12

4.1K 229 14
                                    

*tiiinn..tinnn..*

Hari yang ditunggu-tunggu tiba juga. Camping.

Suara mobil Stef menandakan bahwa Amel harus segera bergegas, hari ini Stef dan Amel sudah janjian untuk berangkat bersama. Amel berpikir bahwa mungkin seharusnya ia berangkat bersama Revandi, setidaknya itulah harapan Amel.

Belakangan ini hubungan Amel dan Revandi seperti tiba-tiba terpisahkan oleh lautan yang tidak diketahui asal usulnya. Revandi hanya berbicara seperlunya saja kepada Amel, dingin dan cuek. Bahkan tidak ada gangguan sama sekali dari Revando.

Amel segera menggendong tas punggungnya, tak lupa gayung tambaham yang akan ia pinjamkan ke Stef.

"Buuu Amel pamit ya! Udah dijemput Stef tuh, ASSALAMUALAIKUMMM," Amel tergesa-gesa keluar dari rumah takut telat dan takut ditinghal bus.

"Iyaa nak! Hati-hati ya sayang! Jaga kelakuan jaga omongan kanu ditempat orang! Pake lotion anti nyamuk ya sayang!" Ibu Amel juga ikut menyusul kedepan pintu, walaupun masih mengenakan daster, ibunya tidak mau melewati perpisahan tersebut, karena campingnya akan dilaksanakan empat hari tiga malam.

"Oke siap bu!" Amel salim dengan ibunya lalu mencium kedua pipi sang ibu.

Pintu mobil Stef sudah terbuka, Amelpun meluncur masuk kedalam mobil.

"Duluan ya tanteee! Byebyeee mwaaah mwaaahh!" Stef dengan lebaynya memberi ciuman jarak jauh untuk ibu Amel.

"Udah pak ayo gas pol! Nanti Stef sama Amel telat nih," ucap Stef kepada supirnya.

Sesampainta disekolah, mereka nyaris telat. Murid-murid sudah pada berkumpul dengan kelompok masing-masing dilapangan parkir, tak lupa dengan empat buah bus yang sudah disiapkan oleh pihak sekolah.

Mata Amel menyelusuri setiap sudut lapangan parkir, sosok yang ia cari belum muncul, Revandi. Hatinya semakin galau karena sosok yang diam-diam dipujakan oleh hati Amel belum datang juga.

Amel bertanya-tanya dalam hati, bagai mana kalau dia tidak ikut?
Bahkan Revando belum menunjukkan batang hidungnya.

Lima belas menit kemudian mobil Hummer H3 memasuki lapangan parkir, dua sosok paling tampan sesekolahan turun dari mobil tersebut.

"Ahh.. Oh my God!" Stef langsung jingkrak-jingkrak menatapi pemandangan tersebut.

"Yaaampunnn!"
"Ahh gakuat gueee kece parah!"
"Ganteng maksimal!"
"Oh shit the hottest twins!"

Gumaman-gumaman tersebut terdengar sangat kelas ditelinga Amel. Bahkan Amel sendiri membeku ditempat, tak bisa ia bohongi diri sendiri bahwa saat ini Revandi tampak sangat cool dan tampan. Namun ia juga mengakui bahwa Revando swag banget.

"Stef.. Gue makin suka sama Revandi..." Amel berbicara dengan sangat pelan namun tetap membeku ditempat.

Revandi yang menggunakan kaos polo berkera berwarna hitam dan celana panjang berwarna khaki yang dipadukan dengan sepatu nike berwarna coklat muda, tak lupa headsetnya yang terpasang dikedua telinganya. Ditangan kanannya ia membawa sebuah gitar.
Revando sebaliknya terkesan sangat bad boy, mengenakan kaos polos lalu jaket baseball, snapback yang ia gunakan terbalik, kacamata hitam tak lupa ia kenakan. Skinny jeansnya berwarna hitam dan sepatu adidas berwarna merah maroon.

Disitu Amel sadar, bahwa bahkan cara berpenampilan mereka berdua pun sangat berbeda, dan sebenarnya menunjukkan kepribiadian mereka masing-masing.
Revandi yang cenderung mengenakan pakaian yang lebih sederhana namun terlihat classy.
Kebalikannya, Revando berpenampilannya swaggy dan kesan bad boynya sangat dapat.

Tubuh Amel cukup lama terdiam tidak melakukan apapun selain memperhatikan setiap gerak gerik Revandi. Namun, Revandi tidak melakukan banyak hal, bahkan dari sampai tadi ia tidak berbicara sepatah katapun kepada siapapun.

Dilemma With The Twins (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang