidak menggunakan kondom. Sepertinya yang ditakutkan An adalah dia hamil.

Toh ngapain ngurusin orang, Ika memilih memejamkan matanya. Baru saja dia merasa senang karena gerhana tadi, sekarang pasangan berisik ini tengah bertengkar. Taik lah

Hanya suara bising yang terdengar, lama-lama ini mengingatkannya pada masa lalu. Dimana ayahnya bertengkar dengan bibi Uni karena hak adopsinya, ayahnya tidak mau mengadopsi dirinya sehingga bibi Uni pun harus memaksa ayahnya.

Ya, karena Ika anak haram bahkan ayahnya sendiri ingin membuangnya. Saat masih kecil kehidupannya tak seindah anak lain, kucing yang ia temukan dibunuh oleh ayahnya. Ia sempat protes, namun karena protes kecilnya itu ayahnya meninggalkan bekas luka yang cukup besar yang saat ini ia tutupi dengan tatto di punggungnya.

Ada sesuatu di ingatannya, yang tidak bisa ia lupakan. Perkataan ayahnya.

Dasar anak haram

Nada, ekspresi, dan perangai ayahnya tersimpan jelas di ingatannya. Di tengah lamunannya itu, tiba-tiba terdengar suara pukulan.

Bughhh

Dengan sigap, Ika keluar dari kamar dan melihat Dean memukul An sampai terkapar di lantai. Siapa sangka bajingan itu ternyata ringan tangan. Kesal akan tingkah Dean yang semena-mena, Ika pun turun tangan.

"Kok sampe mukul? Udah ga tak gubris loh tadi" Ucap Ika santai, alisnya sedikit mengerut.

Seketika perhatian kedua insan itu tertuju pada Ika.

"Ini urusanku dengan An, kamu hanya orang luar yang seenaknya ikut campur" Urat di wajah Dean perlahan mulai terlihat saat melihat Ika muncul.

Sebelum berurusan dengan Dean, Ika terlebih dahulu membantu An yang terkapar dan menyuruhnya untuk duduk.

"Aku? Orang luar?? Kan daritadi aku ada di dalem" Nada Ika terlihat santai, padahal saat ini Dean tengah menggeram kesal.

"Kalo gamau kena pukul juga, jangan ikut campur!" Titah Dean.

"Engga, kamu yang keluar. Seisi ruangan jadi berisik gara-gara kalian berdua, aku yang tadinya mau tiduran gabisa tidur gegara keributan kamu sama An. Kalo sekarang kamu belum keluar, kutelpon pihak keamanan" Ancam Ika sembari mengeluarkan handphonenya.

STUCK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang